Ini Kejanggalan Pengakuan Wahyu, Ketua Dan Komisioner KPU Lain Diduga Tahu Rencana Suap 900 Juta

ZONASATUNEWS.COM--Wahyu Setiawan komisioner KPU RI yang terjerat OTT KPK dalam kasus penyuapan, menyatakan kasusnya itu murni masalah pribadinya. Bukan kolektif kolegial KPU. Dan akan menghormati proses hukum yang akan dijalaninya di KPK.

“Ini murni masalah pribadi saya dan Insyaallah sebagai warga negara saya menghormati proses hukum dan saya juga akan melakukan upaya-upaya sebagaimana mestinya,” ujar Wahyu Setiawan.

Namun saat ditanya wartawan soal adanya pemberian pertama dari Sekjen PDIP Hasto, Wahyu berkilah untuk ditanyakan ke pihak penyidik KPK.

Disini mulai muncul kejanggalan.atas pengakuan Wahyu itu. Mari kita telusuri alur perkara ini.

1.Penetapan lewat Pleno

Awalnya KPU melalui Pleno menetapkan Riezky Aprilia sebagai pengganti Nazaruddin Kiemas pada 31 Agustus 2019. Nazarudin Kiemas adalah caleg peraih suara terbanyak yang meninggal dunia.

Ilustrasi salah satu Rapat Pleno KPU

Penggantian Nazarudin diberlakukan PAW (Pergantian Antar Waktu). Dalam peraturannya peraih suara terbanyak ke-2 yang menggantikan nazarudin, yaitu yaitu Riezky Aprilia.

KPU berpegang pada aturan baku, bahwa PAW berdasarkan urutan raihan suara terbanyak. Akhirnya KPU dalam Pleno memutuskan Riezky Aprilia.

2. Loby-loby

Lalu disinilah adanya lobi-lobi untuk menggolkan caleg urutan dibawah Riesky yang akan dimajukan. Berbekal surat putusan MA yang memberi kebebasan partai, maka Wahyu Setiawan ditemui agar bisa mengubah putusan KPU yang telah diplenokan.

Hebatnya, Wahyu Setiawan mengatakan, “Siap, Mainkan!!!”. Wahyu minta imbalan 900 juta sebagai pelicinnya.

Hasto Kristiyanto, Sekjend DPP PDI Perjuangan

Sampai sini coba dipikir. Jika Pleno penetapan Riesky dihadiri seluruh anggota (komisioner KPU), otomatis keputusan anulir Riesky Aprilia dan menerima nama baru yang disodorkan oknum PDIP melalui Pleno juga nantinya.

Jika Wahyu mengatakan “Siap, Mainkan!”, tandanya ia telah kondisikan hal itu didalam komisioner.

Kalau gak dikondisikan sebelumnya, apakah mungkin Wahyu Setiawan akan berbicara angka pada PDIP? Terbitnya angka pelicin Rp 900 juta, apakah sudah melalui hitung-hitungan bagian untuk masing-masing pihak yang akan ikut memutuskan?

Berapa bagian ketua?
Berapa bagian anggota lainnya?

Jika belum dikondisikan, apa mungkin oknum PDIP bisa memberikan uang sebanyak itu melalui beberapa tahapan. Logikanya, pihak pemberi akan bertanya dulu sejauh mana perkembangannya.

3. Koordinasi dengan Ketua dan Anggota lain

Nah, disini titik krusialnya. Diduga, Wahyu Setiawan telah koordinasi dengan Ketua KPU dan Anggota lainnya. Sehingga dia percaya diri dan mengatakan, “Siap. Mainkan” kepada oknum PDIP, pemberi suap.

Juga dealnya angka Rp 900 juta, tentu telah melalui hitung-hitungan yang jelas, termasuk rincian bagian masing-masing anggota, dan ketua.Dan siapasaja yang harus diberi.

Singkatnya, kemungkinan besar langkah Wahyu telah diketahui oleh ketua KPU dan komisioner lainnya. Bukankah keputusan KPU itu kolektif kolegial?

4. Persetujuan Rp 900 juta

Disetujuinya permintaan Wahyu Setiawan oleh pemberi suap senilai Rp 900 juta, ini menjadi kunci. Jadi, oknum PDIP pasti telah yakin bahwa Wahyu telah mengkondisikan KPU secara keseluruhan. Pasti Wahyu telah menjamin hal itu akan berjalan aman-aman saja. Sehingga deal terjadi.

Saeful Bahri orang kepercayaan Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP

Tetapi oknum PDIP tentu jeli, tidak mudah percaya begitu saja.Bisa jadi dia menanyakan ke Wahyu, “Bagaimana dengan Ketua dan anggota lainnya?”. Wahyu diduga menjawab,”Aman”. Sehingga terbentuk deal Rp 900 juta sebagai “operasional”.

Artinya, persetujuan angka Rp 900 juta itu telah melalui koordinasi dengan komisioner lainnya. Sehingga Wahyu dan pihak oknum PDIP sepakat.

Dugaan ini harus diselidiki oleh KPK. Apakah pengakuan Wahyu sebagai pemain tunggal itu benar adanya. Atau Wahyu sengaja menutupi dengan alasan tertentu.

5. Ketua KPU ikut pers release di KPK

Saya menangkap ada yang aneh saat konferensi pers oleh KPK. Disitu ada ketua KPU Arief Budiman. Mengapa dia ada disana? Diundang KPK? Memang KPK ada tradisi undang ketua lembaga, kalau anggotanya kena OTT? Saat anggota DPR kena OTT, selama ini tak pernah Ketua DPR mendampingi konferensi pers. Aneh kan, ada apa dengan ketua KPU?

Ketua KPU Arief Budiman (paling kiri) bersama Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar dalam konferensi pers di Gedung KPK, Kamis (9/1/2020). (KOMPAS.com/Ardito Ramadhan D)

Untuk menarik simpati publik. Untuk menunjukkan bahwa dia tidak terlibat. Dia bersih. Sekaligus untuk melokalisir kasus berhenti pada Wahyu? Kejanggalan ini bersambung dengan pengakuan Wahyu sebagai pemain tunggal

6. Pengakuan Wahyu atas tekanan?

Pengakuan Wahyu harus dibongkar. Benarkah dia pemain tunggal? Tidak melibatkan komisioner lain di KPU? Pengakuan itu murni atau atas tekanan? Siapa yang menekan? Ada alasan kuat untuk menekan Wahyu, apa itu? Pilkada serentak tahun 2020 ini. Kalau sampai Wahyu “nyanyi”, membuka keterlibatan komisioner lainnya, kegiatan Pilkada serentak bisa terganggu.

7.Pengakuan Wahyu terlalu dini.

Pengakuan Wahyu terkesan dikondisikan sejak awal agar tidak melebar dan “nyokot” komisioner lainnya. Pengakuan seperti itu layaknya diungkapkan didepan penyidik. Bukan didepan pers. Tujuannya jelas untuk menciptkan opini publik dan melokalisisr kasus supaya tidak melebar.

Komisioner KPU Wahyu Setiawan ditahan KPK

Tetapi penyidik KPK tidak akan terkelabui. Fakta yang akan membuktikan. Apakah dia main sendiri atau rombongan.

Kasus ini menjadi atensi publik secara luas. Diharapkan penyelidikan dan penyidikan bisa berjalan lancar. Tidak ada pihak yang menghambat.

KPK baru ini sudah menunjukkan trend kinerja bagus. Semua pihak harus mendukung KPK agar keadilan dapat ditegakkan.

Penulis : Budi Puryanto

Editor : Setyanegara

Related Posts