Oleh: Budi Puryanto, Jurnalis
Dalam pembahasan kali ini saya akan kemukakan topik penciptaan 7 (tujuh) langit. Dalam Al-Quran banyak ayat menyebutkan itu, baik secara sendiri maupun digabungkan dengan keterangan lainnya. Misalnya:
“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit, dan Dia Maha mengetahui segala sesuatu” (QS Al Baqarah 29)
“Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa”. (QS At-Thalaq 65:12)
Apa yang dimaksud tujuh langit
Dalam bahasa Arab, penggunaan kata tujuh, tujuh puluh, tujuh ratus dan seterusnya menunjukkan jumlah yang banyak. Hal itu dikatakan,salah satunya oleh Ulama asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi (1878-1960 M).
“Dalam bahasa Arab, penggunaan kata tujuh, tujuh puluh, tujuh ratus dan seterusnya menunjukkan jumlah yang banyak,,” jelas Nursi dikutip dari buku Al-Lama’at terbitan Risalah Nur Press, halaman 134-135, seperti dikutip oleh islamdigest.republika.co.id, edisi 1 Januari 2023.
Ulama lain seperti Naser Makarem Shirazi dalam artikel berjudul “What Is Meant By ‘Seven Heavens’? dalam Al al-islam.org mengatakan, disini yang dimaksud dengan tujuh adalah perkalian (menjadi lebih). Artinya, Dia telah menciptakan banyak langit. Dia telah menciptakan beberapa kali. Dan kebanyakan dalam bahasa Arab, Persia, Urdu atau bahasa lainnya, penyebutan angka dilakukan dalam arti banyak. Maksudnya disebutkan suatu angka tetapi tidak ada yang memaksudkan besaran pasti. Tujuan mengatakan adalah untuk menyampaikan banyak hal.
Dari contoh pendapat ulama diatas, kata tujuh dapat diartikan berjumlah banyak.Atau berari “langit yang banyak”. Namun dalam kaitan ini saya memiliki pandangan sedikit berbeda, atau lebih tepat menambahkan pengertiannya, yang tidak sekedar berarti langit yang banyak, tetapi kata “tujuh” itu juga bisa makna tingkatan (tingkat 1-tingkat 7). Apa yang bertingkat-tingkat itu? Langit. Namun buru-buru saya sampaikan bahwa, saya memaknai “langit” ini sebagai “alam semesta”. Dibawah saya uraikan.
Langit: Alam semesta
Jadi, dengan demikian “tujuh langit” bisa dimaknai sebagai “tujuh alam semesta” yang bertingkat-tingkat atau tujuh alam semesta yang berbeda-beda. Perbedaannya atau tingkatannya mungkin bisa didasarkan pada perbedaan “dimensi”. Alam semesta pertama, yang dihuni oleh manusia dan segenap makhluk Allah lainnya ini, memiliki dimensi paling rendah atau bawah. Alam semesta kedua memiliki dimensi berbeda atau lebih tinggi dari alam semesta pertama. Dan seterusnya, tingkatam alam semesta yang lebih tinggi, berarti dia meiliki dimensi yang lebih tinggi.
Bukan itu saja, akibat perluasan alam semesta yang terus menerus memuai atau mengembang, alam semesta pada tingkat lebih tinggi, juga akan mengembang menjadi lebih besar.
Mengutip kembali Shirazi, “mungkin zaman pengetahuan dan kebijaksanaan ilmiah manusia saat ini telah membuka tabir hanya pada salah satu darinya, namun sangat mungkin bahwa di masa depan, sebagai hasil dari memperoleh lebih banyak pengetahuan, di balik dunia yang terlihat saat ini, enam dunia besar akan ditemukan. Mendukung pandangan ini kami menyajikan ayat berikut sebagai bukti:
“Dan sungguh, telah Kami hiasi langit yang dekat, dengan bintang-bintang… ” (QS. Al-Mulk Ayat 5). Ayat ini menunjukkan bahwa semua bintang berada di langit (alam semesta) pertama. Perlu diingat bahwa dalam bahasa Arab kata ‘duniya’ berarti ‘bawah’ dan “dekat”.
Bisa dimengerti bahwa planet, bintang-bintang kecil, galaksi-galaxi (Bima Sakti,Andromeda, dll) yang jumlahnya miliaran yang terlihat ini semuanya adalah bagian dari langit pertama.
Saya mendukung pendapat Shirazi bahwa di luar itu ada enam “alam semesta” yang lebih besar lagi. Dan yang dimaksud dengan “tujuh langit” oleh Al-Qur’an adalah ketujuh alam semesta itu.
Tercipta dari materi gelap dan energi gelap
Berbeda dari alam semesta pertama (yang dihuni manusia), yang tercipta dari materi yang tampak (bisa dilihat mata) dan energi yang bisa diukur, alam semesta Kedua hingga Ketujuh tercipta dari bahan “materi gelap” dan “energi gelap”. Oleh karena itu tidak tampak oleh manusia. Karena materi itu tidak menyerap dan tidak memantulkan cahaya.
Lihat lebih lanjut dalam pembahasan sebelumnya:
- Inspirasi Al Quran (Bagian 2): Materi Gelap Dan Energi Gelap Yang Gaib.
- Inspirasi Al Quran (Bagian 1): Penciptaan Awal Langit dan Bumi
Sama halnya dengan alam semesta pertama, 6 alam semesta lainnya tersebut juga diperuntukkan bagi kehidupan makhluk-makhluk Allah. Namun manusia tidak bisa melihat kehidupan maupun bentuk alam semesta lain itu.
Dalam Islam kita dikenalkan hal-hal ghaib (tidak tampak) yang harus diimani seperti malaikat, jin, setan, alam barzach, surga, neraka. Juga perlu ditambahkan disini, saat Rosulullah Israk Mikroj, beliau menaiki tujuh langit (tujuh semesta). Pada tiap-tiap langit (alam semesta) Rosulullah bertemu dengan para Nabi. Diatas langit ketujuh (alam semesta ketujuh) Rosulullah masih naik lagi ke Sidratul Muntaha.Bahkan diatasnya masih ada lagi “Arsy”.
Semua hal ghaib tersebut memang tidak bisa dilihat oleh mata manusia, tetapi akal manusia bisa memahaminya.
Alam semesta kedua mungkin saja menjadi tempat hidup dan kehidupan makhluk Allah dari bangsa jin (disana ada iblis, ifrit, dll). Alam semesta ketiga barangkali tempatnya ruh (alam barzack). Demikian juga alam semesta ketiga-hingga ketujuh barangkali ditempati oleh para malaikat atau makhluk Allah yang lainnya. Wallahu alam. Yang pasti, ketujuh alam semesta tersebut dihuni oleh makhluk-makhluk Allah. Dan ketujuh semesta itu diberi urusan masing-masing oleh Allah.
“Lalu diciptakan-Nya tujuh langit (tujuh alam semesta) dalam dua masa dan pada setiap langit Dia mewahyukan urusan masing-masing. Kemudian langit (alam semesta) yang dekat (alam semesta pertama), Kami hiasi dengan bintang-bintang, dan (Kami ciptakan itu) untuk memelihara. Demikianlah ketentuan (Allah) Yang Mahaperkasa, Maha Mengetahui. (QS Fushilat : 12).
Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa setiap langit (alam semesta) Allah mewahyukan urusan masing-masing. Urusan itu bisa dipahami sebagai hukum-hukum yang bekerja, reaksi-reaksi materi, mekanisme, atau juga fungsinya dan tugasnya, baik untuk mendukung kehidupan makhluk di alam semesta itu, maupun kaitannya dalam terciptanya keseimbangan antar alam semesta yang lainnya.
(Kami ciptakan itu untuk memelihara). Kata memelihara bisa diartikan membuat keseimbangan diantara ketujuh alam semesta. Oleh karena itu, sekarang bisa dimengerti dengan lebih jelas bahwa adanya efek grafitasi terhadap galaxy di alam semesta pertama, seperti yang dikatakan para ahli (dalam tulisan yang lalu), adalah berasal dari alam semesta yang lain, yang jauh lebih besar.
BACA JUGA:
(Bersambung)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
No Responses