Jejak Panjang Dewi Astutik, Buron 2 Ton Sabu Yang Dibekuk di Kamboja: Operasi Intelijen Senyap Lintas Negara

Jejak Panjang Dewi Astutik, Buron 2 Ton Sabu Yang Dibekuk di Kamboja: Operasi Intelijen Senyap Lintas Negara

JAKARTA – Penangkapan Dewi Astutik, buron kelas kakap asal Ponorogo yang dikaitkan dengan penyelundupan 2 ton sabu senilai Rp5 triliun, menjadi salah satu operasi internasional terbesar yang melibatkan aparat Indonesia dan Interpol dalam beberapa tahun terakhir. BNN menyebut Dewi sebagai figur sentral dalam jaringan narkoba lintas benua yang beroperasi dari Asia Tenggara hingga Timur Tengah.

Perempuan yang sempat hilang dari radar sejak 2021 itu akhirnya ditangkap di Kamboja, negara yang dalam satu dekade terakhir dikenal sebagai “zona abu-abu” bagi para pelarian kriminal Asia.

Peran Dewi dalam Kartel Narkoba Internasional

Kepala BNN menegaskan bahwa Dewi bukan sekadar kurir atau perantara. Ia adalah rekruter utama, mengelola jaringan kurir yang terdiri dari warga negara Indonesia dan ditempatkan di sejumlah negara.

“Kurir-kurir itu orang Indonesia yang direkrut oleh Dewi dengan bayaran tinggi. Mereka ditempatkan di berbagai negara di dunia. Jadi Dewi ini masuk kategori jaringan internasional, bukan pemain lokal,” kata Kepala BNN.

Dari hasil penelusuran BNN, jaringan Dewi terbagi ke beberapa lapisan:

1. Layer Perekrutan

Dewi mengincar orang-orang yang membutuhkan uang cepat—pekerja informal, buruh pabrik, hingga WNI overstayer di luar negeri.

2. Layer Kurir Transnasional

Kurir ditempatkan di Malaysia, Thailand, Uni Emirat Arab, Turki, Kamboja, dan beberapa negara Mekong. Mereka bertugas memindahkan paket narkotika dari gudang intermediate ke negara tujuan.

3. Layer Logistik & Safe House

BNN mendeteksi adanya rumah singgah yang dipakai untuk penyimpanan sementara, sebagian besar berlokasi di:

Sihanoukville (Kamboja)

Penang (Malaysia)

Chiang Rai (Thailand)

Dubai (UEA)

4. Layer Pengamanan Operasional

Kelompok ini terdiri dari jaringan lokal yang memasok dokumen palsu, telepon sekali pakai, hingga “pengawal sipil” yang dikenal militan.

Inilah sebabnya BNN menyebut penangkapan Dewi “tidak mudah”, karena ia dilindungi kelompok-kelompok bersenjata sipil yang kerap bekerja sama dengan jaringan kriminal transnasional.

Mengapa Kamboja Jadi Tempat Pelarian?

Selama lima tahun terakhir, Kamboja—khususnya kawasan Mekong—menjadi pusat aktivitas kartel internasional. Ada beberapa alasan:

1. Longgar dalam pengawasan ekspatriat

Masuknya ribuan pekerja asing ke Kamboja membuat pelarian dari berbagai negara mudah berbaur tanpa terdeteksi.

2. Safe haven bagi jaringan underground

Beberapa wilayah seperti Sihanoukville dan Pnom Penh dikenal memiliki: kasino-kasino dengan transaksi tunai besar, perusahaan cangkang (shell company), residensi yang tidak ketat.

3. Konektivitas dengan Golden Triangle

Wilayah segitiga emas (Thailand–Laos–Myanmar) masih menjadi salah satu pusat produksi metamfetamin terbesar di dunia. Kamboja menjadi jalur transit ideal sebelum barang dikirim ke: Australia, Timur Tengah, Asia Timur, dan Eropa.

Dengan struktur kriminal yang rumit ini, Dewi dapat bergerak dengan leluasa selama beberapa tahun.

Awal Deteksi: Jejak Digital dan Keuangan

Menurut sumber BNN, keberadaan Dewi mulai terdeteksi usai aparat memetakan pola transaksi keuangan mencurigakan dari beberapa kurir yang tertangkap lebih dulu.

Beberapa temuan intelijen: Pengiriman uang dalam pecahan kecil namun rutin.Transfer melalui cryptocurrency.Transaksi melalui money changer di Mekong.Penggunaan 3–4 identitas palsu.

BNN kemudian bekerja sama dengan Interpol untuk melacak: registrasi hotel, data imigrasi, pergerakan sinyal telepon seluler, transaksi digital di beberapa negara.

Dari sinilah alur pergerakan Dewi mengerucut ke Sihanoukville – Phnom Penh – Kampot.

Kronologi Operasi Penangkapan

Berikut gambaran faktual operasi berdasarkan informasi BNN dan sumber penegakan hukum:

1. Informasi awal dari Interpol (fase koordinasi)

Interpol mengirimkan notifikasi bahwa seorang perempuan WNI dengan identitas ganda terdeteksi memasuki Phnom Penh melalui jalur darat dari Vietnam.

2. Tim advance BNN dikirim ke Kamboja

Tim BNN bergerak sebagai liaison officer, bekerja sama dengan: Central Security Department Cambodia, Anti-Drug Police Department Cambodia. Interpol National Central Bureau

3. Pengawasan lokasi

Dewi tercatat menyewa kamar di sebuah apartemen semi-permanen dekat dermaga tua di Phnom Penh, area yang dikenal sebagai tempat persembunyian umum bagi buronan regional.

4. Penangkapan

Pada fase terakhir operasi, otoritas Kamboja menahan Dewi saat keluar dari apartemen, setelah memastikan bahwa ia tidak sedang berada dalam perlindungan kelompok sipil bersenjata yang biasa memayunginya.

Penangkapan dilakukan tanpa konfrontasi terbuka—hal yang ditegaskan BNN, mengingat risiko yang besar jika terjadi kontak fisik.

5. Penyerahan ke Indonesia

Dewi kemudian diserahkan ke BNN melalui jalur deportasi, dengan kawalan ketat.

Makna Strategis Penangkapan Dewi Astutik

Penangkapan ini adalah salah satu yang paling signifikan bagi Indonesia dalam memerangi jaringan narkoba lintas negara karena: Membongkar jalur perekrutan WNI oleh jaringan sindikat internasional. Mengungkap penggunaan safe house regional di Mekong. Memukul struktur operasional jaringan kurir. Memperluas koordinasi intelijen Indonesia–Kamboja.

BNN menyatakan sudah mengantongi identitas beberapa kaki tangan Dewi di luar maupun dalam negeri, yang akan diburu berikutnya.

Penutup

Kasus Dewi Astutik menjadi cermin bahwa perdagangan narkoba internasional semakin terorganisir dan memanfaatkan celah regulasi di negara-negara Mekong. Penangkapan ini tidak hanya memutus rantai penyelundupan 2 ton sabu bernilai triliunan, tetapi juga membuka peta baru jaringan kriminal yang merekrut warga Indonesia sebagai kurir global.

Operasi senyap lintas negara ini menjadi bukti bahwa perang terhadap narkotika kini bergerak dari sekadar penyergapan darat menuju perang intelijen yang rumit, berlapis, dan melibatkan banyak negara.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K