Jenderal Kasim Tewas Dibunuh Trump, Ini Implikasinya Untuk Indonesia

Oleh : Dicky Edwin Hindarto

Tak banyak orang Indonesia tahu sebelumnya siapa General Qassem Soleimani atau bila diindonesiakan namanya bisa menjadi Jendral Kasim Sulaiman, yang tewas kemarin di Bandara Internasional Baghdad. Jendral Qassem ini adalah seorang petinggi Iran yang mempunyai deretan pengalaman panjang, mulai perang Iraq-Iran, berbagai konflik di kawasan, maupun terakhir komandan pasukan paling elit di Iran.

Dan Jendral Qassem ini tewas terbunuh hari Jumat dini hari kemarin akibat serangan brutal dari missile atau peluru kendali dari Amerika. Dalam video yang ditayangkan di berbagai media, ledakan besar yang menewaskan pemimpin Iran ini dipercaya dipandu oleh drone, sehingga tembakan missile ini sangat akurat dan bahkan meluluhlantakkan tubuh sang jendral yang hanya bisa dikenali dari potongan cincin yang dipakainya.

Dan Presiden Trump selaku pemimpin tertinggi Amerika mengakui bahwa serangan itu diperintahkan olehnya sebagai pembalasan atas serangan milisi ke berbagai kepentingan Amerika di Iraq, yang dituduhkan atas perintah Jendral Qassem. Pernyataan trump setelah pembunuhan brutal ini kemudian ditindaklanjuti dengan perintah harus keluarnya warga negara Amerika non militer dari Iraq.

Peristiwa ini mengejutkan dunia karena pasti akan memicu banyak efek lanjutannya, terutama perang dan meningkatnya serangan atas kepentingan Amerika di seluruh dunia. Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khaimeni, langsung memerintahkan serangan balasan terhadap Amerika dan menyerukan jihad!

Jenderal Iran Qassem Soleimani. Foto: MEHDI GHASEMI / ISNA / AFPSerangan udara Amerika Serikat membunuh jenderal Iran dan Irak. Aksi militer AS tersebut dilakukan pada Jumat (3/1).

Bagi yang memahami sejarah panjang konflik Timur Tengah, dominasi minyak dunia, dan politik di kawasan teluk, pasti memahami bahwa ini adalah peristiwa yang sangat besar. Bahkan hal ini akan bisa memicu perang terbuka antara Iran melawan Amerika dan kepentingan Amerika di kawasan kaya minyak ini. Sekutu-sekutu Amerika seperti Arab Saudi, Israel, Kuwait, dan UEA pasti juga akan mengalami dampak langsung, karena Iran tidak akan segan-segan membuka front dengan mereka.

Bagi Trump, pembunuhan brutal terhadap Jendral Qassem akan meningkatkan popularitasnya secara domestik. Trump yang di dalam negerinya diimpeach telah meniru langkah pendahulunya, George Bush, yang menyerang Iraq tapi akhirnya mendapat dukungan mayoritas senat dan rakyat Amerika, sehingga bisa menjabat untuk kedua kalinya.

Pengaruh konflik terbuka di kawasan teluk secara langsung berpengaruh terhadap politik kawasan, dan juga akan memicu krisis minyak dunia!

Saudi Arabia, Iran, dan Iraq, ditambah Kuwait, Qatar, dan negara teluk lainnya adalah penguasa dan pemilik lebih dari separoh cadangan minyak dunia. Sampai sekarang meskipun mendapat saingan dari shale gasnya Amerika dan produksi minyak.dan gas di kawasan lain, konflik di teluk pasti akan secara langsung meningkatkan harga minyak dunia, bahkan sampai ke puncak.

Terhentinya suplai minyak dari negara teluk karena konflik, memicu naiknya harga minyak dunia. Krisis energi pertama di era awal 80 an dipicu oleh peperangan Iran-Iraq. Krisis energi kedua tahun 90 an dipicu peperangan antara Iraq dan Kuwait hang kemudian diintervensi Amerika. Dan ini kemungkinan akan menjadi krisis energi berikutnya.

Ayatollah Ali Khamenei Berpidato di Teheran Foto: Leader.ir/Handout via ReutersPemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei berjanji akan balas dendam dengan keji terhadap Amerika Serikat.

Apakah peristiwa tewasnya Jendral Qassem ini akan berpengaruh juga ke Indonesia? Pasti.

Pengaruh yang akan dirasakan oleh Indonesia minimal akan datang dari dua hal. Yang pertama adalah pengaruh politik dan keamanan. Walau pun Iran yang mayoritas penduduknya adalah umat Islam berpaham Syiah yang tak terlalu banyak pengikutnya di Indonesia, tapi kebencian akan Amerika dan solidaritas sebagai negara sesama muslim pasti akan menguat. Akan ada banyak demo dan mungkin juga upaya serangan ke hal-hal yang berhuhungan dengan Amerika.

Yang kedua adalah masalah ekonomi yang bersumber dari melambungnya harga minyak. Indonesia sudah tidak akan bisa lagi mendapatkan windfall profit seperti terjadi pada krisis minyak pertama di awal tahun 80 an. Pada saat itu, kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari 100 USD menjadi rejeki nomplok bagi indonesia dan Pak Harto.

Indonesia yang saat itu masih anggota OPEC dan eksporter minyak, mendapatkan keuntungan yang luar biasa besar. Tapi saat itu tidak bisa diulang lagi. Indonesia saat ini adalah net importer minyak, sehingga alih-alih akan mendapatkan keuntungan, tetapi pasti akan mendapatkan rugi atau kebuntungan. Dan selain impor minyak, impor LPG yang saat ini membengkak, pasti juga akan melambung tinggi.

Dan kalau tidak segera ada antisipasi, hal ini akan memicu krisis ekonomi di Indonesia. Entah untuk yang keberapa kalinya.

Bagaimana kemudian solusinya? Indonesia harus bisa mencontoh Jepang dalam menghadapi krisis energi.

Jepang adalah negara pengimpor energi dari dulu. Ketergantungannya akan minyak sangat besar. Di tahun 80 an Jepang adalah negara yang paling terdampak krisis energi, tapi kemudian malah menjadikannya peluang.

Jepang pada tahun tersebut kemudian memanting stir industrinya menjadi industri hemat energi. Bukan hanya di pabrik-pabriknya, Jepang juga memproduksi peralatan hemat energi buat rumah tangga, transportasi, dan industri. Pada tahun 90 an ketika terjadi krisis energi lagi, Jepang adalah negara yang paling siap, bahkan bisa menjual dan merajai peralatan hemat energi.

Mobil-mobil Jepang merajai dunia karena irit bahan bakar. Demikian juga industrinya yang hemat energi. Jepang kemudian menjadi pengekspor terbesar teknologi efisiensi energi di dunia.

Indonesia bisa mengambil sikap yang sama sebenarnya dengan Jepang, karena Indonesia punya produk komplemen atau pengganti dari BBM, yaitu biofuel, terutama yang bersumber dari kelapa sawit. Minyak CPO Indonesia yang selama ini ditolak oleh EU akan bisa dimanfaatkan untuk menggantikan BBM.

Meskipun bisa diramalkan kalau EU pasti juga akan berbalik posisinya dan menerima lagi CPO Indonesia karena akan ada krisis energi, tapi pemerintah sebaiknya harus segera melakukan antisipasi dengan memberlakukan secara tegas Domestic Market Obligation (DMO) atau kewajiban menjual ke pasar domestik terhadap CPO ini.

Selama ini pengusaha sawit selalu mengambil kesempatan menjual ekspor kalau harga dan pasar bagus serta menjual domestik seraya menangis-nangis pada pemerintah kalau harga buruk. Termasuk melakukan berbagai lobby untuk produksi dan pembelian biodiesel dalam negeri.

Sebaliknya, pemerintah sebaiknya segera menaikkan kuota DMO sehingga CPO tidak terbang ke luar negeri. Langkah Presiden Jokowi untuk mendorong pemakaian biodiesel, walaupun sebelumnya berlatar belakang berbeda, patut diapresiasi dan malah ditingkatkan. Ini saatnya mylai mengganti BBM dengan biofuel. Harga dan pasarnya menjadi sangat prospektif.

Dampak ikutan juga harus segera diantisipasi oleh para pelaku energi terbarukan, terutama penggiat energi surya, angin, geothermal, dan sebaganinya karena krisis minyak dan energi berarti juga pasar untuk mobil listrik dan batterynya. Harus berpacu dengan waktu untuk pengembangannya.

Terakhir, pemerintah juga harus mengambil momentum untuk pengembangan gas kota dan pemanfaatan natural gas untuk supply domestik. LPG akan mrlambung harganya, dan alternatif terbaik adalah gas kota atau jargas yang harus segera dikembangkan.

Pemerintah harus responsif dan mengambil.langkah serta kebijakan yang cepat dan tepat atas krisis di Timur Tengah ini. Dan ini harus didukung masyarakat.

Tapi kalau energi terkuras hanya untuk saling cerca dan ejek antara kecebong dan kampret, krisis ini hanya akan menambah deretan panjang kenaikan harga dan kemelaratan saja.

Dan kita tidak akan kemana-mana selain terjun ke dasar jurang tanpa dasar bersama-sama.

Dicky Edwin Hindarto
Jabal Golfie, 4-1-20

Penulis adalah Koordinator Jejaring Indonesia Rendah Emisi (JIRE) yang sekaligus pencinta film dan kuliner tingkat internasional.

Related Posts