Jubah Kepalsuan Dan Hampir Usainya Pesta Sang Raja

Jubah Kepalsuan Dan Hampir Usainya Pesta Sang Raja
Isa Ansori

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis

 

Mengulik perilaku kekuasaan yang disimbolkan oleh Raja tentu tak akan ada habis – habisnya. Bagi seorang raja menjadikan dirinya dihormati dan disegani adalah sebuah keharusan. Perasaan hormat dan rasa segan rakyat adalah modal bagi Raja untuk menjalankan kepemimpinannya.

Yang namanya pesta tentu ada masa persiapan, masa pelaksanaan dan masa usai. Masa persiapan adalah masa merancang dan menentukan bagaimana sebuah pesta bisa dilaksanakan dengan baik dan memuaskan keinginan raja. Siapapun yang terlibat dalam masa itu, tentu akan berusaha menunjukkan kemampuannya agar sang raja merasa senang. Tak ayal semua potensi yang dimiliki dikerahkan demi memuaskan sang raja. Tak peduli dengan cara apa harus dilakukan, meski harus menjilat dan berbohong, yang penting bagi mereka adalah bagaimana bisa memuaskan keinginan sang raja dan menuai pujian.

Nah..berkaitan dengan keinginan memuaskan sang raja itulah, penulis cerita rakyat dari Denmark, Hans Christian Andersen mengisahkan sebuah legenda tentang Raja yang Bodoh” atau “Pakaian Baru Raja” (bahasa Denmark: Kejserens nye Klæder), pada tahun 1837.

Dalam kisah itu diceritakan tentang dua penata busana yang menjanjikan sebuah busana baru kepada seorang kaisar yang mereka katakan tak terlihat bagi orang-orang yang tak berpendirian pada posisi mereka, bodoh, atau tak kompeten. Saat raja berpawai memakai busana barunya, tak seorang pun yang tak berkata bahwa mereka tak melihat busana padanya karena takut mereka dipandang “tak berpendirian pada jabatan mereka, bodoh, atau tak kompeten”.

Penata busana itu sangat tahu dan paham watak raja yang keras dan suka dipuji, namun memelihara kebodohannya atas nama kekuasaan, raja juga tak senang dengan siapapun yang berbeda pendapat dengan dirinya dan bahkan kalau perlu siapapun yang berbeda apalagi sampai mengkritik kebijakannya maka penjara adalah tempatnya. Untuk mempertahankan kekuasaan dan kegilaan hormatnya, sang raja memerintahkan para pembantunya untuk menyusun pasal pasal yang mengancam siapaun yang berbeda.

Dasar penipu, maka kedua penata busana itupun berpura – pura sebagai orang yang ahli dan meyakinkan sang raja untuk memanfaatkan kelemahannya.

Mulailah sang penata busana melancarkan aksinya dengan mengatakan akan membuatkan sang raja baju kemegahan yang siapapun kalau melihatnya akan berdecak kagum, raja seolah terlihat digdaya dan gagah serta mewah.

Raja diracuni dengan keyakinan jubah kepalsuan, itu semua hanya akal akalan saja. Mulailah dibuat halusinasi, bahwa siapapun yang tidak bisa melihat sebagaimana sang penipu katakan melihat bahwa raja gagah, raja digdaya, dan raja mewah, maka dianggap sebagai orang bodoh dan tak punya niat baik.

Akibatnya para penjilat istanapun dibuat tidak bisa melawan persepsi sang penipu karena takut dianggap bodoh dan tidak loyal terhadap raja. Begitu juga sang raja, karena ketakutannya dianggap bodoh maka diapun berpura pura bisa melihat.

Yang terjadi kemudian adalah semua pembantu presiden koor bersama bisa melihat sebagaimana kemauan sang penipu karena mereka ketakutan dianggap bodoh dan tidak loyal. Sehingga apapun yang dilakukan oleh sang penipu raja, selalu dilaporkan kepada raja agar membuat sang raja senang.

BACA JUGA:

Raja pun sangat senang dengan laporan – laporan yang palsu dan menyenangkan dan raja pun memamerkan laporan palsu dan bodoh dengan bangganya.

Seiring dengan bergeraknya waktu dan merangkaknya usia, sang raja mulai cemas dan ketakutan akan kehilangan pengaruhnya. Mulailah Raja mencitrakan dirinya masih kuat, masih sehat dan masih didukung oleh rakyatnya. Maka dikumpulkanlah para penjilat dan pernyataan palsu untuk mendukung sang raja berkuasa kembali.

Raja tak sadar bahwa diantara para pendukungnya yang dulu sebagian sudah jengah kepalsuan dan kebohongan yang selalu dilakukan. Sebagian diantara mereka sudah meninggalkan dan bahkan berharap ada perubahan baru terhadap suasana berkehidupan.

Kecemasan sang raja semakin menjadi jadi dan bertindak ngawur, sehingga sang raja yang seharusnya bijak dan mengayomi kini justru menjadi bagian dari kebodohan yang diberikan para penjilat nya.

Kini waktu pesta sang raja hampir usai, raja butuh kepastian kepada siapa kelak dia akan meminta perlindungan.

Raja pun mulai berhalusinasi kepada siapa kelak raja akan berlindung, mulailah sang raja membuat kriteria siapa kelak uang yang akan bisa melanjutkan kepalsuan dan perlindungan dirinya.

Rakyat punya sudah semakin menjauh dan berpaling kepada yang lain. Dukungan rakyatpun diberikan kepada orang yang dianggap bisa menyelamatkan dari kepalsuan dan kebohongan sang raja.

Nun jauh disana diluar istana raja, rakyat sudah bergemuruh menyambut datangnya sang ratu adil uang yang akan menyelamatkan kehidupan mereka.

Satu persatu para penghuni istana berpaling dan meninggalkan sang raja, raja pun hari harinya hanya akan dipenuhi dengan ketakutan dan kecemasan.

Senyum raja pun terasa hambar dan palsu, karena raja benar benar tak tulus untuk tersnyum. Senyum sang raja sejatinya adalah senyum untuk menutupi kecemasan dan ketakutannya.

Surabaya, 12 Desember 2022

EDITOR: SETYANEGARA

Last Day Views: 26,55 K

2 Responses

  1. เกียรติบัตรออนไลน์October 27, 2024 at 2:32 pm

    … [Trackback]

    […] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/jubah-kepalsuan-dan-hampir-usainya-pesta-sang-raja/ […]

  2. linkNovember 27, 2024 at 11:29 pm

    … [Trackback]

    […] Information on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/jubah-kepalsuan-dan-hampir-usainya-pesta-sang-raja/ […]

Leave a Reply