KAHMI Eropa Belajar Warisan Peradaban Islam di Spanyol

KAHMI Eropa Belajar Warisan Peradaban Islam di Spanyol
Dubes Muhammad Najib menjadi narasumber diskusi KAHMI Eropa Raya, di Madrid

ZONASATUNEWS.COM, MADRID – Bila datang ke Spanyol untuk mempelajari warisan peradaban Islam di Spayol itu tepat. Mengapa perlu belajar warisan Islam di Spanyol? Karena Islam pernah berkuasa hampir 800 tahun wilayah ini. Tetapi harus disadari, bahw belajar sejarah peradaban Islam di Spanyol janan berbenti pada aspek keberhasilannya saja. Karena banyak juga yang keliru.

Pernyataan disampaikan oleh Dubes Indonesia untuk Spanyol, Dr Muhammad Najib saat menjadi narasumber diskusi dengan KAHMI Eropa, bertempat di Wisma Duta RI Madrid.

Menurutnya, mempelajari sebuah kekeliruan, supaya tidak mengulangi lagi. Mempelajari sebuah keberhasilan agar kita dapat mengulangi, tentunya dengan ruang waktu yang berbeda, artikulasinya juga disesuaikan dengan keadaan.

Sekarang ini ada trend, katanya, perkembangan akhir-akhir ini, orang anti kemajuan sain dan teknologi. Anti terhadap modernisme. Anti terhadap ilmu-ilmu baru yang katanya dikembangkan oleh Barat. Jadi semua di haram-haramkan. 

“Saya sudah mempelajari sejumlah tokoh yang mengharam-haramakan.Mereka tidak cukup ilmu terkait dengan yang diharamkan itu. Saya orang teknik. S1 saya di ITS. S2 saya di ITB. Dan orang-orang yang mengharamkan, membitah-bitahkan itu,” kata Dubes Muhamma Najib melalui channel Youtube Wisma Duta RI Madrid.

Contoh sederhana, lanjut Dubes Najib, mereka mengharamkan kamera dan komputer. Tetapi dia menggunakan kamera dan komputer. Memberikan pengajian pakai Youtube. Bagaimana, ini kan tidak konsisten? Ini hal-hal yang paling sederhana.

“Kalau berbicara negara lebih komplikated lagi. S3 saya tentang ilmu politik. Saya mengambil tema hubungan Islam dan Negara.Saya memahami betul bagaimana konsep negara dalam perspektif Islam.Baik dari sisi historis sejak jaman Khulafaurosyidin sampai sekarang ini, bagaimana bentuknya. Sangat menarik untuk dibicarakan,” paparnya.

Dubes Najib mengingatkan, sebelum melanjutkan menggali warisan Islam yang modern di era itu, yang sangat mengapresiasi sain dan teknologi, bahkan mengembangkan sain dan teknologi tersebut, kita perlu memahami, sebenarnya semuanya itu dimulai dari apa yang disebut Baitul Hilmah di Baghdad.

Informasi yang diberikan kepada kita, bahwa Baitul Hikmah itu merupakan lembaga penerjemahan. Namun, setelah mempelajari secara detail, ternyata tidak.

Dubes Muhammad Najib menjadi narasumber diskusi KAHMI Eropa Raya, di Madrid

Menurut Dubes Najib, itu seperti universitas sekaligus lembaga riset, kalau kita menggunakan istilah nomenklatur saat ini.

“Kenapa, karena tidka sekedar menterjemahkan.Jadi, ilmu-ilmu yang ditulis dalam bahasa China diterjemahkankedalam bahasa Arab.Ilmu-ilmu yang ditulis dalam bahasa Latin dan Yunani, diterjemahkan kedalam bahasa Arab.Ilmu-ilmu Persi diterjemahkan kedalam bahasa Arab. Ilmu-ilmu yang berasal dari India diterjemhakan kedalam bahasa Arab. Nah, kemudian diintegrasikan. Coba bayangkan, dulu ilmu yang jalan sendiri-sendiri itu kemudian diintegrasikan. Nah, setelah diintegrasikan lahirlah ilmu-ilmu baru,” ungkap Dubes Najib.

Sampai sekarang, lanjutnya, angka 1 sampai 9 ditambah 0, itu kan disebut angka Arab. Karena sebelumnya matematika atau ilmu hitung itu menggunakan angka Romawi (i, ii, iii, dst..) yang komplikated sekali, panjang dan rumit sekali. Tetapi begitu diganti angka Arab yang lebih sederhana, muncul Aljabar, matematika, kemudian muncul ilmu astronomi,optik, dan terus berembang, termasuk kedokteran.

Ilmu Kedokteran saat ini disebut ilmu kedokteran modern. Itu cikal bakalnya adalah Ibnu Sina di Baghdad. Sebenarnya dia aslinya dari Kurasan. Dulu Kurasan termasuk Persia, Afghanistan, Pakistan, termasuk Asia Tengah. Mengapa disebut modern, karena sebelumnya pengobatan dilakukan oleh dukun, yang ilmunya tidak standard. Orang per orang punya cara masing-masing, dan tidak pasti sakit apa obatnya apa. Dan belum tentu sembuh.

Sedangkan ilmu kedokteran modern itu ada standarisasinya. Siapa saja yang punya kemampuan menekuni ilmu itu, kalau sudah lulus maka punya kemampuan untuk menyembuhkan. Ada standarisasinya, apapun sukunya, apapun bangsanya, apapun agamanya, punya cara penyembuhan yang sama. 

“Nah sekarang diteruskan oleh Barat. Kalau Barat lebih maju itu karena mereka lebih tekun mempelajari warisan Ibnu Sina, dikembangkan dalam peralatan modern, an seterusnya. Jangan kita balik pengobatan dijaman Rosulullah, ketemunya bekam, dan lainya, dan itu kan sedih sekali. Apa yang kita temukan dan diteruskan orang lain, itu tidak kita akui. Nah, ini persoalan-persoalan yang sekarang kita hadapi,” jelasnya. 

Kalau membahas hubungan Islam dan negara, dia merasa sangat percaya diri (confident). Dalam beberapa tulisan-tulisannya dia membahas soal itu. Bahkan dia siap berdialog dan berdebat terkait masalah tersebut.

“Saya mengingatkan adik-adik HMI dan KAHMI. HMI itu berdiri, kalau merujuk pada pada hari kelahirannya 5 Februari 1947, yang didirikan oleh Lafran Pane dkk, dan dideklarasikan di kampus yang sekarnag bernama UII, itu tujuannya dua. Saya bacakan yang lama (sebelum diamandemen): Yaitu, Mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat Indoensia,” kata Dubes Najib.

Artinya, ada semangat untuk mempertahankan negera yang proklamasikan tanggal 17 AGustus 1945 itu. Jadi, HMI lahir hanya 2 tahun setelah Prokalmasi. Republik masih goyah, paling tidak sampai tahun 1949. Peristiwa 10 Nopember 1945 misalnya, itu adalah upaya untuk menggagalkan Republik. Nah, HMI lahir itu untuk menyelamatkan Republik. Oleh karena itu, saya senang menggunakan istilah Keislaman dan Keindonesiaan itu menyatu dalam tubuh HMI. Ini hatus disadari benar.

“Kalau sekarang ada yang genit ikut-ikut khilafah, patut diduga, selesai ‘ndak perkaderannya di HMI.Atau malah metodologi dan kurikulum perkaderannya yang perlu di evaluasi. Karena kalau dia mengikuti semangat HMI yang s ebenarnya, apalagi dia mengerti sejarah. Karena apa, Republik ini didirikan melalui sebuah proses yang luar biasa.Dan tokoh-tokoh Islam ikut mewarnai didalamnya. Dari Muhammadiyah ada Ki bagus Hadikusumo, dia Ketua PP Muhammadiyah. Dari NU ada Wahid Hasyim. Ada Kasman Singodimejo, ada Agus Salim Itu orang-orang pinter semua dan idealismenya tidak perlu diragukan. Kecintaannya pada Islam luar biasa.Mereka ikut mewarnai. Karena itu saya yakin, Lafran Pane dan kawan-kawan menyadari betul, ini legacy (warisan) yang harus dijaga,” ungkapnya.

Dubes Muhammad Najib menjadi narasumber diskusi KAHMI Eropa Raya, di Madrid

Selain itu, lanjutnya, HMI ini didesain sebagai organisasi kader yang kader-kadernya itu dipersiapkan untuk mengelola negara. Sehingga sering bergelut dengan isu-isu negara. Sedangkan perkaderan di Muhammadiyah itu lebih banyak bergelut dengan isu-isu dakwah dan aktivitas sosial. Semangatnya begitu.Sehingga kader Muhammadiyah itu kalau berhubungan dengan negara gamang.

Kader HMI yang di partai politik tidak berafiliasi dengan partai tertentu. Kader HMI menyebar diberbagai partai. Sehingga waktu dulu diisukan bahwa HMI adalah kader Masyumi, Cak Nur mengatakan “Islam yes partai Islam No”, ada kaitannya untuk “menangkis” stigma ini.

Ada yang menarik, setelah Masyumi berhasil dibubarkan atas provokasi PKI, maka sasarannya berikutnya mau membubarkan HMI. Jenderal Besar Sudirman membela HMI, dengan mengatakan HMI itu “Himpunan Mahasiswa Indonesia dan Harapan Masyarakat Indonesia”. Meski orang sempat mengatakan Panglima Besar Sudirman dikira tidak mengerti singkatan HMI, tetapi taktik penyebutan seperti tersebut terbukti efektif. Dan HMI berhasil diselamatkan.

“Dalam pengabdiannya kader HMI harus sadar hubungan Islam dan Negara, dan bagaimana berkontribusi sesuai dengan profesinya, sesuai dengan posisinya, sesuai dengan kapasitasnya,” ungkap Dubes Najib.

Dubes Najib ingin mengingatkan, sekarang ini banyak yang mempersoalkan Pancasila baik secara terbuka maupun tidak, dengan berbagai cara. Bagi adik-adik HMI, sambungnya, tiak perlu goyah harus firm. Bahkan sebaliknya, harus membela. Karena apa, saya melakukan pengkajian mendalam dan bisa dipertanggung-jawabkan.

“Saya mengkaji Piagam Madinah. Ini konstitusi negara yang tertulis pertama di dunia.Dibuat oleh Rosulullah di Madinah. Ciri negara modern itu konstitusinya tertulis.Yang mengatakan kosntitusinya Al Quran, itu berarti tidakpunya konstitusi.Itu bisa menyebabkan kepala negara bisa semena-mena. Dari sisi konstitusi tertulis itu yang pertama didunia,” paparnya

Kedua, negara yang dibangun dengan prinsip demokrasi pertama didunia.Itu di Madinah oleh Rosulullah. Kenapa saya katakan demokratis, meskipun waktu itu disebut Syuro, tapi substansinya kan sama.

“Nabi itu mendirikan negara Madinah dengan mengundang tidak hanya umat Islam, tetapi juga mengajak tokoh-tokoh agama lain, Kristen dan Yahudi, dan dari kelompok lainnya. Dan mereka secara aklamasi meminta Nabi menjadi pemimpin. Artinya Rosulullah itu jangan hanya dilihat sebagai sosok nabi. Pada saat dia jadi kepala negara Madinah, itu dia menjadi pimpinan politik. Karena itu pada saat membuat perjanjian Hudaibiyah dengan kaum kafir Quraiys, itu nama Muhammad Rosululah dikoreksi, menjadi Muhammad bin Abdullah. Karena penyebutan Rosulullah itu menunjukkan pengakuan terhadap Islam.Mereka tidak mau mengakui Islam. Tetapi mengakui Rosululah sebagai kepala negara. Umar sampai marah itu. Kata Nabi, jangan, dia benar ganti saja,” ungkapnya menjelaskan.

Di akhir ceramahnya, Dubes mengingatkan bahwa Indonesia ini negara kepulauan, masyarkatnya terbiasa berhubungan dan bertransaksi dengan bangsa lain. Bangsa Indonesia itu fleksibel sekali, sangat toleran terhadap bangsa lain, terhadap agama lain. Karena itu di Indonesia tidak seharusnya terjadi percekcokan karena perbedaan agama, suku, dan lain-lain. Itu sudah selesai.

“Nah, masalah-maslah itu muncul belakangan seetlah ada pengaruh perekcokan di Timur Tengah. Dibawa-bawa ke Indonesia. Jangan mau. Nah, hal-hal seperti ini penting kita sadari,” pungkasnya.

 

EDITOR: REYNA

 

 

 

Last Day Views: 26,55 K