Oleh: Soegianto@fst.unair.ac.id
Roger Penrose, seorang fisikawan teoretis terkenal, menegaskan bahwa kesadaran bukanlah hasil dari proses komputasi atau fisik yang dapat sepenuhnya dijelaskan oleh perhitungan matematis. Ide ini, yang dikenal sebagai Orchestrated Objective Reduction (Orch-OR), adalah pandangannya tentang bagaimana kesadaran mungkin berasal dari tingkat kuantum di dalam neuron, menentang gagasan bahwa kesadaran muncul dari komputasi sinapsis.
Awal Pemikiran Penrose
Penrose mulai mengembangkan gagasan ini saat menulis bukunya, The Emperor’s New Mind. Buku ini lahir dari diskusinya dengan para pakar AI seperti Edward Fredkin dan Marvin Minsky, yang membayangkan bahwa kecerdasan buatan suatu hari dapat melampaui kapasitas manusia. Penrose merasa skeptis dan yakin bahwa ada sesuatu yang hilang dalam pandangan tersebut. Dengan latar belakang ini, ia mendalami hubungan antara fisika, matematika, dan kesadaran.
Perkenalan dengan Mikrostruktur Otak
Dalam prosesnya, Penrose mulai menyelidiki mekanisme dalam otak yang mungkin mendukung ide non-komputasi ini. Awalnya, ia hampir menyerah karena keterbatasan pengetahuan tentang neurofisiologi, hingga ia dikenalkan kepada mikrotubulus oleh Stuart Hameroff. Mikrotubulus adalah struktur simetris di dalam sel yang memainkan peran penting dalam pembelahan sel dan proses lainnya. Hameroff berpendapat bahwa mikrotubulus dipengaruhi oleh gas anestesi umum, yang secara sementara mematikan kesadaran. Penrose menganggap bahwa simetri mikrotubulus memungkinkan mereka untuk menjaga koherensi kuantum, sebuah kondisi penting untuk mendukung mekanisme non-komputasi kesadaran.
Kesadaran dan Kuantum
Penrose menjelaskan bahwa efek kuantum di mikrotubulus mungkin melibatkan proses yang melampaui mekanika kuantum konvensional. Ia berpendapat bahwa teori kuantum saat ini, yang diatur oleh persamaan Schrödinger, hanya mendeskripsikan evolusi sistem secara deterministik. Namun, kesadaran memerlukan sesuatu yang lebih, yakni reduksi keadaan kuantum yang tidak dapat dijelaskan oleh teori yang ada. Ia percaya bahwa gravitasi mungkin memainkan peran dalam reduksi kuantum ini, sebuah pandangan yang hanya didukung oleh sedikit ilmuwan.
Eksperimen dan Tantangan
Walaupun banyak eksperimen sedang dilakukan untuk memahami peran mikrotubulus dalam kesadaran, termasuk pengaruh gas anestesi, bidang ini masih dalam tahap awal. Penrose mengakui bahwa bukti saat ini belum cukup kuat untuk membuktikan teorinya, tetapi ia tetap optimis bahwa eksperimen masa depan dapat memberikan wawasan lebih lanjut.
Tiga Kategori Teori
Penrose membagi teori fisika menjadi tiga kategori: “superb,” “useful,” dan “tentative.” Dalam konteks kesadaran, ia merasa kita bahkan belum mencapai tahap “tentative.” Penelitiannya mencoba mengatasi ketidakjelasan ini, tetapi ia juga menyadari bahwa jalan menuju pemahaman penuh tentang kesadaran masih panjang.
Menurut Penrose, kesadaran melibatkan elemen “proto-kesadaran,” yang merupakan blok bangunan dari pengalaman sadar. Elemen-elemen ini, yang dihasilkan oleh reduksi kuantum, perlu diorkestrasi oleh otak untuk menciptakan kesadaran penuh. Namun, bagaimana proses ini bekerja masih menjadi misteri besar.
Penrose percaya bahwa untuk memahami kesadaran, kita membutuhkan pendekatan baru yang melampaui batasan mekanika kuantum konvensional dan memanfaatkan teori gravitasi kuantum. Meski pandangannya kontroversial, ia tetap menjadi suara penting dalam diskusi tentang hubungan antara kesadaran, fisika, dan kecerdasan buatan.
Kesadaran, Kehendak Bebas, dan Reduksi Objektif Orkestrasi (Orch OR)
Hubungan antara mekanika kuantum, kesadaran, dan kehendak bebas telah menjadi pusat perdebatan dalam sains, filsafat, dan ilmu kognitif. Gagasan bahwa kesadaran dapat dipengaruhi oleh prinsip-prinsip kuantum, sebagaimana dijelaskan dalam teori Orchestrated Objective Reduction (Orch OR) oleh Roger Penrose dan Stuart Hameroff, memberikan perspektif baru yang memikat.
Kehendak Bebas: Ilusi atau Realitas?
Filsuf telah lama memperdebatkan apakah kehendak bebas benar-benar ada atau hanya ilusi dalam alam semesta yang sepenuhnya deterministik. Mekanika kuantum mengguncang asumsi deterministik ini dengan memperkenalkan indeterminasi dan superposisi, yang menyatakan bahwa dua hasil yang saling bertentangan dapat eksis hingga diamati. Ini memberi ruang bagi kemungkinan bahwa tindakan manusia tidak sepenuhnya ditentukan oleh sebab-akibat mekanis.
Namun, sifat probabilistik mekanika kuantum juga memunculkan pertanyaan: apakah keberadaan acak kuantum memberikan kebebasan sejati, atau hanya menghasilkan pilihan yang tidak dapat diprediksi tanpa benar-benar “bebas”?
Orch OR: Menghubungkan Kesadaran dan Kuantum
Teori Orch OR menyatakan bahwa kesadaran mungkin muncul dari proses non-komputasi di dalam otak, melibatkan mikrotubulus—struktur simetris dalam neuron. Penrose berargumen bahwa mikrotubulus dapat menjaga koherensi kuantum yang memungkinkan reduksi keadaan kuantum secara spontan. Proses ini tidak hanya non-deterministik tetapi juga diyakini sebagai dasar dari kesadaran manusia.
Mekanisme Kuantum di Otak:
1. Koherensi Kuantum dan Mikrotubulus
Struktur mikrotubulus dalam neuron memiliki simetri yang memungkinkan mereka menjaga keadaan kuantum. Penrose dan Hameroff berpendapat bahwa interaksi kuantum di dalam mikrotubulus dapat menjadi sumber kesadaran.
2. Reduksi Objektif Orkestrasi
Proses ini melibatkan kolaps fungsi gelombang yang dipengaruhi oleh gravitasi. Menurut Penrose, kolaps ini terjadi secara spontan, dipengaruhi oleh massa dan waktu, dan menghasilkan “proto-kesadaran” sebagai blok bangunan pengalaman sadar.
Kehendak Bebas dalam Konteks Kuantum
Quantum membuka kemungkinan baru untuk kehendak bebas:
Indeterminasi Kuantum: Proses acak di tingkat kuantum dapat memengaruhi keputusan neuron, menciptakan hasil yang tidak sepenuhnya deterministik.
Efek Kupu-Kupu Kuantum: Satu perubahan kecil di tingkat kuantum dapat memiliki dampak besar, menciptakan efek riak yang mengubah arah pemikiran.
Namun, kritik muncul dari argumen bahwa efek kuantum di otak mungkin terlalu kecil atau jarang untuk memengaruhi pengambilan keputusan secara signifikan. Fisikawan seperti Max Tegmark juga berpendapat bahwa otak terlalu “panas, basah, dan bising” untuk mempertahankan koherensi kuantum.
Implikasi Filsafat dan Sains
1. Determinisme vs. Kebebasan: Mekanika kuantum menantang pandangan deterministik, tetapi apakah itu cukup untuk mendukung kehendak bebas masih menjadi perdebatan.
2. Gödel dan Non-Komputasi: Penrose mengacu pada teorema ketidaklengkapan Gödel, menyatakan bahwa matematika (dan sains) tidak dapat sepenuhnya membuktikan validitasnya sendiri. Dengan analogi, ia menyimpulkan bahwa pikiran manusia beroperasi di luar algoritma komputasi.
3. Kesadaran sebagai Fenomena Kuantum: Jika kesadaran bergantung pada mekanisme kuantum, itu mengubah cara kita memahami pikiran dan pengambilan keputusan, membuka jalur baru untuk eksplorasi ilmiah.
Analisa
Teori Orch OR memberikan kerangka kerja potensial untuk memahami hubungan antara mekanika kuantum, kesadaran, dan kehendak bebas. Meskipun belum terbukti, teori ini menawarkan wawasan yang menarik tentang sifat kesadaran manusia. Debat mengenai apakah kita memiliki kehendak bebas atau hanya ilusi deterministik tetap terbuka, tetapi teori seperti Orch OR memperkaya diskusi dengan memadukan sains dan filsafat untuk mengeksplorasi batas pemahaman manusia.
Soegianto @Surabaya ujung 2024
EDITOR: REYNA
Related Posts
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Kelemahan Jokowi
No Responses