Oleh: Isa Ansori
Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
Ibarat sebuah kompetisi, maka hari ini 28 November 2023 adalah dimulainya pertandingan. Tentu saja dalam pertandingan ada panitia, ada wasit, ada penonton, ada pelatih dan ada pemain. Kita semua berharap bahwa pertandingan ini bisa dilakukan dengan baik, fair play dan jujur. Tujuannya agar pertandingan terlihat indah, menyenangkan dan tentu adil, karena tidak ada yang merasa dicurangi.
Namun sayangnya, sebelum pertandingan dimulai, isu kecurangan, isu intervensi serta isu isu lain yang berbau curang dan meninggalkan sportivitas justru mengemuka, setidaknya apa yang dilaporkan oleh Aiman jurnalis TV, tentang keterlibatan aparat menjadi penguat dugaan ketidakjujuran.
Meski sudah dibantah oleh petingginya dalam rapat dengan DPR, tapi itu tidak menunjukkan sebuah upaya bahwa kejujuran, lebih banyak hanya untuk menutupi keterlibatan dan mengalihkan perhatian, karena realitas di lapangan sejatinya seperti itu. Di Sebuah daerah di Jatim, aparat dikerahkan untuk memasang baliho salah satu capres yang didukung oleh kekuasaan.
Hal yang sama terjadi pada kekuasaan, bahwa akan cawe cawe dalam pilpres 2024, ini memperkuat dugaan bahwa panitia dan penyelenggara akan melakukan keberpihakan dan kecurangan. Lalu apa yang bisa kita lakukan sebagai penonton?
Sebagai penonton tentu ada keterbatasan untuk mengingatkan penyelenggara dan wasit, sebagai penonton yang baik maka sikap yang diambil adalah tetap menyemangati dan tidak henti henti meneriakkan kecurangan kecurangan yang terjadi.
Relawan Amin harus memposisikan diri tidak hanya jadi penonton, tapi mereka adalah bagian dari permainan, hanya saja posisi mereka diluar lapangan. Meski posisinya diluar, tapi mereka sah untuk selalu mengingatkan dan meneriakkan kebenaran ditengah terjadinya kecurangan.
Ibarat kentongan yang dalam tradisi kita adalah simbol adanya bahaya, ada perampokan dan bahaya bahaya lain, relawan Amin harus jadi kentongan, yang selalu meneriakkan adanya kecurangan dan sebagai alarm permainan harus dijaga tetap menjaga sportifitas.
Keberanian menjadi hal penting, bekerja sendirian tentu tidak mungkin, kolaborasi dan kerjasama saling menguatkan, akan membuat kentongan gaungnya semakin keras. Saatnya kita teriakkan “Lawan Kecurangan”, ” Ciptakan Pemilu Yang Bersih”, “Pemimpin Yang Dihasilkan Oleh Kecurangan, Akan Membuat Rakyat Sengsara”.
Permainan sudah dimulai, saling menguatkan dan saling meneriakkan bahaya kecurangan sebagai ancaman demokrasi, relawan Amin saatnya menjadi barisan gerakan rakyat untuk perubahan.
Surabaya, 28 November 2023
EDITOR: REYNA
Related Posts
Kerusakan besar ekosistem Gaza, runtuhnya sistem air, pangan, dan pertanian akibat serangan Israel
Ilmuwan Gunakan AI untuk Ungkap Rahasia Dasar Laut Antartika
Kepala Desa Tirak, Suprapto, Membisu Soal Status Anaknya Yang Diduga Pembebasan Bersyarat (PB) Kasus Narkoba, Lolos Seleksi Calon Perangkat Desa
Jerat Jalur Merah: Ketika Bea Cukai Jadi Diktator Ekonomi
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Mahfud MD Guncang Kemenkeu: Bongkar Skandal 3,5 Ton Emas dan TPPU Rp189 Triliun di Bea Cukai!
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Skandal Tirak: Dinasti Narkoba di Balik Kursi Perangkat Desa Ngawi
Studi iklim menunjukkan dunia yang terlalu panas akan menambah 57 hari superpanas dalam setahun
Pendulum Atau Bandul Oligarki Mulai Bergoyang
No Responses