ZONASATUNEWS.COM, LAMPUNG – Kali ini giliran Universitas Lampung (UNILA) berkolaborasi bersama dengan Sekber KIB menggelar Diskusi Publik bertema: “Menatap Indonesia Maju: Tantangan Masa Depan Global dan Midlle Income Trap”, Kamis (14/9/23)
Ini adalah Kegiatan Kolaborasi KIB goes to Kampus untuk pertama kali ke Sumatera. Sebelumnya Sekber telah bekerjasama dengan berbagai kampus di Pulau Jawa.
Acara di mulai pukul 14.15 dengan sambutan Ketua Senat FEB UNILA M.Reza Pratama yang menyoroti otoriterisme pihak Rektor.
Rudi Acil, seorang Akademisi pada sesi berikutnya menyoroti ketimpangan ekonomi yang makin parah.
“Era Jokowi alami kemunduran di daerah, ” kata Rudi.
Koordinator Sekber KIB Habil Marati berceramah didepan Mahasiswa UNILA dalam Acara Diskusi Publik, Kamis (14/9/2023)
Koordinator Sekber KIB Habil Marati dalam pidatonya menyoroti penggunaan APBN yang tidak sesuai dengan profesionaitas dan imparsal.
Kebijakan ekonomi makin liberal yang untungkan para Oligarkhy.
“Di dalam APBN ada ratusan triiun buat pendidikan tapi mutu pendidikan makin merosot,” tegas Habil Marati.
Begitu pula APBN, soal ketahanan pangan yang malah bikin ketergantungan akan BLT. Rakyat di buat sengaja miskin buat kepentingan electoral pemilu.
“Situasi ini membuat kemunduran dan sulit Indonesia keluar dari jebakan negara berkembang. Untuk itulah Indonesia butuh figur yang visioner dan memiliki integritas teruji dan miliki rekam jejak mumpuni yakni Anies Rasyid Baswedan,” ungkap Habil Marati.
Sementara itu Ahli Hukum Tata Negara, Reffly Harun, dalam ceramahnya mengatakan Indonesia seperti kembali ke era Orba.
“Yakni di pergunakan pasal UU NO 1/1946, pasal karet untuk jerat suara kritis,” ungkap Refly.
Narasumber berikutnya, Saut Situmorang, mantan Pimpinan KPK menyatakan miris dengan Rezim Jokowi yang bikin indeks korupsi Indonesia di bawah Timor Leste.
“Makanya ekonomi sulit keluar dari jebakan midle income trap yakni ekonomi morat-marit penuh kasus korupsi yang bukan investor ogah masuk,” kata Saut Situmorang.
Narasumber puncak, filosof dan penggagas gerakan akal sehat Rocky Gerung. Dia menyesalkan otoriterisme yang terjadi di mana-mana.
“Negara yang makin sering persekusi suara kritis berati negara gagal,” kata Rocky.
Rocky menegaskan, negara tidak boleh membungkam kritisme, karena negara butuh oposisi sebagai kontrol.
“Indonesia makin jauh dari azas demokrasi yang di inginkan ketika kita merdeka,” ungkapnya.
Padahal negara lain sudah fikirkan mau ke antariksa, kita malah negara persekusi warganya, kata Rocky.
Rocky Gerung berjanji akan terus ungkapkan kebenaran meskipun harus hadapi kriminalisasi.
Narasumber Diskusi diantaranya: Rocky Gerung, Habil Marati, Refly Harun, Saut Situmorang, dan Akademisi UNILA
Acara yang di hadiri Ratusan Mahasiswa UNILA ini berlangsung sengit dan terjadi kritisme di kalangan mahasiswa.
Tampak hadir dalam acara tersebut para aktivis dari Sekber KIB diantaranya, Prof Anwar Sanusi, Andrianto Andri, Makmun,
Sirojudin, dll.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Soeharto, Satu-satunya Jenderal TNI Yang 8 Kali Jadi Panglima

Pro-Kontra Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Antara Rekonsiliasi dan Pengkhianatan Reformasi

Kasusnya Tengah Disidik Kejagung, Sugianto Alias Asun Pelaku Illegal Mining Kaltim Diduga Dibacking Oknum Intelijen

Habib Umar Alhamid: Waspada, Ombak dan Badai Bisa Menerpa Pemuda-Pemudi Indonesia

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

OKI mendesak Dewan Keamanan untuk mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB

Jokowi, Pratikno dan Prabowo Bisa Terbakar Bersama – sama

Pongah Jadi Menko Tiga Kali

Jihad Konstitusi Kembali ke UUD 18/8/1945

Yahya Zaini Dukung Konsep “School Kitchen” Untuk MBG Yang Aman dan Dekat Anak




No Responses