ZONASATUNEWS.COM, JAKARTA – Bank-bank di Indonesia, baik bank lokal maupun asing kompak mulai menjual mata uang dolar AS Rp 16.000. Memang dolar AS terus menguat dan menggencet nilai rupiah sejak minggu kemarin ke level Rp 16.000.
Dilansir detikcom, Senin (23/10/2023), Bank UOB terpantau menjual dolar AS di level Rp 16.349. Sementara itu, kurs beli dipatok di harga Rp 15.551.
Di sisi lain, Bank HSBC mematok kurs jual dolar AS di level Rp 16.314 dan kurs beli di Rp 15.510 pada penukaran uang kertas. Sementara itu, untuk penukaran secara transfer kurs jual dipatok Rp 16.135 dan kurs beli dipatok Rp 15.685.
Bank lokal juga menjual dolar AS di level Rp 16.000, hanya Bank Mandiri yg masih menjual di bawah Rp 16.000, itu pun nilainya sudah mendekati Rp 16.000.
Rupiah tertekan
Managing Director Political Economic and Policy Studies (PEPS) Anthony Budiawan menyatakan, kurs rupiah masih terus tertekan. Tembus Rp16.000. Bank Indonesia harus kerja ekstra keras untuk menjaga kurs rupiah agar tidak terdepresiasi terlalu cepat. Intervensi. Tapi belum berhasil.
Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan menjadi 6 persen juga belum efektif menjaga kurs rupiah.Tiba-tiba Gubernur BI, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Menteri Keuangan datang ke istana.
“Apakah kondisinya begitu memprihatinkan sehingga harus melapor kepada presiden secara mendadak? Apakah jumlah devisa pemerintah masih cukup? Apa harus ditambal dengan utang?,” kata Anthony di akun X miliknya.
Masalah kurs rupiah ternyata jauh lebih serius dari yang kita perkirakan. Bank Indonesia sepertinya sudah menyerah. Secara terbuka mengatakan, Indonesia akan masuk ke rezim suku bunga tinggi untuk jangka waktu panjang: higher for longer, untuk menjaga kurs rupiah agar tidak anjlok terlalu dalam.
Rusia, Ukraina, Timur Tengah, menjadi kambing hitam. Sangat lucu. Karena mata uang Vietnam dan Thailand, misalnya, baik-baik saja. Apalagi mata uang Singapore, sangat baik.
“Tapi, apapun alasannya tidak penting. Faktanya, kurs rupiah sedang tidak baik, terpuruk, dan nampaknya sangat serius,” tegas Anthony.
Bank Indonesia juga menegaskan, selama ini menjaga kurs rupiah dengan intervensi pasar. Tetapi upaya ini rupanya tidak berhasil. Kurs rupiah masih merosot. Kenaikan suku bunga acuan beberapa hari yang lalu menjadi 6 persen juga tidak efektif.
Kondisi ini membuat Gubernur Bank Indonesia, Ketua Dewan Komisioner OJK, dan Menteri Keuangan harus menghadap presiden Jokowi, Senin(23/10).
Tentu saja, bukan untuk hal biasa-biasa saja. Pasti ada masalah sangat serius, kurs rupiah sedang menghadapi tekanan serius.
“Bank Indonesia menyerah, masuk rezim suku bunga tinggi. Untuk jangka waktu lama. Ekonomi akan tertekan,” ungkap Anthony lagi.
Akibantya, katanya, harga pangan, BBM dan tarif listrik akan terkerek naik. Inflasi meningkat. Dan jumlah rakyat miskin juga akan meningkat.
Sedangkan orang kaya akan semakin kaya. Mendapat ‘durian runtuh’ kenaikan kurs dolar AS.
“Semoga masyarakat siap mengatasi kesulitan ini. Siap menjadi semakin miskin. Apakah siap?” jelasnya.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Ridwan Hisyam: Soeharto Layak Dapat Gelar Pahlawan Nasional

Dr. Anton Permana: “Soliditas TNI Masih Terjaga, Konflik Internal Itu Wajar Tapi Tak Mengancam”

Lebih Mudah Masuk Surga Daripada Masuk ASEAN

Zohran Mamdani adalah Pahlawan Kita

Soeharto, Satu-satunya Jenderal TNI Yang 8 Kali Jadi Panglima

Pro-Kontra Soeharto Jadi Pahlawan Nasional: Antara Rekonsiliasi dan Pengkhianatan Reformasi

Kasusnya Tengah Disidik Kejagung, Sugianto Alias Asun Pelaku Illegal Mining Kaltim Diduga Dibacking Oknum Intelijen

Habib Umar Alhamid: Waspada, Ombak dan Badai Bisa Menerpa Pemuda-Pemudi Indonesia

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

OKI mendesak Dewan Keamanan untuk mendukung keanggotaan penuh Palestina di PBB



No Responses