M Badrus Zaman : Raihlah Kemenangan Sejati

M Badrus Zaman : Raihlah Kemenangan Sejati
M.Badrus Zaman, Milad KAHMI ke-56

Oleh: Dr.Eng. M. Badrus Zaman
Dosen Teknik Sistem Perkapalan FTK ITS.

Tahun ini, berdasarkan sidang isbat, hari raya idul fitri 1441 H telah ditetapkan oleh pemerintah. Kali ini jatuh pada tanggal 24 mei 2020. Tentu ini merupakan hari yang penuh kegembiraan, hari yang penuh kebahagiaan dan hari yang penuh kemenangan. 30 hari sudah umat islam melaksanakan ibadah puasa di bulan ramadhan, 30 hari sudah umat islam melakukan proses penggodokan diri untuk mencapai tujuan menjadi muttaqin dan memperkuat ibadah mendapatkan ampunan, rahmat serta berkah dari Allah SWT.

Terbenamnya matahari di akhir bulan ramadhan menandakan perpisahan kita dengan bulan mulia. Satu bulan sudah umat islam melakukan proses di bulan ramadhan. Satu bulan sudah umat islam menghabiskan waktu hanya untuk meraih kemulyaan di bulan Ramadhan. Kini, kesempurnaan dan kemuliaan bulan Ramadhan telah membawa kita semua kepada hari yang fitri. Gema takbir semakin menyempurnakan hari fitri dengan rasa kebesaran Allah, menandai rasa bahagia dan rasa kemenangan.

Pada saat takbir menggema di penjuru dunia, pada saat idul fitri tiba, rasa bahagia telah menyelimuti kita semua. Namun tentu ada juga perasaan sedih, yaitu perasaan yang mengingatkan kita kepada orang-orang tercinta yang mendahului kita. Selain itu, kita juga terbayang akan kesalahan-kesalahan kita kepada saudara-saudara kita baik yang masih hidup maupun yang sudah mendahului kita. Maka pada hari yang fitri kita harus memanjatkan do’a kepada saudara kita yang mendahului serta saling memaafkan kepada sesama, memperkuat silaturrahim (walau saat pandemi covid-19 melalui online) dan merajut kembali keshalihan sosial.

Sesuai firman Allah SWT dalam Alqur’an surat Al-baqarah ayat 183, jelas sudah bahwa tujuan Allah memerintahkan kita berpuasa adalah agar kita “bertakwa”. Puasa yang kita jalani di bulan ramadhan, seluruh aktifitas yang kita jalani di bulan Ramadhan merupakan proses mulia agar kita bertakwa.

Pada prinsipnya, puasa yang kita jalani di bulan Ramadhan, bukan hanya menahan rasa haus dan lapar, namun juga menahan dari segala perbuatan buruk, menahan hawa nafsu, menyempurnakan ibadah dan mensucikan diri. Untuk mencapai tingkat takwa memang sejatinya membutuhkan proses yang komprehensip, penuh keseimbangan.

Takwa merupakan standar tertinggi tingkat kemuliaan manusia. Bagi Allah, insan yang paling mulia diukur dari takwanya. Pada konteks keumatan dan kebangsaan, kita memang berbeda beda warna kulit, berbeda suku, terkadang berbeda pendapat, berbeda kesukaan, berbeda pilihan, berbeda level karir, namun ukuran yang paling mulia disisi Allah adalah dari takwanya. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS: Al-Hujurat :13).

Idul Fitri merupakan hari yang merefleksikan kemenangan umat islam di penjuru dunia atas hasil perjuangan penuh selama bulan Ramadhan. Kita telah terlahir kembali kepada fitroh.

Kemenangan ini merupakan kemenangan hakiki, kemenangan seluruh umat islam, Gema takbir menandai kemenangan tersebut. Setelah meraih kemenangan, tentu yang terpenting adalah mempertahankan kemenangan tersebut.

Nah, pada idul fitri, bagaimana kita mampu meraih kemenangan sejati? Pada konteks ini, ada 4 pola kemenangan, yaitu: pertama, Kemenangan Spriritual.

Pada bulan Ramadhan, umat islam secara penuh diperintahkan oleh Allah menjalankan puasa. Puasa yang dijalani diikuti dengan menahan hawa nafsu, menahan perbuatan keji dan munkar, serta ibadah ritual yang membawa kepada level ketakwaan. Ketika sampai pada level ketakwaan, disinilah kita mendapatkan kemenangan spiritual. Satu bulan penuh berlatih, satu bulan penuh berproses.

Memang, kita sebagai muslim dituntut untuk selalu mencapai kemenangan. Bukan sebuah kemenangan kompetisi semu, namun kemenangan mencapai derajat tertinggi sebuah kemulyaan, yaitu kemenangan sebagai insan yang muttaqin. Pada setiap adzan, kita 5 kali diserukan “Hayya ‘Alal Falah’ yang artinya: Mari menuju kemenangan, keberuntungan. Jiwa yang menang adalah yang selalu ingin membentengi diri dari perbuatan negatif dan selalu berbuat baik pada kehidupan, baik pada konteks hablum minallah dan hablumminannas. Itulah esensi takwa yang dicapai di bulan ramadhan.

Kedua, Kemenangan Emosional. Selama bulan ramadhan, kita tidak hanya menahan lapar dan dahaga saja, namun juga menahan emosi. Ibadah ramadhan telah membimbing umat islan mencapai kemenangan emosional.

Emosi adalah sifat, perilaku dan kondisi perasaan yang terdapat dalam diri seseorang. Ia bisa berupa rasa ingin marah, rasa takut, rasa cinta atau keinginan yang kuat untuk membenci dan mencintai, rasa cemas, rasa minder dan sebagainya. Sebuah perasaan Emosi yang menang merupakan emosi yang terkendali dengan baik yang dalam islam disebut “Sabar”.

Menurut beberapa ahli, kecerdasan Emosional adalah sangat penting sebagai kunci kesuksesan. Kecerdasan emosional ini ternyata sama maknanya dengan “sabar” dalam islam. Sabar dalam islam bukanlah suatu “kelemahan”, tetapi sabar merupakan suatu “kekuatan”.

Dalam Al-qur’an dijelaskan bahwa satu orang sabar mampu mengalahkan sepuluh lawan pada pertempuran, atau setidaknya bisa mengalahkan 10 kali lipat jumlah lawan. Firman Allah dalam Alqur’an surat Al-anfal ayat 65: Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antaramu, niscaya meraka dapat mengalahkan seribu orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti. (QS:Al-Anfal: 65).

Ketiga, Kemenangan Intelektual. Para ahli mendefinisikan intelegensi sebagai kapasitas untuk membaca berbagai respons secara fleksibel, dan merealisasikannya menjadi perilaku nyata. Meskipun terdapat definisi intelegensi yang bervariasi, para ahli sepakat bahwa intelegensi merupakan kapasitas untuk belajar dari pengalaman serta beradaptasi dengan lingkungan.

Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan yang mampu menjaga keseimbangan pemikiran, memperkuat kemampuan nalar ilmu pengetahuan dan implementasinya untuk kemanfaatan umat dan bangsa. Disinilah lingkungan kita merasa nyaman atas kehadiran kita yang cerdas secara intelektual.

Orang yang cerdas intelektual tidak hanya mengandalkan kepintaran dan ketajaman ilmu pengetahuan, namun juga mampu mengimplementasikan untuk kebaikan lingkungannya. Jika kita punya kecerdasan, punya ilmu pengetahuan, maka kita akan mampu mengelola lingkungan kita dengan baik.

Allah menegaskan dalam surat Ar Rahman ayat 33: “Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan/ kecerdasan”(QS:Ar-rahman:33).

Nah, Pada bulan ramadhan, umat Islam telah berlatih mengimplementasikan kecerdasan dan kepintarannya untuk membedakan mana yang hak dan mana yang kewajiban. Mana yang halal dan haram. Kecerdasan intelektual telah mampu diraih. Itulah mengapa kita bisa katakan bahwa kita meraih kemenangan intelektual.

Keempat, Kemenangan sosial. Bulan puasa mampu memperkuat interaksi sosial, menghapus dinding pemisah antara yang kaya dan miskin, memperkuat kebersamaan.

Pada bulan puasa, implementasi zakat adalah bentuk melatih diri memperkuat ikatan sosial tersebut. Inilah bentuk kesempurnaan dan kemenangan umat Islam. Pada hari yang fitri ini, kita harus makin memperkuat ikatan sosial antara sesama, merawat persatuan dan kesatuan, membangun agama dan negara dalam bingkai persatuan, kerukunan, saling menghormati dan menghilangkan permusuhan.

Itulah empat kemenangan yang diraih umat islam selama ramadhan. Ramadhan telah mampu memproses umat islam meraih kemenangan tersebut. Maka tugas kita semua adalah bagaimana mempertahankan kemenangan tersebut untuk diimplementasikan pada bulan-bulan selanjutnya.

Umat islan di dunia harus menjadikan momentum kemenangan ini dengan saling bermaafan atas segala salah dan khilaf dan menjaga keharmonisan interaksi sosial serta makin memperkuat “hablumminannas” kita.

Walaupun era pandemi covid-19, interaksi sosial dan silaturrahim bisa dengan daring. Transformasi digital diimplementasikan. Semoga rahmat dan keberkahan menyertai kita semua sebagai umat islam.Amin. Selamat Idul Fitri 1441 H, mohon maaf lahir dan bathin.

Editor : Setyanegara 

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. pgslotDecember 6, 2024 at 3:14 pm

    … [Trackback]

    […] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/m-badrus-zaman-raihlah-kemenangan-sejati/ […]

  2. คลินิกเสริมความงามJanuary 13, 2025 at 8:09 am

    … [Trackback]

    […] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/m-badrus-zaman-raihlah-kemenangan-sejati/ […]

  3. Lsm168th เว็บพนันยอดฮิต มีครบทุกเดิมพันFebruary 6, 2025 at 1:23 pm

    … [Trackback]

    […] Here you will find 29341 more Info on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/m-badrus-zaman-raihlah-kemenangan-sejati/ […]

Leave a Reply