Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib (33): Renaissance of Islam

Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib (33): Renaissance of Islam
Tangkapan layar : Dubes RI untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO Dr Muhammad Najib menyampaikan pidato dalam diskusi yang diselenggarakan oleh RMOL.ID dengan topik "Dari Spanyol Menata Diaspora Muslim Indonesia", Selasa (21/12/2021)

Oleh: Budi Puryanto, Jurnalis

 

Diaspora Muslim Indonesia (DMI)

Dr Muhammad Najib melontarkan gagasan ingin membentuk jaringan Diaspora Muslim Indonesia (DMI). Hal itu dikatakannya dalam diskusi bertema “Dari Spanyol Menata Diapora Muslim Indonesia”, Selasa (21/12/2021) yang diadakan secara virtual oleh RMOL.ID

Sebenarnya gagasan tersebut sudah ada sejak dirinya masih duduk di Komisi I DPR RI, yang membidangi Pertahanan, Luar Negeri, Komunikasi dan Informatika.

Tangkapan layar diskusi yang diselenggarakan oleh RMOL.ID dengan topik “Dari Spanyol Menata Diaspora Muslim Indonesia”, Selasa (21/12/2021). Dr Muhammad Najib sebagai narasumber diskusi

Jaringan Diaspora Indonesia sendiri, kata Muhammad Najib, sudah dibentuk oleh Dino Patti Jalal saat menjadi Dubes AS. Saat pembentukan jaringan Diaspora Indonesia (DI) menurutnya cukup berhasil, karena yang hadir cukup banyak.

Namun menurut pengamatan dan penilaiannya, DI hanya fokus pada kelompok profesional, khususnya di wilayah AS dan Eropa. Sedangkan untuk wllayah Timur Tengah masih kurang tersentuh.

“Padahal di wilayah Timur Tengah itu Diaspora Indonesia jumlahnya cukup besar, baik kalangan profesional maupun mahasiswa. Sebagian besar mereka muslim. Saya ingin mengisi kekosongan itu,” kata Muhammad Najib.

Gagasan DMI ini sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dari pandangannya tentang keberadaan dunia Islam saat ini, seperti tergambar dalam buku barunya “Mengapa Umat Islam Tertinggal”, serta buku-buku lain yang ditulisnya.

Keprihatinannya atas kondisi dunia Islam saat ini, yang seolah berulang-ulang mengalami bencana, menggugah semangatnya untuk mencari solusi atas kemunduran (kemandegan) dunia Islam dewasa ini.

Dalam kondisi demikian, Dr Muhammad Najib berpandangan bahwa praktek kenegaraan di Indonesia tentang hubungan Islam dan negara, adalah sangat maju, dibanding yang diterapkan di Timur Tengah atau neagara Islam lainnya. Ini sungguh pandangan yang progresif untuk saat ini.

Dia juga berkeyakinan kuat, sudah saatnya Indonesia (yang berpenduduk mayoritas muslim ini) memimpin dunia Islam.

Beberapa kalangan idenya ini dianggap mimpi disiang bolong. Pasalnya, Indonesia itu masih belum kaya. Bagaimana Indonesia mau memimpin dunia Islam. Indonesia itu belum ideal dalam mempraktekkan nilai-nilai Islam.

“Bagaimana Indonesia mau mengajari orang-orang Arab, yang katanya lebih fasih berbahasa Arab dan lebih paham Al Quran, dan lebih dekat Mekkah dan Madinah,”lanjutnya.

Namun, Dubes Najib mengaku punya keyakinan tersendiri. Punya ide yang berbeda. Karena, dia mengenal banyak tokoh-tokoh di dunia Islam.

“Saya mengenal bahasa Arab. Saya banyak belajar tafsir dan hadis. Saya mengerti sejarah. Saya tahu politik. Dan tidak benar kalau orang Arab itu lebih solid. Tidak benar orang Arab lebih ngerti Islam,” ungkapnya lanjut.

Apalagi dalam konteks berbangsa dan bernegara, katanya, Indonesia itu maju sekali. Republik Indonesia yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945 itu, saya berani katakan sebagai impementasi nilai-nilai Islam dalam kehidupan bernegara yang paling maju didunia Islam sampai saat ini.

Jadi, lanjutnya, negara-negara muslim lainnya harus belajar ke Indonesia. Indonesia mempraktekkan demokrasi luar biasa maju. Walau belum idelal. Belum bermuara kepada kemakmuran rakyat. Belum bermuara kepada keadilan.

“Tapi tonggak-tonggaknya sudah cukup kuat. Bentuk bangunannya sudah nampak jelas.Pancasila ini sudah final.Tinggal bagaimana mengisisnya. Maka itu dengan lugas saya katakan berhenti menyesali piagam Jakarta.Kalau kita mengajak-ajak kembali ke Piagam Jakarta, itu bisa mengabaikan kewajiban-kewajiban saat ini. Mengabaikan untuk mengisi peluang-peluang saat ini agar kita bisa maju dalam ekonomi, bisa makmur,” tegasnya.

Sementara itu, negara-negara Arab di Timur Tengah masih mencari bentuk, bagaimana hubungan ideal antara Islam dan negara untuk saat ini.

Ke halaman berikutnya

Last Day Views: 26,55 K