Al-Kindi
Teknik dan metode dasar yang diletakkan oleh Jabir itu dikembangkan al-Kindi. Ia melakukan riset dan eksperimen dengan lebih cermat. Al-Kindi mencoba mengombinasikan beragam tanaman dan bahan-bahan lain untuk memproduksi beragam jenis parfum dan minyak wangi.
Ilmuwan Muslim asal Kufah, Irak, itu pun berhasil menemukan sekitar 107 metode dan resep untuk membuat parfum serta peralatan pembuatannya.
lmuwan kelahiran Irak itu disebut-sebut sebagai pendiri industri parfum yang sebenarnya. Karena semasa hidupnya Al-Kindi melakukan penelitian yang luas serta beragam eksperimen untuk menggabungkan beragam tanaman dan aneka bahan lainnya untuk meproduksi beragam wewangian.
Al-Kindi juga mengelaborasi beragam resep untuk membuat parfum, kosmetik dan obat-obatan. Parfum floral yang dikembangkan Umat Islam itu mulai diperkenalkan kepada masyarakat Eropa antara abad ke-11 dan 12 M melalui jalur perdagangan.
Hal itu dikuatkan dengan catatan pada Pepperers Guild of London yang bertarikh 1179 M yang menyebutkan bahwa orang Eropa melakukan transaksi bahan-bahan parfum serta rempah-rempah dengan pedagang Muslim.
Sementara itu, Orang Eropa baru mengenal cara dan teknik pembuatan baru pada abad ke-14 M. Mereka mengetahuinya dari masyarakat Muslim di semenajung Arab yang terlebih dahulu mengembangkan industri parfum.
Kimiawan Muslim dari abad ke-12, al-Isybili, mengungkapkan, pada masa kejayaan Islam terdapat tak kurang dari sembilan buku teknis dan pedoman bagi pengelola industri parfum.
Meski begitu, kitab tentang pengolahan minyak wangi atau parfum yang masih tersisa hanyalah “Kitab Kimiya’ al-‘Itr” (Book of the Chemistry of Perfume and Distillations) karya al-Kindi.
BACA JUGA :
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaisance of Islam (13)
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (14)
Buku ini berisi ratusan resep tentang wewangian seperti parfum, salep, air aromatik, hingga resep dari tanaman kapur barus juga ia tulis dalam karya monumentalnya itu. Dia juga memberikan resep paling awal untuk produksi kapur barus.
Al-Kindi digambarkan sebagai orang yang memiliki minat besar pada parfum dan produk beraroma. Dia melakukan penelitian ekstensif di bidang ini dan melalui eksperimen berhasil mengekstraksi sejumlah parfum
Ilmuwan muslim yang hidup era Daullah Abbasiyah itu dinilai memberikan kontribusi besar dalam dunia wewangian. Ia sosok yang berdedikasi dalam pengembangan produk parfum.
Eksperimen yang dilakukannya terhadap berbagai jenis tanaman dan bunga itu pun akhirnya bisa dimanfaatkan untuk kepentingan kosmetik dan farmasi.
Al Kindi pun diakui dunia sebagai bapak “wewangian” modern.
Ibn al-Baitar
Ilmuwan muslim yang juga turut memberikan sumbangsihnya dalam dunia aromaterapi ialah Ibn al-Baitar yang hidup pada tahun 1188 sampai 1248. Ia menjelaskan tentang air mawar dan juga air jeruk.
Ibn al-Baitar juga menulis Kitāb al-mughnī fī al-adwiya al-mufradaa sebuah ensiklopedia ilmu kedokteran Islam. Di dalamnya berisi penjelasannya tentang manfaat tanaman dalam dunia pengobatan.
Ibnu Sina
Ilmuwan muslim era Abbasiyah yang juga turut berjasa dalam pengembangan dunia aromaterapi ialah Ibnu Sina.
Ia memperkenalkan tentang proses ekstraksi minyak dari bunga melalui penyulingan, prosedur yang paling umum digunakan saat ini.
Kepeloporan ilmuwan muslim
Peradaban Islam selalu berdiri sebagai pelopor dalam berbagai temuan modern, termasuk pengembangan parfum an aromaterapi. Kepeloporan kaum muslimin ini diakui oleh Sejarawan Sains Barat, Marlene Ericksen dalam karyanya Healing with Aromatherapy.
Para ilmuwan muslim yang dimaksud adalah al-Kindi, Jabir Ibnu Hayyan, Ar-Razi dan Ibnu Sina, Al-Zahrawi.Dedikasi mereka membuat mereka menjadi ilmuwan besar yang diakui dunia.
Para ilmuwan muslim dinilai telah berhasil dalam memanfaatkan senyawa aromaterapi dari tumbuhan.
Keberadaan minyak atsiri yang berasal dari tumbuhan hingga kini sangat diakui khasiatnya. Minyak atsiri menjadi solusi terbaik untuk bebas racun dengan menggunakan bahan organik.
Dedikasi dan keahlian para ilmuwan muslim era keemasan Islam itu diabadikan dalam berbagai kitab-kitab mereka, yang akhirnya dipelajari dan dikembangkan oleh bangsa Eropa.
Jadi, kalau Paris berkembang menjadi kota parfum seperti sekarang, ini semacam duplikasi dan pengulangan apa yang terjadi dikota-kota dunia Islam seperti Baghdad,Kordova, dan kota-kota besar lainnya di dunia Islam, di abad pertengahan yang lalu.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (17) - Berita TerbaruJuly 29, 2022 at 10:08 pm
[…] Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (15) […]
click this link here nowOctober 24, 2024 at 9:45 pm
… [Trackback]
[…] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-islam-15/ […]