Oleh: Budi Puryanto, Jurnalis
Samarkand: Tanah Para Saintis
Dr Muhammad Najib mengatakan Cordova dan Baghdad selalu disebut ketika para peneliti mengkaji kota-kota yang memberikan konstribusi besar dalam perkembangan peradaban Islam di masa lalu.
Padahal banyak kota lain di wilayah Asia Tengah juga memberikan konstribusi dan mewarnai bentuk dan perkembangan peradaban Islam di abad pertengahan, seperti Samarkand dan Bukhara yang kini masuk wilayah Uzbekistan, serta sejumlah kota di sekitarnya.
Samarkand adalah kota terbesar ke dua di Uzbekistan, setelah Tashkent. Keberadaan kota ini setidaknya telah melalui perjalanan sejarah selama 2.750 tahun. Samarkand juga dianggap sebagai salah satu kota tertua di dunia karena didirikan pertama kali pada zaman peradaban kuno negeri Sogdiana (sekitar 600 SM).
Lokasinya yang berada di Jalur Sutra menjadikan Samarkand salah satu kota paling subur di Asia Tengah selama berabad-abad, baik sebelum maupun sesudah penaklukan oleh bangsa Arab Muslim.
Kota ini tumbuh sebagai pusat perdagangan internasional terpenting di Asia Tengah. Di kota ini pula, para pedagang dari berbagai negara bertemu dan saling bertukar pikiran sehingga membentuk asimilasi kebudayaan di antara mereka.
Alexander Agung dari Makedonia, yang menaklukkan Samarkand pada 329 SM, berkata: “Yang saya dengar tentang keindahan kota ini memang benar adanya. Bahkan, kota ini jauh lebih indah dalam kenyataan.”
Pada abad ke-8, Samarkand ditaklukkan oleh bangsa Arab dan Muslim. Selama berada di bawah pemerintahan Dinasti Umayyah, kota ini tumbuh makmur menjadi pusat perdagangan yang menghubungkan rute antara Baghdad dan Cina.
Selanjutnya, pada masa pemerintahan Dinasti Abbasiyah, posisi Samarkand sebagai ibu kota Asia Tengah terus berkembang menjadi pusat peradaban Islam yang sangat penting.
Saat berada di bawah kekuasaan Dinasti Samaniyah Khurasan (862–999), Dinasti Turki Seljuk (1037–1194), dan kemudian Dinasti Shah Khawarazmi (1212–1220), Samarkand terus berkembang menjadi kota yang maju.
Namun, peradaban agung yang sudah dibangun selama berabadabad di kota ini langsung runtuh seketika tatkala pasukan Mongol yang dipimpin oleh Jengis Khan menginvasi Samarkand pada tahun 1220.
Peradaban di Samarkand mulai bangkit kembali ketika Kekaisaran Timuriyah menaklukkan kota ini pada abad ke14. Setelah berhasil menguasai Transoksiana pada 1370, Timur Lenk (pendiri Dinasti Timuriyah, seorang muslim keturunan campuran Turki-Mongol) mulai membangun kerajaannya dan menetapkan Samarkand sebagai pusat pemerintahannya.
Hanya dalam tempo 35 tahun, dia berhasil menaklukkan seluruh Asia Tengah yang mencakup wilayah Iran, Irak, bagian selatan Rusia, hingga wilayah utara India.
BACA JUGA:
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (23)
- Memahami Gagasan Dr Muhammad Najib: Renaissance of Islam (24)
Timur Lenk memiliki minat yang tinggi terhadap dunia seni. Bahkan, semasa hidupnya, dia kerap membawa sejumlah perajin atau seniman dari berbagai daerah yang ditaklukkannya ke Samarkand. Karena itu, tidak mengherankan bila pada kemudian hari Dinasti Timuriyah juga tercatat sebagai salah satu kerajaan yang paling cemerlang dalam sejarah seni Islam.
“Kesenian dan arsitektur Timuriyah memberikan inspirasi kepada daerah-daerah yang membentang dari Anatolia sampai ke India,” ungkap peneliti dari Museum Kesenian Metropolitan, Suzan Yalman, dalam arti kel nya, “The Art of the Timurid Period” (ca. 1370–1507).
Pada tahun 1399 Timur Lenk membangun Masjid besar sebagai lambang cinta untuk istrinya, Bibi Khanum yang cantik. Masjid yang mampu menampung 10.000 ribu jamaah ini pernah menjadi bangunan tertinggi di dunia
Timur Lenk dan Ulama
Di jantung Kota Samarkand. Terdapat tiga madrasah yang megah, yaitu Madrasah Ulugh Beg (1417-1420), Tilya Kari (1646-1660), dan Sir Dor (1619- 1636).
Dulunya kawasan ini merupakan pusat belajar agama, ilmu pengetahuan, dan kegiatan pemerintahan.
Timur Lenk juga dikenal sangat ramah dan hormat kepada para ulama, tidak heran bila wilayah ini juga melahirkan banyak ulama. Salah satu ulama hadis terbesar dalam sejarah Islam, Imam al-Bukhari, dimakamkan dikota ini pada 870 M/256 H.
Ulama besar lainnya yang pernah belajar di kota ini diantaranya Imam Al Maturidy dan Kusam Ibnu Abbas.
Syech Jumadil Qubra, seorang ulama penyebar Islam di Jawa pada masa Kerajaan Majapahit, juga lama bermukim di Samarkand, bahkan sampai menikah dengan wanita setempat.
Makam Syech Jumadil Kubro Terletak di Makam Troloyo, Desa Sentonorejo, Kecamatan Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur. Beliau adalah tokoh pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa.
Syekh Jumadil Qubro memiliki dua anak, yaitu Maulana Malik Ibrahim dan Maulana lshaq, yang bersama-sama dengannya datang ke pulau Jawa. Syekh Jumadil Qubro kemudian tetap di Jawa, Maulana Malik Ibrahim ke Champa, dan adiknya Maulana lshaq mengislamkan Samudera Pasai.
Beberapa Walisongo yaitu Sunan Ampel (Raden Rahmat) dan Sunan Giri (Raden Paku) adalah cucunya, sedangkan Sunan Bonang, Sunan Drajad dan Sunan Kudus adalah buyutnya.
Hal tersebut menyebabkan Syech Jumail Kubro sering disebut sebagai “Bapak para Walisongo”.
Tanah Para Saintis
Selain mewariskan bangunan-bangunan yang indah dan unik, Samarkand pun dikenal sebagai kota pusat studi ilmuwan dunia
Dimasa kejayaannya Pemimpin Samarkand, Timur Lenk, membangun banyak sekolah yang mengembangkan berbagai macam disiplin ilmu, seperti ilmu Tafsir, Hadits, Fiqih, Filsafat, Sastra, Matematika, Astronomi, Geografi, dan sebagainya. Sehingga banyak pelajar dan ilmuwan yang datang dari berbagai penjuru dunia ke Samarkand.
Para Ilmuwan muslim yang berhubungan dengan Samarkand misalnya Abu Ali al Husayn bin Abdullah bin Sina (Ibnu Sina), seorang ahli kedokteran yang lahir di kawasan ini. Ia berpindah ke Hamadan dan Isfahan (kini masuk wilayah Iran) karena persoalan politik terkait dengan perebutan tahta para penguasa setempat.
Ilmuwan kelahiran Farab (kini masuk wilayah Kazakhstan tetangga Uzbekistan) yang sempat menimba ilmu di Samarkand adalah Al Farabi. Ia menekuni ilmu-ilmu Islam, aritmatika, sastra, dan musik. Ia kemudian melanjutkan studinya ke Bagdad, lalu mengembara ke Damaskus.
Al Khawarizm adalah ilmuwan terkenal di masa itu, ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi kelahiran Khawarizm (sekarang bernama Khiva di Uzbekistan), kemudian mendedikasikan keilmuwannya dengan mengajar di Bagdad sampai akhir hayatnya.
Ilmwan besar lainnya yang bisa disebut disini Al Biruni, Umar Khayam, Al Farghani, dan Ulugh Beg.
Sebagai pusat budaya dan kemakmuran, Samarkand mendorong dan menarik cendekiawan terkemuka termasuk Al-Kashi abad ke-15 yang mengabdikan dirinya pada astronomi dan matematika.
Dia diundang oleh Ulugbeg untuk bergabung dengannya di sekolah pembelajarannya di Samarkand bersama dengan sekitar 60 ilmuwan lain seperti Qadi Zada yang juga seorang astronom dan matematikawan ulung.
Karena majunya di bidang sains ini, orang Eropa menyebut kota ini “Tanah Para Saintis”, merujuk pada ilmuwan-ilmuwan hebat yang belajar dan besar di kota ini.
Observatorium Ulugh Beg
Cucu Timur Lenk, Ulugh Beg, seorang ilmuwan hebat, kemudian mengembangkan Samarkand sebagai pusat ilmiah dan budaya. Dia tertarik untuk mengelilingi dirinya dengan para sarjana untuk memperdebatkan pertanyaan ilmiah dengannya.
Pada 1424 ia mendirikan salah satu observatorium terbesar dalam peradaban Muslim. Itu adalah bangunan monumental yang dilengkapi dengan garis meridian besar yang menjadi simbol dari observatorium.
Ulugh Beg adalah seorang astronom yang terkenal dengan karya fenomenalnya “Zidj al Sulthani”.
Karya tersebut memuat pengenalan teoritikal serta katalog dari 1.018 bintang yang digunakan sebagai dasar atlas perbintangan. Untuk menghargai jasa Ulugh Beg, General Conference of Unicef pun pada 1994 memasukkan namanya dalam daftar tokoh tokoh dunia yang diperingati seluruh dunia.
Observatorium ini merupakan bangunan unik tempat pengamatan bintang dengan radius 40,2 m dan sebuah busur 63 m. Selain itu, peralatan-peralatan astronomi dan buku buku karya Ulugh Beg masih bisa disaksikan hingga saat ini.
Kota perdagangan
Sepanjang sejarah, jalur perdagangan memainkan peran sentral dalam transfer barang dan pertukaran ide dan budaya antara berbagai belahan dunia.
Diantara jalur yang paling bersejarah ialah Jalur Sutra, yang merupakan jaringan rute perdagangan melintasi darat dan laut yang menghubungkan daratan dari Cina di Asia hingga kawasan Mediterania di Asia Tengah.
Jalur tersebut menghubungkan peradaban dan orang-orang dari budaya, agama, dan bahasa yang berbeda satu sama lain memungkinkan pertukaran ide, pengetahuan teknis, menciptakan warisan keterhubungan dan apresiasi budaya.
Di sepanjang Jalur Sutra, Samarkand, yang merupakan kota besar di Asia Tengah, menjadi kota perdagangan penting. Pasar disini sangat terkenal karena pada zaman dulu menjadi pusat pertemuan antara pedagang-pedagang Eropa dan Asia di jalur sutra.
Timur Lenk, membangun jalan raya pusat dengan toko-toko untuk mendorong perdagangan dan pengembangan ekonomi pedagang sebagai bagian dari rencananya untuk menjadikan kota ini sebagai pusat perdagangan global di jalur sutra ini.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa sejak zaman Han (206 SM-220 M), para pedagang Samarkand mencapai berbagai tempat terjauh di China untuk berdagang logam mulia, rempah-rempah, kain, dan kerajinan.
Perdagangan membawa kekayaan dan kekayaan yang memungkinkan kesempurnaan dalam proses industri termasuk percetakan, pembuatan kaca dan kertas, keramik, tekstil dan pertanian.
Kota ini disamping tumbuh dan berkembang sebagai kota-kota ilmu, juga tumbuh sebagai kota bisnis, yang berkonstribusi terhadap perkembangan peradaban.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Herbalife sign upNovember 14, 2024 at 7:21 am
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-islam-25/ […]
BAUNovember 17, 2024 at 7:14 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-islam-25/ […]
ติดเน็ตบ้าน เอไอเอสJanuary 27, 2025 at 8:25 pm
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/memahami-gagasan-dr-muhammad-najib-renaissance-islam-25/ […]