ZONASATUNEWS.COM, MADRID – Duta Besar RI untuk Spanyol Dr Muhammad Najib menjadi pembicara (pembahas) buku baru karya Jurnalis Senior Kompas, Musthafa Abd Rahman berjudul “Mengapa Bangsa Arab Terpuruk”. Menurut Dubes Muhammad Najib, buku ini sangat menarik. Meskipun sebagian sudah pernah dibacanya di Kompas, sebagian lagi didengarnya secara langsung dari penulisnya, namun masih banyak hal-hal baru yang tetap menarik.
“Secara umum, meskipun menurut Bapak Musthafa Abd Rahman buku itu tidak baru-baru amat, tetapi bagi masyarakat Indonesia, khususnya para ulamanya yan berkiblat ke Timur Tengah dan sebagian besar masih berkiblat ke Timur Tengah, ini syok ini, melihat judul ini. Dan itu tidak apa-apa, karena cepat atau lambat mereka akan dipaksa keadaan untuk menerimanya. Mudah-mudahan ini juga menjadi pemicu agar buku ini menjadi best seller kedepan,” ujar Dubes Najib.
Ada catatan lain yang dibuat oleh Dubes Najib, sebenarnya bangsa Arab sudah tidak memimpin lagi dunia Islam ketika Bani Abbasyiah di Baghdad runtuh, dan Bani Umayah yang berpusat di Andalusia juga runtuh. Setelah itu kepemimpinan dunia Islam diambil alih oleh bangsa Turki. Kepemimpinan dunia Islam dibawah Turki ini baru runtuh setelah Turki kalah dalam Pernag Dunia I.
“Ini catatan sejarah yang tidak bisa dipungkiri.Sejak itu sebenarnya kepemimpinan dunia Islam dibawah Arab hanya persoalan romantisme. Sayangnya romantisme itu masih terus dipelihara sampai sekarang, termasuk di Indonesia,” ungkap Dubes Najib.
Ada yang menarik lainnya yang perlu diperhatikan menurut catatan Dubes Najib, bahwa Mesir didalam buku tersebut melakukan reformasi lebih awal dibanding Jepang. Bila dibandingkan Restorasi Meiji di Jepang, menurut Musthafa Abd Rahman, Mesir dianggal gagal. Namun Dubes Najib menilai, kalau dibandingkan sukses Jepang, Mesir bisa dianggap gagal. Namun bila dibandingkan dunia Islam lainnya, Mesir itu paling berhasil.
Misalnya, musik atau orkestra musik dalam tahun 60-70 an masih memukau, itu luar biasa. Sebagai misal, dalam dunia musik ini pada tahun itu masih melahirkan Ummu Kultsum, seorang penyanyi hebat di zamannya.
Juga kalau melihat film-film Mesir, lihat di museum Iskandariyah, film-film Mesir pada tahun 80-an masih luar biasa. Mendominasi dunia Arab dan menginspirasi dunia Islam.
“Memang kalau dibandingkan Jepang bisa dikatakan gagal, namun bila dibandingkan dunia Islam lainnya, Mesir paling maju,” papar Dubes Njaib. Dubes Najib menyayangkan, sejak Perang 1973 (dengan Israel), praktis tidak ada perkembangan, termasuk tidak ada lagi pembaharan pemikiran di Mesir.
Menurut Dubes Najib, apa yang terjadi hari ini merupakan puncak kegagalan. Puncak keterpurukan. Oleh karena itu, sejumlah pemikir di UIN – dan juga UIII dibawah pimpinan Prof Komarudin Hidayat – Indonesia akan bisa membangun paradigma baru pemikiran Islam, yang bukan musahil pada saatnya dunia Arab akan belajar dari Indonesia. Kenapa, karena menurut hemat Dubes Najib, sampai saat ini dunia Arab belum menemukan formula yang ideal bagaimana hubungan antara agama dan negara.
“Belum menemukan, sementara di Indonesia tahun 1945 sudah selesai. Apa yang disinggung oleh bapak Ali Muhanif itu memperkuat, bahwa kemenangan Ihwanul Muslimin di Mesir itu ternyata kembali ke masa lalu, tidak meju kedepan. Sehingga menimbulkan kekhawatiran, kecemasan, dan seterusnya muncul implikasi-implikasi negatif lainnya.
Faktor eksternal yang menimbulkan masalah didunia Arab sudah banyak dikaji seperti Amerika, Israel, dan sebagainya. Namun justru faktor internal, menurut hemat Dubes Najib didunia Arab dan juga didunia Islam, faktor eksternal itu terus-menerus dibesar-besarkan untuk menutupi kelemahan diri sendiri, bahkan sampai pada titik mencari kambing hitam.
“Coba perhatikan tokoh-tokoh Islam yang melihat kegagalan partai-partai Islam di Indonesia, juga terbawa oleh pola itu. Bahkan menyalah-nyalahkan orang lain dan mencari kambing hitam. Dan tradisi- dan ini yang juga disinggung oleh Pak Azzumardy Azzra dengan kata-katanya yang sarkasme, tidak mau belajar dari pengalaman masa lalu. Kalau saya menggunakan bahasa yang lebih ilmiah, bahwa Umat Islam termasuk di Indonesia tidak ada tradisi untuk introspeksi diri. Sehingga kemudian tidak megakui kesalahan atau kekurangan dirinya. Denga paradigma itu, tidak pernah berfikir untuk memperbaiki diri. Nah, karena itu kesalahan berulang-ulang dan terus berlanjut,” jelas Dubes Najib.
Bahasa lain yang menarik, yang digunakan oleh Pak Musthafa, bahwa di Timur Tengah pertarungan masih terjadi antara kelompok literalis formalis dengan kelompok substansialis, yang suka berfikir dengan kontekstualisme.
“Ada bahasa yang lebih lugas barangkali, pertarungan antara kelompok fundamentalis, atau kelompok fundamenalis dengan kelompok rasional, pertarungan antara kelompok intoleran dengan kelompok moderat dan toleran. Sampai saat ini kalau saya baca tulisan-tulsan pak Musthafa, itu benar adanya. Kemenangan-kemenangan kelompok fundamenalisme, kelompok literalisme, dan seterusnya. Mudah-mudahan ini menyadarkan tokoh-tokoh Islam di Indonesia, sehingga kemudian bisa lebih menghargai prestasi tokoh-tpkoh Islam Indonesia, yang sudah meletakkan hubungan khususnya, antara negara an agama dengan sangat baik. Dan kelompok yang moderat, toleran, rasional, kontekstualis, yang menerjemahkan spirit agama ke situasi dan kondisi saat ini,” paparnya.
Hal itu diyakini akan memberikan jawaban dan jalan keluar banyak hal yang dihadap saat ini.Kaena itu bisa dirasakan kenapa dunia Arab itu tertinggal dalam sain, teknologi dan industri modern.Mereka lupa bahwa dijaman kejayaan Abbasyiah dan Umayah, khususnya di Kordova atau Andalusia, justru kemampuannya dalam sain, teknologi, dan industri modern.
Kalau dibandingkan Indonesai dengan Turki, Indonesai memang tertinggal dalam industri modern. Kenapa, karena Turki itu sudah menjadi anggota NATO pada tahun 1952. Sedangkan Indonesia masuk ke industri modern baru pada saat pak Habibie Menristek.
Oleh karena itu, menurutnya, saat ini umat Islam Indonesia khususnya tokoh-tokohnya memiliki tanggung-jawab lebih untuk menolong saudara muslimnya didunia Islam yang lain, termasuk dunia Arab.
“Saya kira IAIN memiliki kemampuan untuk itu. Apalagi sekarang sudah menjadi UIN, dimana ilmu-ilmu sain modern juga diajarkan. Sehingga tidak ada split antara ilmu-ilmu dunia dan ilmu-ilmu akherat. Semua diajarkan, ilmu dari Allah dan asalnya satu. Ini saya kira beberapa catatan dari saya. Mudah-mudahan ini bisa memperkaya apa yang sudah ditulis oleh Pak Musthafa Abdul Rahman,” pungkas Dubes Najib.
Ditambahkannya saat menjawab pertanyaan apa efek positif dan negatifnya keterpurukan bangsa Arab tersebut. Menurutnya, efek positipnya bagi kelompok-kelompok fundamentalis intoleran didalam negeri akan kehilangan ruhnya, kiblatnya. Ini diperkirakan dalam waktu yang tidak terlalu lama akan mengurangi konflik-konflik yang beralasan perbedaan-perbedaan, pakah etnis, suku, ras, maupun agama, di Indonesai.
“Ini akan jauh menurun dan memberikan ruang yang lebih luas bai kelompok-keompok moderat dan toleran. Sesungguhnya, toleransi, moderasi, itu bagian dari kekayaan bangsa Indonesai yang harus kita rawat dan kita jaga. Saya melakukan kajian mendalam mengenai Islam di Andalusia. Ternyata ini berkorelasi positip dengan temuan-temuan Pak Musthafa Abdul Rahman saat ini. Islam masuk di Andalusia tahun 711 M. Dan meninggalkan Andalusia tahun 1492 M. Tujuh abad lebih, bakan hampir 8 abad, ” uarai Dubes Najib.
Dia menjelaskan, ada tiga periode proses masuknya Islam di Andalusia tersebut.
Periode pertama adalah dibawah Bani Umayah. Islam menjadi Rahmatan Lilalamin. Betul-betul menjadi penerang bagi bangsa Eropa yang waktu itu dimasa kegelapan. Karena sikap-sikap toleran, moderat, dan kemudian ini terekspresi didalam berbagai bentuknya. Termasuk sain, teknologi, dan industri modern. Dan juga seni, sastra dan musik.
Periode kedua dibawah Al Murabitun. Kalau Bani Umayah itu bangsa Arab yang memimpin, sedangkan Al Murabitun ini bangsa Afrika. Semangatnya puritanisme. Sehingga kemudian ada penggerusan prestasi-prestasi peradaban yang disumbangkan oleh masa sebelumnya, karena diharam-haramkan dan seterusnya. Termasuk juga sikap intoleran terhadap minoritas.
“Kemudian periode berikutnya labih parah lagi. Al Muwahidun, ini lebih puritan lagi. Nah, kemudian ini secara sistematis membuat umat Islam terusir dari Andalusia (Spanyol). Ini saya kira kalau dilakukan kajian-kajian lebih detail ada konsistensi bahwa moderasi, toleransi itu membawa kemajuan, sementara fundamentalisme, intolerasni, itu membawa ke keterpurukan. Ini saya kira menarik kalau diteliti lebih detail,” tegas Dubes Najib.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Putusan HAMAS: ICJ menegaskan Israel melakukan genosida, menolak legalisasi permukiman
Laporan: Amazon berencana mengganti pekerja dengan robot
Penjelasan – Mungkinkah inovasi digital membentuk masa depan layanan kesehatan di Afrika?
Kecerdasan buatan akan menghasilkan data 1.000 kali lebih banyak dibandingkan manusia
Serangan Israel menewaskan 42 orang di Gaza karena kedua belah pihak mengatakan pihak lain melanggar gencatan senjata
Iran, Rusia, dan Tiongkok mengirim surat ke PBB yang menyatakan kesepakatan nuklir dengan Teheran telah berakhir
Wapres Afrika Selatan: Mineral kritis di pusat industrialisasi Afrika
Putin dan Netanyahu bahas perkembangan Timur Tengah tentang rencana Trump terkait Gaza
Para ilmuwan menyelidiki bagaimana sel hidup dapat menjadi ‘biokomputer’
Rani Jambak Kincia Aia Tour Canada: Kritik Ekologi dan Semangat Kolektif Warisan Nusantara
ทีเด็ดบอล 4 คู่ วิธีแทงบอลที่เซียนบอลเลือกNovember 9, 2024 at 2:42 pm
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/internasional/mengambil-pelajaran-dari-keterpurukan-bangsa-arab/ […]
ตู้เชื่อมNovember 9, 2024 at 2:44 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/internasional/mengambil-pelajaran-dari-keterpurukan-bangsa-arab/ […]
รับซื้อกระเป๋าแบรนด์November 9, 2024 at 3:00 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/internasional/mengambil-pelajaran-dari-keterpurukan-bangsa-arab/ […]
random video chatJanuary 5, 2025 at 2:29 pm
… [Trackback]
[…] Find More here on that Topic: zonasatunews.com/internasional/mengambil-pelajaran-dari-keterpurukan-bangsa-arab/ […]
online chatJanuary 14, 2025 at 4:36 pm
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/internasional/mengambil-pelajaran-dari-keterpurukan-bangsa-arab/ […]