Oleh: Isa Ansori, Kolumnis
Meski akan banyak pejabat setingkat Gubernur yang akan mengakhiri masa jabatannya, nampaknya perhatian publik tercurah ke DKI Jakarta. Ibarat orang mau berangkat pergi, Anies begitu banyak orang yang akan menanti dan mengantarkan. Meski diantara sekian banyak itu, ada yang memang benar benar tulus mau mengantarkan, ada juga yang ingin melepaskan kejengkelannya dan yang memang berniat untuk menjerumuskannya.
Keberangkatan Anies akan menjadi titik pertemuan diantara banyak niatan itu. Karena keberangkatan Anies setelah purna tugas beliau tidak akan bisa banyak menikmati masa istirahatnya, beliau akan memulai perjalanan baru menuju pengabdian yang lebih besar, sebagaimana yang sudah diadzankan oleh Partai Nasdem, ini akan menjadi titik awal keberangkatannya menuju RI 1.
Setelah masa tugas itu kontraksi antar ketiga kepentingan itu diperkirakan akan semakin meningkat dan akan semakin tajam. Ibarat pertandingan derby, disana akan ada distribusi emosi dan distribusi energi untuk bisa memenangkan pertandingan.
Jangan lupa dalam sebuah pertandingan, kemenangan diatas kertas itu tak ada artinya. Karena kemenangan sesungguhnya akan dilihat dari akhir sebuah pertandingan. Catatan diatas kertas hanyalah sebagai motivasi dan penyemangat agar pendukung Anies tetap waspada tidak terjebak pada euforia dan kebanggaan semu.
Pasca purna tugas itulah sesungguhnya medan perjalanan yang terjal dan sulit, dibutuhkan kesabaran, kebersamaan dan kemampuan melihat peluang untuk memenangkan pertandingan.
Perjalanan Anies menuju kursi RI 1 jangan dibayangkan sebagai perjalanan mudah dan menyenangkan, sehingga kegembiraan yang melengahkan tak selayaknya dilakukan oleh Anies dan pendukungnya.
Kalau Anies saya yakin beliau adalah orang yang cerdas, terkonsep dalam bekerja sehingga langkah – langkahnya terukur dan menuju kearah kemenangan, namun tidak semua bagi para pendukung Anies. Pendukung Anies datang dari berbagai kalangan dan berbagai kepentingan, tidak mudah untuk menyatukan.
Lawan politik Anies jelas akan bersatu untuk menggagalkan Anies menuju RI 1, yang ini tidak terjadi pada pendukung Anies. Pendukung Anies memang luar biasa dalam semangat, tapi sejatinya tak satu dalam kepentingan, inilah yang akan merepotkan Anies melakukan perjalanannya.
Pendukung Anies kebanyakan adalah pendukung emosional yang berlatar belakang berbeda satu sama lain. Hanya sedikit sekali yang rasional. Mengutip apa yang dilakukan oleh Refli Harun dalam sebuah sigi sederhana kalau seandainya Anies dipasangkan dengan Puan, apakah anda akan memilih atau tidak. Jawaban responden sangat mencengangkan 84 % tidak akan memilih, 9 % memilih, 7 % ragu ragu.
Tentu pilihan menolak Puan juga harus bisa dipahami, karena kebanyakan diantara mereka tidak puas dengan PDIP dan juga Jokowi yang diusung oleh PDIP. Sehingga pilihan sebagian besar mereka adalah asal bukan PDIP.
Tentu pilihan menolak Puan juga harus bisa dipahami, karena kebanyakan diantara mereka tidak puas dengan PDIP dan juga Jokowi yang diusung oleh PDIP. Sehingga pilihan sebagian besar mereka adalah asal bukan PDIP, apalagi juga seringkali elit PDIP pernyataannya juga menyakiti dan seolah menantang, seperti yang sering dilakukan oleh Hasto.
Campur aduk kepentingan dukungan terhadap Anies inilah yang harus dikelola dengan baik agar tak mudah dimanfaatkan oleh pendukung mereka yang berusaha menggagalkan Anies.
Perjalanan menuju RI 1 memang masih panjang, dan inilah awal keberangkatan yang harus dilakukan, persiapan mental dan emosi harus dikelola dengan baik, jangan sampai emosi terkuras habis hanya untuk menanggapi hal hal tak penting yang tak ada kaitannya dengan peta jalan yang disusun untuk menuju RI 1. Apalagi sesama relawan sudah saling jegal hanya untuk mengatakan saya yang paling berjasa dan saya yang paling berjuang. Ini cara cara kotor dan cara cara PKI yang dibenci, tapi juga dilakukan untuk memasukkan ambisinya.
Sejarah pernah mencatatkan kebanggaan merasa besar dan merasa menang justru akan membuat kita lengah akan menuai kekalahan, apalagi ditambah dengan kepentingan kepentingan pragmatis orang yang dilembagakan.
Perang Uhud adalah pelajaran berharga yang harus kita teladani, betapa kuatnya semangat pasukan Nabi setelah kemenangan di medan Badar, namun karena pasukan pemanah yang lengah hanya karena akan berebut rampasan perang, maka dengan mudah diporak porandakan oleh pasukan kafir Quraisy dan sekutunya.
Jalan terjal bagi relawan dan pendukung pendukung Anies dalam mengantarkan Anies menuju RI 1, kalau memang berniat tulus mengantarkan Anies menuju kursi presiden dan menjadikan Indonesia lebih baik lagi, maka perbanyak kawan jangan perbanyak lawan, banyak banyak merangkul, jangan banyak memukul. Data mengatakan kalau dikumpulkan jumlah dukungan Anies murni tak lebih dari 38 %, Jika suara seluruh partai Islam dikumpulkan tak akan melampaui 38,08 %, Masih ada sekitar 70 % suara yang harus direbutkan. Itupun jika PKB , PAN dan PPP tidak jalan sendirian atau menetapkan pada pilihan lain.
Kerja keras, dan sungguh-sungguh adalah sebuah keniscayaan. Memperbanyak teman bukan lawan, merangkul jangan memukul, sebab memenangkan presiden itu harus berkoalisi. Anies butuh suara Golkar, Suara PDIP dan suara suara partai lain yang menginginkan perubahan, bukankah didalam partai itu juga ada orang orang baik yang suaranya bisa dikapitalisasi untuk kemenangan Anies.
Surabaya, 13 Oktober 2022
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama
Asap di Sekolah: Potret Krisis Moral Dalam Dunia Pendidikan
Presiden Prabowo Terima Pengembalian Rp13,5 Triliun dari Kejagung: Purbaya Datang Tergopoh-gopoh, Bikin Presiden Tersenyum
Api di Ujung Agustus (32) – Hari Cahaya Merah
Pengaduan Masyarakat atas Dugaan Korupsi Kereta Cepat Jakarta Bandung: KPK Wajib Usut Tuntas
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
No Responses