Menteri Energi: Turki menargetkan netralitas karbon dalam 30 tahun

ISTANBUL – “Turki adalah salah satu negara besar yang ingin kami jalin kerja sama perdagangan dan energi yang lebih erat,” kata menteri iklim Jerman.

Turki bertujuan untuk menjadi negara ekonomi netral karbon dalam 30 tahun, kata Menteri Energi Alparslan Bayraktar pada hari Rabu.

‘Ini adalah target yang lebih sulit daripada yang lain karena akan benar-benar memengaruhi seluruh ekonomi… Target karbon kami adalah area yang akan mengubah energi dari bawah ke atas,’ kata Bayraktar pada Forum Energi Turki-Jerman ke-6 di Berlin, yang diselenggarakan bersama dengan Menteri Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim Jerman Robert Habeck.

Bayraktar mengumumkan rencana untuk investasi energi terbarukan senilai $100 miliar pada tahun 2035, dengan mengajak investor Jerman yang berpengalaman dan baru untuk bermitra dalam transisi energi Turki. Ia menyoroti peta jalan negara tersebut untuk memperluas kapasitas energi angin dan surya dari 31.000 megawatt menjadi 120.000 megawatt pada tahun 2035.

Menanggapi peran energi nuklir dalam dekarbonisasi, Bayraktar mengatakan Turki bermaksud untuk mengembangkan kapasitas nuklirnya pada tahun 2050. Ia mengatakan dengan dibukanya Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Akkuyu di selatan, Turki akan memenuhi 10% kebutuhan listriknya dari energi nuklir.

Turki sebagai mitra dalam perdagangan dan energi

Habeck memuji Turki sebagai mitra dalam perdagangan dan energi, dengan menekankan keunggulan geografis dan potensi energinya. Ia menekankan pentingnya memanfaatkan pengalaman bersama dan memajukan proyek kolaboratif melalui kerangka kerja yang mapan.

Turki adalah salah satu negara besar yang ingin kami jalin lebih banyak kemitraan perdagangan dan energi,’ katanya.

Setelah upacara tersebut, Bayraktar dan Habeck mengadakan pembicaraan bilateral dan berpartisipasi dalam diskusi panel dengan para eksekutif energi.

Sebagai bagian dari pertemuan tersebut, beberapa kesepakatan ditandatangani, termasuk tentang kemitraan untuk pemasangan turbin angin dan penelitian bersama.

EDITOR: REYNA

Related Posts