Oleh: Muhammad Chirzin
Predator adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan hewan atau organisme yang memburu dan memangsa hewan lain untuk makanan. Dalam konteks yang lebih luas, predator juga dapat merujuk pada seseorang atau sesuatu yang memangsa atau mengeksploitasi orang lain untuk keuntungan sendiri.
Contoh predator dalam konteks hewan adalah singa yang memburu zebra, ular yang memburu tikus, dan burung elang yang memburu ikan. Dalam konteks sosial, predator dapat merujuk pada orang yang melakukan kekerasan atau pelecehan terhadap orang lain, penipu yang memangsa orang-orang yang tidak curiga, perusahaan yang mengeksploitasi konsumen dengan cara yang tidak etis.
Istilah predator seringkali memiliki konotasi negatif dan dapat digunakan dalam berbagai konteks untuk menggambarkan perilaku yang dianggap tidak etis atau berbahaya.
Koruptor dapat dikategorikan sebagai predator, karena beberapa alasan.
Pertama, memanfaatkan kekuasaan untuk keuntungan pribadi. Koruptor menggunakan posisi atau kekuasaan mereka untuk memperoleh keuntungan pribadi dengan cara yang tidak sah dan merugikan orang lain.
Kedua, mengeksploitasi kepercayaan publik. Koruptor seringkali memanfaatkan kepercayaan publik untuk melakukan tindakan korupsi, sehingga merugikan masyarakat dan negara.
Ketiga, merugikan orang lain. Korupsi menyebabkan kerugian finansial dan ekonomi bagi negara dan masyarakat, serta merugikan orang-orang yang tidak bersalah.
Keempat, tidak memiliki empati. Koruptor seringkali tidak memiliki empati terhadap orang lain yang terkena dampak dari tindakan mereka, dan hanya memikirkan keuntungan pribadi.
Buzzer adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan orang-orang yang menggunakan media sosial untuk mempromosikan atau mendukung suatu produk, ide, atau agenda tertentu, seringkali dengan cara yang tidak transparan atau manipulatif. Istilah “buzzer” seringkali memiliki konotasi negatif karena kurangnya transparansi. Buzzer seringkali tidak mengungkapkan identitas atau motif sebenarnya di balik promosi atau dukungan mereka.
Buzzer berbayar dapat dikategorikan sebagai pelaku yang tidak etis dan dapat dianggap sebagai predator dalam konteks media sosial, karena mereka menggunakan taktik manipulatif untuk mempengaruhi opini publik dan memperoleh keuntungan. Namun, tidak semua buzzer berbayar melakukan tindakan yang tidak etis.
Dalam beberapa kasus, ada orang-orang yang secara sukarela mempromosikan atau mendukung suatu kandidat atau partai politik di media sosial tanpa imbalan materiil. Mereka melakukan ini karena memiliki keyakinan politik yang kuat atau karena ingin membantu kandidat yang mereka dukung.
Perbedaannya dengan relawan, relawan adalah orang-orang yang secara sukarela membantu suatu kandidat atau partai politik dalam berbagai kegiatan, seperti kampanye, pemasangan poster, atau kegiatan lainnya. Relawan biasanya memiliki peran yang lebih aktif dan langsung dalam kampanye, sedangkan buzzer lebih fokus pada mempromosikan atau mendukung kandidat di media sosial.
Jika orang-orang tersebut melakukan kegiatan promosi atau dukungan tanpa imbalan materiil dan memiliki keyakinan politik yang kuat, maka istilah “relawan” mungkin lebih tepat daripada “buzzer sukarela,” dan dia bukan predator!
EDITOR: REYNA
Related Posts
Purbaya Berdaya Menggempur Tipu Daya dan Politik Sandera
Tokoh Yahudi desak PBB dan para pemimpin dunia untuk menjatuhkan sanksi kepada Israel atas tindakannya di Gaza
Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik
Dana Pemerintah Mengendap Rp234 Triliun, Mintarsih: Kejiwaan Masyarakat Pasti Terdampak
Tawaran Tinbergen Rule LBP Mental
Revolusi Sistem Keuangan Presiden Prabowo
Pancasila Sebagai Sumber Moral dan Spiritual Bangsa
Orang Berstatus Bebas Bersyarat Tak Boleh Jadi Calon Perangkat Desa, Ini Penjelasan Hukumnya
Berjihad Melawan Korupsi, Menyelamatkan Hak Anak Indonesia Menuju Indonesia Emas
Habib Umar Alhamid: Prabowo Pantas Ajak TNI dan Rakyat untuk Bersih-bersih Indonesia
No Responses