Muhammadiyah Bergerak dari Orientasi Kuantitas Menuju Kualitas

Muhammadiyah Bergerak dari Orientasi Kuantitas Menuju Kualitas
Dubes RI Untuk Spanyol dan UNWTO, Dr Muhammad Najib

ZONASATUNEWS.COM, MADRID – “Saya ingin memberikan apresiasi kepada Mas Yordan Gunawan beserta teman-teman PCIM di Spanyol. Begitu juga teman-teman pimpinan cabang istimewa Muhammadiyah di Pakistan termasuk juga saya ingin berterima kasih kepada Pak Rahmat Harta Kusuma yang menyempatkan hadir mewakili KBRI di Islamabad para aktivis Muhammadiyah dan warga Muhammadiyah di mana pun berada yang mengikuti acara ini. Saya ingin memberikan apresiasi atas atensinya semoga kehadiran Bapak Ibu dan adik sekalian ini bisa menjadi bagian amal saleh kita hari ini kita memperingati milad Muhammadiyah yang ke111,” kata Dubes RI Untuk Spanyol dna UNWTO dalamchannel Youtube Wisma Duta RI Madrid.

Artinya, kata Dubes Najib, usia Muhammadiyah sudah lebih dari 100 tahun dan ini lebih tua dari Republik. Dubes Najib berharap  acara tersebut menjadi bagian dari ikhtiar untuk terus menghidup-hidupi Muhammadiyah, menyemangati berkembangnya Muhammadiyah baik di tanah air di tingkat nasional, juga di tingkat Global. Diharapkan juga bisa memberikan manfaat kebaikan kepada seluruh umat manusia apapun etnisnya, apapun bangsanya, maupun apapun agamanya dan di mana pun berada.

“Ini tentu sebagai bagian dari ikhtiar kita jihad kita untuk mengimplementasikan pesan al-qur’an sebagai misi Suci rahmatan lil alamin<,” ungkap Dubes Najib menambahkan.

Dubes Najib menguraikan peran Muhammadiyah yang dia bagi dalam dua bagian, pertama, bagaimana peran Muhammadiyah dan aktivis Muhammadiyah sejak berdirinya sampai pada saat ini. Kedua apa yang harus kita lakukan saat ini dan ke depan mengingat situasi baik di tingkat nasional maupun di tingkat Global terus bergerak dan berubah di mana semakin lama pergerakan dan perubahannya itu semakin cepat karena berbagai faktor.

Pertama, dia mengingat kita semua khususnya warga persyarikatan bahwa sejak berdirinya Muhammadiyah pada tahun 1912 Muhammadiyah baik secara kelembagaan maupun melalui aktivisnya telah ikut mendirikan Republik Indonesia baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

“Setelah Indonesia merdeka tahun 1945 para aktivis Muhammadiyah masuk ikut berusaha berpartisipasi mengisi kemerdekaan baik sebagai eksekutif sebagai legislatif, sebagai yudikatif, masuk ke birokrasi termasuk TNI dan Polri. Tentu semua ini dilakukan sesuai dengan cita-cita Indonesia merdeka yang bila disederhanakan Bagaimana menjadikan Republik sebagai negara yang berkemajuan. Negara yang maju sebagaimana negara-negara maju lain yang sudah lebih dahulu mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya  dan mampu mensejahterakan negaranya sesuai dengan atau sejajar dengan negara-negara lain,” tambah Dubes Najib.

Dubes Najib mengingatkan, ditahun politik ini bagaimana agar pemilu yang akan dilaksanakan bulan Februari itu berjalan secara aman, damai dan semuanya berlangsung secara legitimate, jujur, dan adil.

Seringki kita terlalu disibukkan dengan berbagai kekurangan, kita sibuk mengkritisi kekurangan saudara kita sendiri atau mengkritisi partai-partai lain, dan di dalam demokrasi meskipun itu mendapatkan tempat tapi sebaiknya menurut hemat saya itu dilakukan dengan tetap menggunakan pikiran yang rasional, hati yang bersih, etika moral sesuai dengan adab bangsa dan negara.

Apalagi kita dikenal sebagai masyarakat yang religius tentu nilai-nilai keagamaan tidak bisa dikesampingkan, lebih dari itu saya ingin mengingatkan juga kalau mengkritisi sebaiknya hal-hal yang sifatnya tidak personal karena bisa-bisa menimbulkan luka dan pemilu sudah selesai nanti lukanya enggak sembuh-sembuh.

“Nantinya di tingkat elit sudah selesai sudah rangkul-rangkulan bahkan sudah duduk sebagai Menteri di dalam kabinet yang sama sementara rakyat di bawah itu masih belum sembuh lukanya bahkan saya mendengar pada pemilu yang lalu suami istri bisa pisah, saudara kandung bisa berpisah dan setelah Pemilu selesai pisahnya gak balik-balik. Kasihan ya mereka yang urusan perut belum selesai, urusan pendidikan anak-anak belum selesai, urusan kesehatan belum selesai dalam arti kalau sakit belum bisa ke dokter. Nah ini harus ditambah beban-beban baru,” katanya.

Persaingan antar partai politik, lanjutnya, persaingan antara caleg, persaingan antara capres-cawapres itu bagian dari kehidupan demokrasi 5 tahunan.

Nah karena itu harus dikontrol, harus dikendalikan jangan sampai upaya kita memberikan atau berpartisipasi di dalam membangun kehidupan berbangsa dan negara yang tujuan semula ingin meningkatkan kesejahteraan rakyat memajukan negara itu ternodai.

Bahkan, Dubes Najib mengaku sering melihat orang kemudian lupa pada tujuan semula, kemudian terperangkap di dalam percecokan-percecokan yang tidak semestinya. Padahal kompetitor kita yang sebenarnya bukan di dalam negeri ya ada di negara lain, pertarungan di tingkat global baik pertarungan politik, pertarungan ekonomi, itu semakin ketat dan semakin tidak terhindarkan

“Dalam situasi seperti inilah ya penting sekali Muhammadiyah untuk tetap menjadi Bapak Bangsa. Syarat untuk bisa menjadi Bapak Bangsa harus netral, tidak berpihak kepada salah satu kekuatan politik, tidak berpihak pada pasangan capres cawapres tertentu kalau terjadi kompetisi yang mulai memanas yang melebihi kewajaran, Muhammadiyah harus turun. Dalam arti bagaimana meredam kalau terjadi konflik. Bagaimana Muhammadiyah mendamaikan karena di situlah peran yang sebenarnya persyarikatan. Nah begitu juga tokoh-tokoh Muhammadiyah kalau memang punya minat politik langsung saja masuk pada partai politik tertentu. Tidak ada salahnya kalau ingin menjadi caleg ya jadilah caleg yang baik, jangan bawa-bawa bendera muhammadiah terlalu tinggi,” ujarnya.

Itu termasuk juga abuse of power, ungkap Dubes Najib. Kasihan Muhammadiyah, biarkan Muhammadiyah menjadi Bapak Bangsa biarkan persyarikatan dalam posisinya yang jernih dan netral sehingga kalau terjadi apa-apa Muhammadiyah punya wibawa untuk  bisa menyelesaikan masalah-masalah yang ada.

Dubes Najib yang doktornya bidang ilmu politik itu menekuni demokrasi dan Islam atau bagaimana Islam di dalam membangun kehidupan berbangsa dan negara. Kalau disederhanakan, membangun demokrasi termasuk di negara muslim itu ada dua hal yang harus kita lakukan.Yang pertama, membangun sistem dan yang kedua adalah membangun budaya.

Membangun sistem demokrasi itu bisa cepat tetapi membangun budaya demokrasi itu lama, bahkan Amerika yang banyak dirujuk oleh ilmuwan politik kita ilmuwan sosial politik kita sekarang banyak sekali dikritik oleh orang Amerika sendiri baik oleh aktivis keemanusiaan aktivis politik juga para Profesor dan doktor di perguruan tinggi perguruan tinggi di Amerika.

“Itu artinya walaupun Amerika sudah ratusan tahun mengembangkan atau mengimplementasikan demokrasi masih selalu ada kekurangan dan masih ada yang terus-menerus harus di perbaiki. Nah seringkali juga khususnya anak-anak muda tidak sabar ya kalau memang demokrasi banyak kurangnya, banyak celahnya. Kenapa tidak pilih sistem lain? Persoalannya adalah belum ada sistem yang proven terbukti lebih baik dari demokrasi. Saya beberapa kali didatangi aktivis Islam yang masih muda-muda masih bersemangat.Kalau memang begitu persoalannya kenapa kita tidak kembali kepada Islam merujuk kepada Alquran dan hadis, merujuk pada khalifahur Rasyidin, kepada negara Madinah yang dicontohkan oleh Rasulullah?” ungkap Dubes Najib.

Substansinya, lanjutnya,bagaimana membangun bangsa dan negara di dalam kerangka berpikir Islam itu sama dengan demokrasi, bedanya adalah kalau dalam Islam tidak mengharuskan adanya oposisi karena semua adalah bersaudara. Jadi kompetisi di dalam Islam itu menggunakan istilah fastabiul Khairat yang di Muhammadiyah sudah sangat dikenal berlomba-lomba untuk memberikan yang terbaik yang kita miliki kepada bangsa dan negara. Berlomba-lomba memberikan yang terbaik yang kita miliki kepada persyarikatan.

Jadi rohnya itu partisipasi fastabiul Khairat itu ada kriteria-kriterianya misalnya seperti kita memilih Imam di dalam salat kriterianya apa? Kita pilih yang paling fasih bacaannya tajwidnya, mahrajnya, paling tinggi ilmunya setelah itu paling mulia akhlaknya tentu ini dikaitkan dengan kehidupan keluarga, kehidupan bermasyarakat, kehidupan ekonominya.Selanjutnya yang paling besar jasanya kepada masyarakat. Setelah terpilih yang lain menjadi makmum dan memberikan dukungan,itulah yang dilakukan oleh khalifahurasyidin di era khalifahu Rasyidin walaupun pemilihan khalifah itu seringkiali keras dalam kompetisinya tapi selesai ditunjuk selesai disepakati yang lain jadi makmum dan ikut serta.

Didalam Islam juga tidak mewajibkan ada partai politik, jaditil istilah partai politik istilah oposisi itu kan sebetulnya dibangun berdasarkan pengalaman Barat. Ketika Bapak bangsa kita mendirikan Republik Indonesia pada tahun 1945, walaupun substansinya mengikuti demokrasi tetapi juga mengakomodasi, mengadopsi kearifan lokal yang hidup di bangsa Indonesia termasuk di dalamnya adalah nilai-nilai agama.

“Nah karena itulah kita harus sadar bahwa demokrasi Pancasila itu tidak harus selalu meniru demokrasi negara lain . Saya di Eropa ini berinteraksi dengan banyak diplomat, banyak tokoh politik dan dan mereka mengatakan bahwa demokrasi itu adalah unik tidak bisa dilepaskan dengan kearifan lokal, tidak bisa dilepaskan dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang hidup di masyarakat itu, termasuk nilai-nilai agama yang diyakini. Para ilmuwan politik di Madrid atau Spanyol pada umumnya berpandangan seperti itu.Nah ini penting khususnya kepada warga Muhammadiyah, para aktivis Muhammadiyah, agar kita matang didalam berdemokrasi, dewasa di dalam demokrasi dan bagaimana demokrasi itu bermuara kepada kemakmuran rakyat secara keseluruhan,”

Menurut pengakuan Dubes Najib, Indonesia banyak sekali dikagumi baik oleh ilmuwan barat maupun para ilmuwan negara-negara muslim khususnya yang berada ada di Timur Tengah yang sampai sekarang masih terus berproses mencari bentuk yang ideal. Bagaimana hubungan Islam dan negara kita banyak sekali dirujuk oleh mereka.

Lewat perbincangan-perbincangan ilmuwan maupun para aktivisnya, bahkan dia mendengar banyak sekali yang mengirim delegasi ke Indonesia ingin melihat dari dekat dan ingin belajar bagaimana Indonesia mengimplementasikan demokrasi, karena Indonesia sebagai negara muslim terbesar di dunia itu tentu memiliki tanggung jawab lebih.

Memang benar sebagian ilmuwan barat kalau bicara Islam merujuk ke negara-negara Timur Tengah. Tetapi sekarang situasin sudah berbeda Indonesia mendapatkan perhatian luar biasa besar. Karena itu juga harus dijadikan sebuah opportunity, kesempatan untuk mengambil peran, untuk mewarnai bagaimana pandangan barat terhadap dunia islam agar tidak dimonopoli oleh situasi Timur Tengah yang penuh konflik.

Bagian yang EE kedua, dunia kita tidak sedang aman-aman saja, ada ancaman alamiah berupa perubahan iklim, pencemaran lingkungan, tapi juga yang lebih mengancam adalah perilaku manusia yang secara umum itu bisa dikatakan karena keserakahan manusia mengeksploitasi alam tetapi juga ingin memonopoli, mendominasi potensi-potensi ekonomi dan juga ingin mendominasi keputusan-keputusan politik di tingkat global. Mereka Ingin mendiktekan, ingin memaksakan kehendaknya.

Dalam situasi seperti ini Muhammadiyah tidak boleh diam karena apa, sekarang situasinya sudah sampai pada institusi negara termasuk PBB pun seringki tidak berdaya untuk menghentikan tindakan-tindakan kekerasan di tingkat global. Apa yang terjadi di Gaza sekarang ini nyata-nyata karena negara-negara tertentu seenaknya sendiri dan negara-negara yang punya hak istimewa di PBB itu menyalahgunakan hak-hak istimewanya, sehingga kemudian muncul apa yang disebut double standar baik dalam masalah HAM, masalah demokrasi maupun masalah-malah perhatian terhadap lingkungan dan seterusnya.

Tapi perlu diketahui juga, tambahnya, pada saat yang bersamaan, walaupun lembaga-lembaga di tingkat global itu semakin menurun legitimasinya tapi peran masyarakat semakin membesar. Civil Society di Barat ini semakin membesar, mereka bergerak dengan caranya sendiri.Muhammadiyah ini adalah Civil Society yang luar biasa yang tidak ada fomenanya di banyak negara lain. Karena itu kalau Muhammadiyah ikut bergerak berpartisipasi mewarnai maka saya yakin dunia bisa lebih aman, dunia bisa lebih tentram.

Apa yang terjadi di Gaza saat ini adalah karena tekanan gerakan-gerakan masyarakat baik dalam bentuk demonstrasi maupun berbagai komentar di sosmed termasuk isinya meme dan lain sebagainya Itu semuanya adalah bagian dari partisipasi .

“Nah kita masuk sekarang di era apa yang disebut dengan era IT (teknologi informasi) yang kemudian melahirkan internet. Internet melahirkan media sosial, sekarang media sosial itu efeknya luar biasa mengalahkan media-media resmi dan kalau ini dikoordinasikan dikonsolidasikan kemudian dimunculkan dalam bentuk sikap Cvil Society, wah ini akan sangat dahsyat. Nah hanya saja perlu disadari ya kalau kita bicara Muhammadiyah kita masih tertinggal jauh.Karena apa yang disebut dengan YouTube, Facebook, Twitter, IG, Google, dan lain sebagainya itu masih milik orang lain, tidak ada satu negara muslim pun yang saat ini mengcreate. Kita masih user, itu harus disadari,” lanjut Dubes Najib.

Yang kedua kalau kita lihat perang Gaza itu kan pertarungan muli dimensi, pertarungan militer yang keunggulannya ditentukan oleh kemampuan mereka menggunakan peralatan-peralatan militer modern. Ada drone di situ, ada rudal di situ, ada pesawat tempur.

Kalau kita tanya sekarang mana negara muslim yang punya kapal induk, sementara sejumlah kapal induk tetangga sudah bergerak ke sana dan bahkan beberapa kapal induk negara tertentu sudah nangkring di situ. Perlu diketahui satu kapal induk bisa mengangkut 3.000 sampai 4.000 pasukan puluhan pesawat tempur dan seterusnya.

Kita harus menyadari betapa keadaan ini rumit tetapi juga di balik itu ada posisi terancamnya umat manusia karena keserakahan negara tertentu, keserakahan tokoh-tokoh tertentu, keserakahan aktor-aktor tertentu jadi di Gaza itu, selain pertarungan militer ada pertarungan politik dan diplomasi.

Di balik itu ada motiv untuk memperebutkan opini, dan di balik itu ada pertarungan ekonomi. Jadi pertarungannya tidak hanya satu dimensi tapi multi diimensi. Aktor-aktor tertentu negara-negara tertentu, ada yang serius ingin mendamaikan karena panggilan hati nurani persoalan kemanusiaan, tapi ada yang pura-pura memediasi pura-pura membantu tapi di balik itu ingin mengkapitalisasi berbagai peristiwa itu.

Apakah itu untuk kepentingan negaranya, kepentingan partai politiknya atau untuk kepentingan personalnya, tidak mudah. Nah di sinilah Muhammadiyah perlu go internasional, perlu lebih aktif di tingkat global tapi pada saat yang bersamaan saya ingin mengingatkan sementara ini Muhammadiyah khususnya, amal usaha, kalau kita merujuk pada rumah sakit dan pendidikan masih berorientasi quantity belum quality, masih berorientasi banyak-banyakan, belum pada masalah kualitas.

“Nah saya ingin mengajak kita yang berkesempatan berada di luar negeri khususnya di negara-negara maju yang menguasai sains dan teknologi, cobalah saudara-saudaraku menjadi mediator, menjadi katalisator, bagaimana amal usaha Muhammadiyah khususnya bidang pendidikan bisa dipercepat agar bermetamorfose dari mengejar kuantity menjadi mengejar kuality dari berorientasi jumlah menjadi berorientasi tidak hanya jumlah tapi juga kualitas. Pusat-pusat pengembangan teknologi sekarang ada di banyak negara tidak dimonopoli oleh negara tertentu. Nah cara yang paling mudah paling cepat transfer teknologi kita bekerja sama. Nah di sinilah saya menghimbau adik-adik kita khususnya yang aktif di PCIM agar memanfaatkan keberadaannya di luar negeri untuk membantu bagaimana amal usaha kita supaya cepat bergerak meningkatkan kualitasnya, khususnya di bidang pendidikan. Dan saya ingatkan bahwa saat ini dan ke depan sains dan teknologi yang akan sangat besar perannya adalah bidang IT Saya kira itu yang saya bisa saya sampaikan mudah-mudahan ada manfaatnya.Kurang dan lebihnya mohon maaf Billahi taufik wal hidayah wasalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,” kata Dues Najib mengakhiri.

Saksikan video lengkapnya dibawah ini:

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K