Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikenal sebagai seorang yang “unpredictable” atau sulit diduga, cara bicaranya meledak-ledak seringkali tidak diplomatis sebagai seorang kepala negara dan mengeluarkan banyak keputusan yang mengejutkan antara lain kebijakan pengenaan tarif kepada puluhan negara di dunia ini. Baru-baru ini dia juga megeluarkan keputusan yang mengejutkan yaitu ketika diamenandatangani perintah eksekutif pada hari Jumat tanggal 5 September 2025 yang mengarahkan Departemen Pertahanan untuk dikenal
sebagai Departemen Perang. Ini memang mengejutkan karena nama baru Department of Defense atau Departemen Pertahanan AS diganti dengan sebutan yang menakutkan yaitu Department of War. Perintah itu mengatakan Menteri Pertahanan Pete Hegseth akan dipanggi sebagai Menteri Perang.
Departemen Pertahanan (DoD) – yang membawahi angkatan bersenjata AS – adalah penerus Departemen Perang, yang pertama kali didirikan sebagai lembaga tingkat kabinet pada tahun 1789 dan ada hingga tahun 1947.
Langkah itu mengembalikan nama yang terakhir dipegang oleh lembaga pertahanan pada tahun 1940-an dan, menurut teks perintah yang dilihat oleh media, tujuannya adalah untuk “memproyeksikan kekuatan dan tekad”.
Departemen awalnya akan menggunakan nama baru sebagai “nama sekunder” karena pemerintah harus mendapatkan persetujuan kongres untuk membuat perubahan nama secara permanen. Gedung Putih belum mengatakan berapa biaya rebranding, tetapi media AS mengharapkan label harga miliaran dolar untuk perombakan ratusan agensi, lambang, alamat email, dan seragam.
Perintah eksekutif mengatakan: “Nama ‘Departemen Perang’ menyampaikan pesan kesiapan dan tekad yang lebih kuat dibandingkan dengan ‘Departemen Pertahanan’, yang hanya menekankan kemampuan pertahanan.””Saya pikir itu adalah nama yang jauh lebih tepat, mengingat di mana dunia saat ini,” kata Trump di Kantor Oval pada hari Jumat, menambahkan bahwa “itu mengirimkan pesan kemenangan”.
Nama baru telah ditafsirkan secara luas oleh banyak kalangan sebagai cerminan dari postur kebijakan luar negeri yang lebih agresif di bawah Presiden Trump dimana sejak menjabat untuk masa jabatan kedua, Trump telah melakukan kampanye pemboman di Yaman, Iran dan Laut Karibia selatan. Tindakan militer seperti itu terjadi meskipun dia pernah berjanji untuk menjadi “pembawa damai dan pemersatu” saat menjabat.
Postur kebijakan luar negeri yang agresif itu ditunjukkan ketika militer AS menewaskan 11 orang pada hari Selasa dalam serangan terhadap sebuah kapal dari Venezuela yang diduga membawa narkotika ilegal, kata Presiden Donald Trump, dalam operasi pertama yang diketahui sejak pemerintahannya baru-baru ini mengerahkan kapal perang ke Karibia selatan.
Masyarakat dunia menunggu apakah pergantian nama Departemen Pertahanan AS menjadi Departemen Perang itu akan memunculkan perang diberbagai belahan dunia yang disponsori AS seperti di Timur Tengah, Eropa dan Amerika Selatan.
Wallahu alam.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Skandal Tirak, Ketua BPD Nilai Rizky Putra “Mbah Lurah” Belum Layak Sebagai Calon Karena Belum Bebas Murni
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Reformasi Polisi dan Kebangkitan Pemuda: Seruan Keras Dr. Anton Permana di Hari Sumpah Pemuda
Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global
PT Soechi Lines Tbk, PT Multi Ocean Shipyard dan PT Sukses Inkor Maritim Bantah Terkait Pemesanan Tanker Pertamina
ISPA Jadi Alarm Nasional: Yahya Zaini Peringatkan Ancaman Krisis Kesehatan Urban
Kerusakan besar ekosistem Gaza, runtuhnya sistem air, pangan, dan pertanian akibat serangan Israel
Ilmuwan Gunakan AI untuk Ungkap Rahasia Dasar Laut Antartika
Kepala Desa Tirak, Suprapto, Membisu Soal Status Anaknya Yang Diduga Pembebasan Bersyarat (PB) Kasus Narkoba, Lolos Seleksi Calon Perangkat Desa
Jerat Jalur Merah: Ketika Bea Cukai Jadi Diktator Ekonomi
No Responses