Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.
Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI-48
“Blaaaaaaaaarrrrrrr……!!!!!”.
Ledakan itu mengagetkan banyak orang. Kings Café di Kuta Square dan Banana Restaurant di Jimbaran porakporanda dihantam bom. Puluhan nyawa turis, baik yang berasal dari dalam negeri maupun mancanegara melayang seketika. Tidak ada pengakuan siapa atau kelompok mana yang bertanggung jawab atas peristiwa itu. Juga tidak ada tuntutan apapun. Satu-satunya petunjuk yang menjadi pegangan Polisi adalah adanya dua kepala utuh yang terlepas dari badannya di tempat kejadian. Kesimpulan sementara pihak keamanan, kedua orang itu adalah pelakunya dengan cara meledakkan bom yang dipanggul di punggungnya di dalam ransel.
Kecurigaan dialamatkan kepada mereka yang terkait dengan bom Bali pertama. Puluhan polisi tiba-tiba datang ke penjara Gerabakan. Peraturan yang diperketat. Gerakgerik seluruh tahanan dibatasi. Orang-orang yang terkait dengan Bom Bali pertama dipindah ke ruang tahanan bawah tanah dan dipisah-pisah. Ruang itu tanpa penerang, tanpa WC, bahkan tanpa alas sama sekali. Hanya ada lubang kecil sebagai penyalur udara. Dua hari dua malam Mujahid tidak bisa melihat matahari dan harus menghirup udara pengap yang bercampur dengan bau tak sedap yang bersumber dari air kencing dan tinja yang keluar dari perutnya.
Dalam keadaan setengah sadar Ia digiring ke sebuah ruangan. Ruangan itu hanya diterangi oleh sebuah lampu yang bagian atasnya dipayungi oleh tutup yang menyerupai topi petani. Hanya ada satu kursi dan satu meja sederhana yang terbuat dari kayu. Lampu itu bergantung persis di atas meja yang berbentuk bundar. Mujahid dipersilahkan duduk. Ia berusaha menundukkan kepalanya untuk mengurangi silau akibat cahaya lampu yang sangat terang. Seorang petugas berbadan tinggi besar dengan menggunakan sepatu laras yang membawanya berdiri persis di hadapannya, dengan suara keras dan nada tegas, mulai melontarkan sejumlah pertanyaan. Pertanyaanpertanyaan dilontarkan dengan diselingi ancaman dan caci-maki dengan kata-kata kasar dan kotor. Dari
pertanyaan-pertanyaan itu, Mujahid menjadi tahu bahwa sang petugas berusaha untuk mengetahui apakah dirinya punya hubungan dengan para pelaku bom yang meledak tiga hari sebelumnya.

Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
Dalam keadaan letih dan setengah sadar Mujahid menjawab apa adanya. Setelah lebih dari tiga jam mengintrogasinya, petugas itu lalu meninggalkan ruangan. Mujahid bersyukur dan berharap segera dikembalikan ke tempat semula. Tidak lama berselang, datang petugas lain yang tidak kalah besarnya, kulitnya hitam dengan kumis melintang. Sambil memutar-mutar pistol di tangannya Ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak jauh berbeda. Tapi, petugas kali ini menggunakan siasat yang lebih canggih dengan cara melontarkan pengakuan rekan-rekannya yang bernasib serupa. Ia meminta konfirmasi tentang pengakuan rekannya itu. Ketika Mujahid kehilangan konsentrasi karena letih, petugas itu membentak sambil menempelkan pistol di pelipisnya.
Rasa letih, lemas, takut dan lapar bercampur menjadi satu. Setelah puas mempermainkannya, petugas itu lalu meninggalkan Mujahid sendirian. Kesempatan ini dimanfaatkan untuk beristirahat dengan cara meluruskan kakinya, kemudian menyandarkan kepalanya di pinggiran kursi. Ia berharap proses interogasi kedua ini merupakan proses terakhir.
Pintu digebrak dengan kasar. Seorang petugas masuk lalu membentaknya saat melihat Mujahid tertidur. Petugas itu lalu menyuruhnya berdiri dengan satu kaki. Ia melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak berbeda dengan petugas sebelumnya. Dalam keadaan letih dan lemas luar biasa, berdiri dengan satu kaki selama berjam-jam membuat kepala Mujahid terasa pening. Ia berjuang untuk tetap bisa berdiri sampai tetap menjawab pertanyaan secara asal-asalan. Tiba-tiba Ia merasa dunia
berputar dan berubah menjadi gelap. Mujahid jatuh. Ia kehilangan kesadarannya dan pinsan.
Entah berapa lama Ia tidak sadarkan diri. Saat membuka matanya, Ia merasakan dinginnya lantai. Mujahid merabaraba dalam kegelapan. Ia mencoba mengingat-ingat dimana dirinya berada. Ia mengenali ruangan bawah tanah itu tempat Ia ditahan sebelumnya. Nyeri perut terasa semakin menjadi-jadi. Rasanya Ia sudah tak sanggup untuk mengangkat tangannya. Ia menyandarkan kepalanya ke dinding. Mujahid tertidur. Seberkas sinar menyilaukan tiba-tiba menyadarkannya. Mujahid menoleh ke sumber datangnya sinar itu. Sepasang kaki dengan sepatu laras menuruni tangga dengan perlahan. “Sekarang waktunya mandi dan makan”, kata sang petugas dengan nada sinis. Petugas itu menggiring Mujahid yang wajahnya nampak pucat pasi dengan pakaian dekil berjalan tertatih-tatih.
Setelah sampai di suatu ruangan, Ia dipersilahkan untuk menikmati sepiring nasi dengan selembar tempe goreng yang dimasak asal-asalan. Mujahid segera menyantap hidangan itu dengan lahapnya. Walau makanan itu sangat sederhana, tapi terasa sangat istimewa baginya saat itu. Mungkin karena rasa lapar yang ditahannya selama dua hari. Selesai makan, Ia digiring ke ruangan lain. Ia dipaksa untuk melucuti pakaiannya satu persatu sampai tak satupun tersisa. Dalam keadaan bugil Ia diperintahkan untuk memasuki semacam drum yang berisi air.
Dari bagian atas drum itu sejumlah benda tajam bergerak mendekati kepalanya. Benda itu menempel lalu secara perlahan menekan bagian atas kepalanya. Untuk menghindari rasa sakit, Mujahid mengikuti gerakan itu dengan menekuk bagian lututnya terus ke bawah sampai lubang hidungnya menyentuh permukaan air. Benda itu terus menerus menekan sampai kepalanya sama sekali terbenam. Mujahid berusaha menahan nafas agar air tidak masuk ke hidung dan mulutnya. Tapi, usahanya hanya bertahan tidak lebih dari setengah menit. Air terasa masuk deras ke hidung dan mulutnya. Ia batuk-batuk dalam air tanpa suara. Hanya gelembung udara yang nampak bermunculan ke permukaan. Benda tajam itu terangkat ke atas, sehingga Mujahid dapat menaikkan kepalanya keluar dari permukaan air. Ia tersengal-sengal.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-46): Sidang Dagelan
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-47): Testimoni
Petugas itu mengulang kembali pertanyaan-pertanyaan sebelumnya sambil mengancam akan meneruskan bila Ia tidak mau buka mulut. Benda tajam di atas kepalanya turun kembali, membuat Mujahid harus membenamkan kembali kepalanya. Proses itu terus dulang-ulang, padahal Mujahid sudah membeberkan semua hal yang Ia ketahui, sampai akhirnya Ia terkulai tak sadarkan diri, Mujahid kembali pinsan.
Saat siuman Ia menyadari sudah berada di ruang bawah tanah kembali. Ia merasa sudah tidak sanggup lagi untuk menerima siksaan. “Lebih baik Aku mati untuk mengakhiri siksaan ini”, pikirnya. Otaknya kemudian berputar mencari cara yang mungkin Ia lakukan. “Astagfirullah! Kenapa Aku seperti orang yang tidak beriman!”, gumamnya tersadar. Ia menyesal dan sedih. Kenapa pikiran itu sampai melintas di kepalanya. Ia tahu perbuatan bunuh diri sangat dibenci Allah. Air matanya meleleh membasahi pipinya. “Aku tidak boleh melakukan itu! Aku tidak boleh mati dengan cara seperti itu! Aku harus bertahan!”, dengan nada lirih berusaha menguatkan jiwanya.
Berbagai siksaan lain, seperti disetrum dengan aliran listrik atau dipukuli dengan benda tumpul, juga harus dilalui sampai para petugas itu yakin bahwa Ia betul-betul tidak terlibat dan tidak menyimpan informasi apapun berkenaan dengan peristiwa yang menghebohkan dunia
itu. Sementara itu setiap kali Nur datang berkunjung petugas selalu memberi jawaban bahwa sementara suaminya belum bisa dijenguk. Sepuluh hari setelah peristiwa peledakan itu, baru kesempatan untuk bertemu suaminya diberikan. Saat berjalan menghampiri Nur, nampak cara jalan Mujahid tidak wajar. Kaki Kirinya agak diseret, Nur melihat wajah Mujahid sangat pucat, badannya lebih kurus, rambutnya tidak rapi dan matanya nampakberat menanggung beban.
“Kelihatannya Mas sakit!”, komentar Nur spontan.
“Ah, nggak apa-apa”, jawab Mujahid datar dengan senyum yang dipaksakan.
Ia berusaha menyembunyikan apa yang Ia alami. Ia tidak ingin istrinya tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia merasa istrinya sudah cukup menderita, karena itu Ia tidak ingin menambah penderitaannya. Dalam pembicaraan selanjutnya Ia berusaha agar Nur tidak punya banyak kesempatan untuk bertanya tentang dirinya. Ia justru berusaha banyak melontarkan pertanyaan untuk Nur, berkenaan dengan kondisi rumah, Anak-anak dan bisnis Nur. Walaupun penasaran tapi Nur berusaha menahan diri. Meskipun Mujahid menghindar untuk menceritakan, mata batin Nur bisa membaca penderitaan apa yang menimpa suaminya. Namun demikian Ia berusaha menyembunyikan semua itu di depan sang suami.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
Api di Ujung Agustus (Seri 22) – Duel Senyap di Rumah Sakit
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-50): Menjadi Guru Ngaji - Berita TerbaruMarch 10, 2023 at 5:42 am
[…] Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-48): Bom Bali Dua […]
superkaya88October 3, 2023 at 8:09 pm
… [Trackback]
[…] Read More Information here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
siteDecember 5, 2023 at 9:46 pm
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
ทดลองเล่นสล็อต สร้างกำไรได้เงินชัวร์ไหมMarch 14, 2024 at 6:38 am
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
blote borstenMay 15, 2024 at 7:00 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
ทรรศนะบอลJuly 2, 2024 at 3:00 pm
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
จ้าวเจ๊ง 999 VS lsm99 สมัครเว็บไหนดีกว่าAugust 22, 2024 at 11:39 am
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
SKY Wind ค่ายคาสิโนมาแรงSeptember 29, 2024 at 6:37 am
… [Trackback]
[…] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
รถรับส่งสนามบินในญี่ปุ่นNovember 10, 2024 at 12:17 pm
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
pakong188January 30, 2025 at 7:14 pm
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]
best gym equipment shop onlineFebruary 2, 2025 at 11:59 pm
… [Trackback]
[…] Read More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-48-bom-bali-dua/ […]