Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-10): Terapung Di Laut Mati

Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-10): Terapung Di Laut Mati
Dr Muhammad Najib, Duta Besar RI untuk Kerajaan Spanyol dan UN Tourism

Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689

Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air. 

Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Cover Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah. 

SERI-10

Aku meninggalkan Yerusalem pagi-pagi betul, meskipun pesawat yang akan Aku tumpangi baru akan meninggalkan Amman sesudah waktu Asar. Bukan apa-apa, hanya takut terlambat kalau terjadi sesuatu di jalan.

Aku tiba di Bandara Alia menjelang pukul sepuluh pagi, sehingga harus menunggu cukup lama. Untuk mengisi waktu, aku berjalan-jalan di sekitar Bandara. Tidak banyak toko di Bandara ini seperti halnya bandara-bandara internasional di negara lain. Tiba-tiba mataku terperangkap pada sebuah iklan yang ditulis pada standing banner di depan sebuah biro perjalanan wisata: One Day Tour.

Aku masuk dan meminta brosur. Seorang gadis berambut pirang berwajah Jordan asli, menyapaku dengan ramah sambil mempersilakanku untuk duduk. Orang-orang Jordan umumnya berbadan ramping, berambut pirang, bermata coklat atau biru, tidak seperti postur tubuh atau rupa orang Arab pada umumnya. Ia menjelaskan bahwa saat ini ada promosi besar-besaran yang disponsori oleh Royal Jordan yang bekerjasama denga sejumlah penerbangan internasional untuk menarik wisata, sehingga biaya untuk tour di Jordan menjadi sangat murah.

“Berapa untuk One Day Tour”, tanyaku iseng.
“Only two hundred US dollars”, jawabnya dengan dialek Arabnya yang kental.

“Berarti kurang dari dua ratus euro”, pikirku cepat.

Di dompetku uang yang kubawa masih utuh sebesar lima ratus Euro, karena seluruh pengeluaranku selama di Yerusalem baik untuk penginapan maupun makan dibayar Khalid. Aku heran! Meskipun Aku berusaha untuk membayar sendiri tiap kali makan atau saat meninggalkan hotel, Ia selalu menolak dengan paksa.

“Anda adalah tamu Kami dan Aku sudah disiapkan dana untuk itu”, katanya beralasan.

Aku tidak terlalu faham siapa sebenarnya yang menyiapkan dana itu? Dengan merangkainya dengan kejadian-kejadian sebelumnya, Aku menduga bahwa Azam mempunyai jaringan organisasi yang luas dan bekerja rapi. Mungkin karena alasan tertentu sehingga Ia merahasiakannya.

Menunda pulang sehari sampai tiga hari bukanlah masalah bagiku. Lagipula sayang kalau kesempatan berharga ini tidak Aku manfaatkan. Belum tentu aku punya kesempatan untuk kembali dan tentu biayanya akan sangat mahal bila secara khusus mengunjungi negeri ini.

“Fasilitas apa saja yang diberikan?”, tanyaku untuk memastikan.

“Hotel bintang lima, sarapan, makan siang dan makan malam serta guide”, jawabnya.

“Bagaimana dengan tiketku, karena harus diubah”, tanyaku.

“Boleh lihat tiketnya?”.

Aku menyodorkan tiket padanya.

“Oh, kalau dengan Turkish Air gampang dan tanpa tambahan biaya, karena karena termasuk dalam parner promo”, katanya.

la langsung menghadap layar komputer yang ada di sampingnya dan menekan-nekan tombol keyboard-nya. Kurang dari satu menit Ia memutar kursinya menghadap ke arahku.

“Masih ada banyak seat. Bisa pilih mau tour sehari, dua hari, atau tiga hari. Bagaimana?”, tanyanya.

¨Kalau yang dua hari berapa ?”, tanyaku lagi.

“Sesuai dengan yang terpampang di benner, kalua sehari tambah dua ratus dollar, kalua dua hari tinggal dikalikan dua”.

“Kalau sehari rutenya kemana ?”.

“Ke Laut Mati”.

“Kalau dua hari ?”.

“Ke Laut Mati dan Petra”.

“Ok, Aku pilih yang dua hari”, jawabku langsung.

Gadis Jordan itu lantas memintaku untuk menandatangani blangko yang dibuat dalam bahasa Inggris. Setelah Ak menyerahkan kembali blanko itu beserta uang biaya wisata dua sehari, Ia kemudian memanggil seseorang untuk mengantarku sekaligus membantu membawa barang-barangku. Aku diantar ke Hotel Alia yang berada di kompleks Bandara. Saat menyerahkan kunci kamar, pegawai hotel mengatakan, “Silahkan Tuan ke kamar. Satu jam lagi mobil untuk mengantar Tuan akan menunggu di depan hotel”.

Aku masuk ke kamar untuk shalat Zuhur dan Ashar sekaligus dengan menjamak dan meng-qasar-nya. Aku merebahkan badan sejenak sambil menghidupkan TV langsung muncul cara lokal, kemudian ketika tombol remotenya Aku tekan berkali-kali, ternyata juga bisa melihat berbagai acara TV negara lain. Lima menit sebelum waktunya, Aku mematikan TV, memeriksa uang yang tersisa dan mengamankannya, lalu turun ke lobby hotel. Si pengantar tadi sudah menunggu, kemudian membawaku ke mobil sedan yang diparkir di depan lobby. Ternyata Ia sopir sekaligus guide.

“Apakah Anda hanya mengantar Saya?”, tanyaku karena tidak ada turis lain yang tampak.

“Betul”, jawabnya.

Aku kaget. Bagaimana bisa untung bisnis seperti ini.

“Apakah Anda selalu mengantar turis perorangan?”, tanyaku penasaran.

“Yang sering dua atau tiga orang, tapi kadang-kadang juga satu orang”, jawabnya dalam bahasa Inggris yang tidak terlalu bagus tapi masih bisa dipahami.

“Namanya bisnis, kadang-kadang untung agak besar, tapi kadang-kadang pas-pasan”, tambahnya.

Mobil bergerak menuju kota Amman. Jalan-jalannya bersih dan tertata rapi. Di Kiri-Kanan jalan yang dilalui mobil tampak berbukit atau tanah landai padang pasir. Tapi bagian-bagian tertentu dimanfaatkan untuk pertanian. Air dialirkan melalui pipa yang membentuk jaringan sehingga penyalurannya dapat diatur melalui kran-kran. Mobil terus bergerak memasuki kawasan elit pinggiran kota. Jalanjalannya lebar, taman-tamannya tertata rapi, dengan rumah-rumah model khas Mediterania yang didominasi tanaman kurma.

Baca Juga:

Aku tertarik pada sebuah bangunan yang tidak terlalu besar, dilingkari penghalang beton. Dua tentara dengan pakaian seragam berwarna coklat muda dilengkapi dengan senjata laras panjang mondar-mandir di depannya. Di bagian dalam pagar tergantung bendera bintang segi enam yang terkenal dengan sebutan Bintang David dengan warna dasar putih dan garis biru.

“Kantor apa itu”, tanyaku.

“Kedutaan Israel. Anda dapat melihat bendera Israel yang berkibar itu”, jawab Tariq, pengantarku.

Aku teringat, dari sekian puluh negara Arab, hanya Jordan dan Mesir yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel.

“Kenapa mesti dijaga seperti itu, tidak seperti kedutaan lain”, tanyaku heran.

“Kedutaan Israel maupun orang-orang Israel di sini sering menjadi sasaran penyerangan oleh para gerilyawan Palestina. Di Jordan ini banyak keturunan Palestina yang tentu bersimpati pada para saudaranya di sebrang yang masih dijajah Israel”.

Mobil terus bergerak memasuki bagian kota lama dan berhenti di depan sebuah pasar tradisional. Aku berjalan di belakang Tariq, melalui jalan menanjak dan berkelok sekitar lima puluh meter untuk sampai di sebuah tempat yang disebutnya teater Romawi atau Amfiteater.

Sebuah tempat hiburan yang dibangun oleh Kekaisaran Romawi pada abad kedua yang dulu digunakan untuk berbagai pertunjukan. Pada saat itu, pertunjukan yang paling menarik adalah pentas Gladiator.

Aku teringat film Gladiator, saat Koloseium di Roma diresmikan. Raja Titus mempersembahkan pertarungan hidup-mati antar manusia melawan hewan-hewan buas. Bagi para raja Romawi, pentas Galdiator bukan saja pentas hiburan, tapi juga pentas politik untuk menunjukkan kekuasaannya pada rakyatnya.

Bentuk teater Romawi itu setengah lingkaran dengan panggung di bagian bawah, sementara penontonnya berjajar semakin kebelakang semakin tinggi mirip dengan stadion sepak bola. Dari bagian ini tampak sebagian besar kota Amman. Aku terbayang bagaimana perkasanya imperium Romawi kala itu, sehingga wilayah kekuasaannya sampai ke tempat ini.

Tariq membawaku bergerak lagi ke pusat kota baru yang cukup megah, tapi tidak segemerlap Jakarta atau Bandung. Para pejalan kaki di trotoar tidak banyak, juga mobil-mobil yang lalu lalang tidak ramai, sehingga tidak dikenal kemacetan di kota ini. Katanya, hanya pada saatsaat jam berangkat atau pulang kantor orang maupun kendaran yang bergerak agak banyak.

Mobil terus bergerak meninggalkan kota menuju dataran tinggi yang disebutnya Mt. Nebo. Di tempat yang memiliki ketinggian 800 Meter di atas permukaan laut ini, Nabi Musa memandang Kanaan atau Palestina sekarang, termasuk Jerusalem di dalamnya, sebagai tanah yang dijanjikan setelah memimpin umatnya melalui padang pasir selama 40 tahun. Dari tempat ini tampak jelas Laut Mati, Bukit Yudea dan Yerusalem. Diyakini Musa meninggal dan dimakamkan di tempat ini tanpa pernah sampai ke Kanaan.

Mobil bergerak kembali menuruni ketinggian ke arah Barat. Tidak sampai satu jam perjalanan, Aku sampai di Laut Mati. Walaupun disebut laut, sebenarnya Laut Mati serupa dengan danau besar. Aku menatap dari ketinggian, airnya tampak hijau bening seperti kaca, di tengah hamparan bukit-bukit kering berwarna kuning kecokelatan dengan lekukan-lekukan yang tampak jelas dari kejauhan. Hanya sebagian kecil yang tampak hijau ditumbuhi pohon-pohon sejenis kaktus atau tanaman lain yang tahan panas.

Aku terus menyusuri jalan menurun di antara hotel-hotel kecil dan resort mewah mendekati pantai. Karena musim dingin, udara terasa cukup nyaman, paling tidak untuk diriku sendiri. Pada musim panas temperatur katanya bisa di atas 40 derajat Celsius. Meskipun udara cukup dingin, tidak mengurungkan niat para wisatawan untuk menikmati segarnya air Laut Mati, walaupun tidak sebanyak ketika Musim Panas.

Aku juga penasaran untuk ikut mencicipi Laut Mati. Kulepas sepatu, jaket, kemudian baju sehingga tersisa celana pendek saja. Pelan-pelan Aku menyusuri pantai ke arah laut. Pasirnya halus sekali, orang-orang Arab menyebutnya rimal. Warnanya kuning dan hampir tidak ada kotoran yang berserakan yang mengganggu keindahannya.

Aku memerhatikan anak-anak, remaja dan orang tua dengan rileksnya telentang di tengah laut, terapung tanpa harus menggerak-gerakkan tubuhnya. Di tempat ini orang tidak perlu bisa berenang dan tidak perlu takut tenggelam. Aku semakin tidak sabar untuk segera mencobanya. Pelanpelan kuceburkan badanku. Di dalam air terasa lebih hangat dibanding di udara bebas. Aku merasakan seperti ada tenaga yang mendorong tubuhku ke permukaan. Aku meluruskan tubuhku sambil merentangkan tangan menghadap ke langit. Kulepaskan beban pikiran selepaslepasnya.

Langit tampak biru bersih, tergantung lebih pendek dibanding di tempat lain. Apalagi tanpa awan secuilpun saat itu. Aku pejamkan mata dengan perlahan mengantarkan khayalanku terbang membumbung tinggi menerobos angkasa luas. Aku merasa seperti melayang-layang di alam lain. Ingin rasanya hidup seperti ini selamanya.

Orang-orang meyakini lumpur Laut Mati sangat bagus untuk perawatan kulit, sekaligus berfungsi sebagai obat awet muda. Sehingga, lumpur di tempat ini harganya cukup mahal. Banyak negara, termasuk Indonesia, mengimpor lumpur dari Laut Mati untuk digunakan di banyak SPA.

Saat kembali, aku diajak mampir ke toko suvenir. Bertemu dengan karyawannya yang sangat fasih berbahasa Indonesia, membuat aku tidak berdaya untuk tidak membeli beberapa dagangannya.

(Bersambung…..)

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana 
Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ


Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shoppe melalui link: https://shp.ee/ks65np4

Last Day Views: 26,55 K

11 Responses

  1. Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-12): Kemunafikan Global - Berita TerbaruApril 24, 2023 at 9:10 am

    […] Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-10): Terapung Di Laut Mati […]

  2. โซล่าเซลล์September 16, 2023 at 6:08 am

    … [Trackback]

    […] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  3. https://www.buoyhealth.com/blog/health/phenq-reviewsOctober 10, 2023 at 11:53 am

    … [Trackback]

    […] Here you will find 83537 additional Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  4. fortigate-40fFebruary 13, 2024 at 7:33 am

    … [Trackback]

    […] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  5. ราคาบอลวันนี้March 18, 2024 at 9:46 am

    … [Trackback]

    […] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  6. รับทำเว็บไซต์ WordPressApril 16, 2024 at 10:44 pm

    … [Trackback]

    […] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  7. Bassetti Plaids reduziertMay 13, 2024 at 9:10 pm

    … [Trackback]

    […] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  8. rtp dultogelMay 19, 2024 at 2:06 pm

    … [Trackback]

    […] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  9. cartel disposableOctober 2, 2024 at 10:47 am

    … [Trackback]

    […] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  10. online chatNovember 19, 2024 at 3:47 am

    … [Trackback]

    […] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

  11. chat roomsJanuary 2, 2025 at 10:15 pm

    … [Trackback]

    […] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-10-terapung-di-laut-mati/ […]

Leave a Reply