Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-7): Bersujud Di Baitul Maqdis

Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-7): Bersujud Di Baitul Maqdis
Dr Muhammad Najib, Duta Besar Indonesia untuk Spanyol dan UNWTO

Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689

Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air. 

Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Cover Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah. 

SERI-7

“Ahlan wa sahlan wa marhaban! Mabruk, mabruk, mabruk!”, kata Azam memberikan ucapan selamat datang dan “selamat” kepadaku sambil memeluk erat tubuhku.

“Selamat apa?”, kataku heran.

“Bukankah kini Antum menjadi Ketua mahasiswa dan pelajar Indonesia?”, jawab Azam.

Aku senang, kini Azam mulai menggunakan istilah Antum (Anda) kepadaku. Sebuah panggilan yang lazim digunakan sesama komunitas Arab di Jerman. Berarti kini Aku sudah dianggap bagian dari mereka. Sebuah indikasi hubungan Kami yang semakin akrab.

“Dari mana Antum tahu?”, tanyaku penasaran sambil sengaja menggunakan istilah yang sama dalam menyebut dirinya.

“Ha ha ha, Ana punya mata-mata di mana-mana”, katanya dengan nada menggoda.

Aku semakin penasaran melihat tingkahnya yang menikmati keherananku. Azam pasti punya hubungan erat dengan orang-orang INSAN, Aku coba menduga-duga. Apalagi Aku tahu pasti bahwa Dia tidak punya teman mahasiswa Indonesia lain. Jadi tidak mungkin Ia mengetahuinya dari mahasiswa Indonesia.

“Tapi, ah peduli amat”, pikirku.

“Kalau Antum berminat, Aku bisa membantu untuk mengunjungi kampung halamanku”, kata Azam menawarkan.

“Palestina?”, tanyaku untuk menegaskan.

Azam hanya tersenyum sambil mengangguk dengan perlahan.

“Tapi Ana tidak punya cukup uang”, kataku.

“Cukup sediakan uang tiket saja, selebihnya Ana yang atur”, jawabnya penuh keyakinan.

Apakah tawaran Azam itu serius?, kalau ya, kenapa tawaran itu datang setelah Ia tahu Aku menjadi Ketua PPI? Siapa sebetulnya orang ini? Saat pertanyaan-pertanyaan itu berputar memenuhi kepalaku, tiba-tiba suara Azam membuyarkan lamunanku, “Sudahlah, Antum timbangtimbang dulu. Antum boleh berangkat kapan saja Antum mau”.

Tabunganku dari hasil menghemat uang makan ditambah kerja paruh waktu sebagai tukang cuci piring di restoran atau membantu menjalankan mesin foto copy di kampus lumayan besar untuk ukuran orang Indonesia, karena Aku dibayar dengan menggunakan hitungan jam, serta menggunakan mata uang Euro, yaitu mata uang yang kini digunakan hampir di seluruh daratan Eropa Barat, kecuali Inggris yang masih menggunakan mata uangnya sendiri yaitu poundsterling.

Saat libur musim dingin tiba Aku putuskan untuk mengunjungi Palestina. Aku memilih penerbangan yang menawarkan tiket promo dan memesannya jauh hari agar benar-benar mendapatkan harga termurah. Pilihan kemudian jatuh pada Turkish Air. Aku Berangkat dari Frankfurt menuju Amman, ibukota Jordania. Pesawat mendarat di Bandara Alia. Nama Bandara ini diberikan oleh Raja Husein untuk mengenang istri tercintanya yang lebih dahulu menghadap Ilahi. Ia juga merupakan Ibu dari Raja Abdullah yang kini berkuasa di Jordania.

Bandara Alia tidak terlalu besar juga tidak terlalu mewah, namun arsitekturnya yang khas dengan nuansa Timur- Tengah yang kental cukup menarik bagi wisatawan. Temboknya berwarna krem dengan pintu-pintunya yang melengkung dihiasi taman yang di sana sini didominasi oleh bunga merah yang menyembul dari pohon yang merambat ke atas dan menjalar di antara rangkaian kayu yang menopang atapnya. Sebagian besar rumah-rumah penduduk juga memiliki bunga yang menjadi tanaman khas kawasan Mediterania itu. Orang Turki menyebutnya “Jamilah” yang makna harfiahnya dalam bahasa Arab berarti “Jelita”. Mungkin orang-orang Turki mendapatkan tanaman itu dari orang-orang Arab.

Pohon-pohon kurma yang ditanam di beberapa bagian sudut bandara mempertegas wajah Timur Tengahnya. Kalau di bandara-bandara yang pernah Aku lihat sebelumnya, tempat para penumpang menunggu keberangkatan biasanya berupa kursi, paling tinggi kursi panjang yang bisa digunakan untuk istirahat. Di Bandara Alia, selain kursi juga ada tempat tidur yang berjajar sehingga kita bisa tidur mana kala harus menunggu pesawat agak lama.

Sesuai petunjuk Azam, di Bandara Alia Aku mencari travel yang Ia rekomendasi untuk mengurus perjalananku. Prosesnya singkat sekali. Tidak lebih dari sepuluh menit. Karena Aku menggunakan paspor Indonesia yang tertulis secara eksplisit, larangan untuk mengunjungi Israel, petugas itu lalu menempeli selembar kertas, dan datadata pribadiku ditulis kembali di kertas itu. Lalu kertas itu dibubuhi stempel travel sebagai penanggung jawab dan selesai. Dengan demikian pasporku tidak perlu kena stempel Israel.

Tampaknya mereka sudah sangat profesional dan sudah terbiasa mengurus turis yang hendak mengunjungi Israel, termasuk turis dari Indonesia. Cara ini biasa digunakan untuk turis-turis dari negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Jordania merupakan pintu masuk yang paling gampang menuju Yerusalem. Selain secara geografis ibukota Yordania, yakni Amman, yang paling dekat dengan kota bersejarah itu, juga secara politis Jordania memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Jalan penghubung antara kedua kota itu juga sangat bagus. Mungkin karena Yerusalem pernah berada di bawah Kerajaan Jordania dalam rentang waktu yang cukup lama.

Batas antara wilayah Jordania dengan Palestina yang kini masih diduduki Israel, hanya ditandai dengan sungai Jordan yang terlalu kecil untuk dikatakan sebagai sungai untuk ukuran orang Indonesia. Lebarnya sekitar delapan sampai sepuluh langkah saja. Air yang mengalir juga tidak banyak. Konon dulu sungai itu lebar dan mengalirkan air yang sangat jernih. Bagi penganut Nasrani, sungai Jordan memiliki status nilai yang sangat sakral. Konon dengan menggunakan air sungai itu Yesus dibaptis. Di Timur sungai itu masih termasuk wilayah Jordania, sementara di baratnya sudah menjadi wilayah Palestina yang diduduki Israel.

Kami berjalan kaki saat meninggalkan Pos Imigrasi Jordania, lalu melewati Jembatan King Hussein yang membentang di atas sungai Yordan, sekaligus penghubung kedua negara, untuk selanjutnya masuk ke Pos Imigrasi Israel. Kedua Pos berjarak tidak lebih dari lima puluh meter. Dibanding dengan Pos penjagaan Jordania yang longgar, Pos Israel terasa sangat ketat. Pos ini menyerupai barak militer tapi sangat bersih dan rapi, juga dilengkapi dengan pendingin.

Baca Juga:

Kami diperiksa oleh Polisi Israel yang usianya sangat mudamuda. Yang laki-laki diperiksa oleh polisi laki-laki, sementara yang perempuan diperiksa oleh polisi perempuan. Menurut guide yang mengantar Kami, mereka umumnya para mahasiswa yang terkena wajib militer. Tidak seorang mahasiswa pun yang boleh melewati kewajiban itu. Setelah lulus mereka boleh melanjutkan karier militernya, atau memilih profesi lain. Tidak boleh ada barang yang dibawa. Barang bawaan diperiksa secara terpisah, sementara tas jinjing harus dimasukan Exree. Mobil serta sopirnya hanya mengantar sampai di perbatasan.

Setelah melewati pintu masuk, Aku melihat seorang lelaki berdiri di seberang dengan mengangkat namaku yang ditulis pada selembar kartun tinggi-tinggi. Lalu aku menghampirinya.

“Are you mister Amil?”, katanya dengan bahasa Inggris dialek Arab yang sangat kental.

“Na’am (benar)”, jawabku dengan menggunakan bahasa Arab yang Aku pelajari dari Azam. Aku sengaja menggunakannya dengannya dengan harapan supaya cepat akrab, juga sekaligus mempraktikkannya.

“Ana Khalid”, jawabnya sambil menjabat erat tanganku sembari menempelkan pipinya secara bergantian ke pipi Kiri dan Kananku, penyambutan yang lazim dilakukan kepada sahabat karib.

Kota pertama yang Aku lewati adalah Jericho yang dalam penunjuk jalan ditulis dalam tiga tulisan, Ibrani, Arab dan Latin. Dalam tulisan Arab terbaca Kariha. Sebelum masuk Kota, mobil Kami harus berhenti di depan pos penjagaan yang disebut check point. Mobil berhenti di depan pos penjagaan yang berupa bangunan yang dibuat dari kontainer yang dilengkapi dengan AC dan toilet. Pos penjagaan seperti ini bisa dipindah setiap saat. Israel seringkali mengubah-ubah atau memperbanyak check point seperti ini sesuai dengan suasana politik di tanah yang didudukinya ini.

Kami diminta untuk diam di tempat masing-masing. Dua orang tentara Israel dengan pakaian lengkap dan membawa senjata laras panjang mendekati mobil. Sementara sopir harus turun melapor pada petugas di pos untuk menyerahkan data orang yang dibawanya. Seorang tentara melongokkan kepalanya ke dalam mobil memerhatikan wajahku dengan pandangan penuh selidik, yang satunya lagi dengan sikap siaga mengawasi di belakangnya.

“Inilah kota tertua di dunia”, kata Khalid saat kembali ke tempat duduknya di dalam mobil.

Aku hanya mendengar tanpa gairah. Sejauh mana kebenarannya wallahu a’alam, karena baru di tempat ini Aku mendengar status kota yang baru pertama kali Aku dengar namanya. Kota ini mirip dengan sebuah desa di Indonesia. Sederhana, berdebu, bahkan dapat dikatakan kumuh. Bangunan-bangunannya tidak ada yang bagus. Para pedagang kaki lima tampak berjajar tidak teratur di Kiri dan Kanan jalan. Ada yang berdagang buah, tapi tidak sedikit yang berjualan berbagai keperluan rumah tangga, termasuk pakaian. Para pedagang buahnya menggunakan
gerobak.

Beberapa perempuan dan anak-anak menggunakan gerobak serupa yang ditarik oleh seekor keledai lalulalang membawa hasil pertanian mereka yang berupa sayur-mayur dan buah-buahan, Jeruk, delima, dan anggur tampak mendominasi isi gerobak itu. Aku melihat mereka memakai pakaian khas Arab dengan kafieh di kepala. Yang laki-laki mengenakan selendang bercorak kotakkotak atau putih polos seperti yang lazim digunakan Yaser Arafat. Selembar bagian atasnya dililiti tali, sementara
yang perempuan menggunakan jilbab tapi dengan wajah terbuka termasuk juga yang masih gadis. Para pemudanya banyak yang menggunakan celana jeans dengan T-shirt. Mereka tampak berkerumun dan mengobrol di beberapa warung kopi. Belum tampak wajah orang-orang Israel di sini. Di tempat ini mobil tidak berhenti, hanya jalannya
diperlambat.

“Di kota ini para gerilyawan Palestina sering muncul dan melakukan penyerangan,” kata Khalid datar.

Mobil terus bergerak ke arah Barat melalui padang pasir yang terbentang luas. Di Kiri dan Kanan hanya tampak pohon-pohon kurma dan bukit-bukit kering. Di beberapa bagian kelihatan desa-desa yang jauh dari jalan raya. Jalannya cukup halus dan lebar. Beberapa bukit tampak dipangkas untuk dibuat jalan. Setelah melalui jalan berbukit dan berkelok-kelok dan mobil berjalan hampir satu jam, Kami sampai di sebuah ketinggian. Mobil lantas berhenti.

“Mari kita turun sejenak”, kata Khalid.

Di sebelah Kiri tampak bukit batu yang tidak terlalu tinggi, sementara bagian Kanannya lembah yang curam.

“Lihatlah di seberang sana”, kata Khalid sambil mengarahkan telunjuknya ke keseberang lembah.

“Subhanallah, indahnya”, seruku spontan.

“Kubah yang berwarna kuning emas memantulkan cahaya kemilau itu adalah Dome of the Rock, banyak orang yang keliru dengan menganggapnya kubah Masjid Al-Aqsha. Sebenarnya Al-Aqsha adalah bangunan terpisah yang berada di sebelahnya dengan kubah berwarna abu-abu kehitaman”, kata Khalid menjelaskan.

Kubah yang dilapisi 80 kg emas murni hadiah Raja Husein dari Jordania itu memantulkan sinar Kuning kemilau di bawah sinar matahari, tampak menonjol di antara bangunan kuno di tengah kota tua Yerusalem. Bagian ini sering juga disebut Yerusalem Timur yang mayoritas penduduknya etnis Arab. Sementara di belakangnya, merupakan bagian Barat Yerusalem, tampak bangunan-bangunan pencakar langit yang sangat modern yang dibangun Israel.

“Dari sisi arsitektur; inilah kubah masjid pertama di dunia”, kata Khalid menjelaskan.

“Lalu bagaimana dengan masjid-masjid sebelumnya yang dibangun Nabi dan para sahabat?”, tanyaku heran.

“Masjid-masjid sebelumnya sangat sederhana dan tanpa kubah. Kubah sebenarnya merupakan bagian dari arsitektur Romawi yang kemudian diserap ke dalam arsitektur Islam. Ada juga yang berpendapat bahwa kubah juga mewarnai bangunan-bangunan di Persia dan India. Yang mana yang benar atau mungkin saja bangsa-bangsa yang memiliki peradaban kuno sudah saling mempengaruhi. Bentuknya kemudian beradaptasi dengan arsitektur lokal komunitaskomunitas Muslim yang sangat beragam. Perhatikanlah kubah-kubah masjid di Turki, berbeda dengan kubahkubah masjid Arab, Persia atau India”.

“Boleh juga pengetahuan pemandu ini”, pikirku.

“Tempat Kita berdiri ini merupakan tempat yang paling bagus untuk melihat Yerusalem”, kata Khalid sambil memberikan isyarat mengajak Aku kembali ke mobil.

(Bersambung…..)

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana 
Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ


Buku-buku novel karya Dr Muhammad 
Najib juga bisa dibeli di Shopee melalui link: https://shp.ee/ks65np4
Last Day Views: 26,55 K

14 Responses

  1. สล็อต777October 4, 2023 at 5:49 pm

    … [Trackback]

    […] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  2. Blue Punisher MDMA online EuropeOctober 12, 2023 at 2:31 am

    … [Trackback]

    […] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  3. buy changa dmtFebruary 12, 2024 at 1:07 am

    … [Trackback]

    […] Find More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  4. อุปกรณ์โรงแรมApril 12, 2024 at 5:57 am

    … [Trackback]

    […] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  5. จำหน่ายอะไหล่อุตสาหกรรมJuly 9, 2024 at 7:28 am

    … [Trackback]

    […] Read More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  6. StealthEX crypto exchangeAugust 10, 2024 at 2:05 am

    … [Trackback]

    […] There you will find 57527 additional Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  7. บริษัทรถเช่าAugust 14, 2024 at 8:12 am

    … [Trackback]

    […] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  8. Buy Napoleon PRO Charcoal Kettle 22″ Grill Cart OnlineSeptember 21, 2024 at 6:12 am

    … [Trackback]

    […] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  9. 1+1사이트September 21, 2024 at 4:42 pm

    … [Trackback]

    […] Here you will find 80191 more Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  10. rainbow six siege season 4 banned for cheatingSeptember 27, 2024 at 5:48 am

    … [Trackback]

    […] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  11. ทำนามบัตรSeptember 29, 2024 at 6:24 am

    … [Trackback]

    […] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  12. PGSLOT วอเลท โบนัสแตกบ่อยOctober 22, 2024 at 9:11 am

    … [Trackback]

    […] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  13. บับเบิ้ลกันกระแทกNovember 21, 2024 at 6:27 pm

    … [Trackback]

    […] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

  14. live webcamJanuary 3, 2025 at 1:24 am

    … [Trackback]

    […] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-7-bersujud-di-baitul-maqdis/ […]

Leave a Reply