Oleh: Ahmad Cholis Hamzah
Mungkin karena memiliki latar belakang yang keras, keluar masuk hutan Aceh untuk berperang sehingga Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang dikenal dengan sebutan Mualem itu – “mangkel” (bahasa Jawa nya “jengkel) melihat ada pejabat yang cengeng dalam menghadapi musibah banjir bandeng di wilayahnya. Memang diberitakan ada beberapa Bupati, Wakil Bupati atau Walikota – ada yang sambil menangis mengaku tidak sanggup menghadapi bencana alam ini, mereka sudah melempar handuk putih di ring tanda menyerah.
Gubernur Muzakir Manaf yang lahir 3 April 1964 di desa Mane Kawan Aceh Utara ini memiliki perjalanan akademik pernah menempuh studi di Faakultas Hukum Syiah Kuala lalu memilih menjadi pejuang Gerakan Aceh Merdeka (GAM) tahun 1986. Dia keluar masuk hutan bertempur melawan TNI; dan malahan pernah diangkat menjadi Panglima Komando Pusat GAM dan sempat menjadi pengawal pribadi mantan Presiden Libya Muammar Khadafi. Julukan Mualem pada dirinya disematkan karena dia dianggap individu yang memiliki keahlian tinggi di dunia militer.
Karena itu Gubernur Mualem meminta para kepala daerah yang terdampak bencana agar bersikap proaktif dan berhenti bersikap “cengeng” saat melayani masyarakat. Desakan Gubernur ini muncul seiring meluasnya dampak banjir dan longsor di sebagian besar wilayah Aceh. Ia tidak segan meminta kepala daerah yang tidak sanggup menghadapi musibah besar ini untuk mundur dari jabatannya.
“Harus proaktif melayani masyarakat, jangan lari. Jangan ada alasan tidak tahu. Saya harapkan kepada Bupati/Wali Kota yang cengeng, letakkan jabatannya. Ganti yang lain, apa salahnya,” ujar Mualem saat konferensi pers di Aceh Timur pada Kamis (4/12).
Sementara itu lain dengan Gubernur Aceh, Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mewajarkan sikap para bupati dari sejumlah kabupaten di Aceh yang menyatakan tidak mampu menangani bencana banjir dan longsor yang terjadi di wilayah mereka. Tito menuturkan, para kepala derah memang tidak akan sanggup menangani bencana di wilayahnya masing-masing karena akses jalan yang tertutup. “Contohnya di Takengon, itu yang Aceh Tengah menyampaikan bahwa dia tidak mampu melayani, ya memang enggak akan mampu. Enggak akan mungkin. Karena apa? Karena dia sendiri tertutup (akses tertutup),” ujar Tito di Kantor Kemendagri, Jakarta Pusat, Senin. “Ada Kepala Daerah yang menyatakan tidak sanggup, ya gimana mau sanggup? Jadi teman-teman wartawan datang ke lokasi dan lihat sendiri,” imbuh dia.
Sebelumnya, dilaporkan ada empat bupati yang menyatakan tidak sanggup mengatasi dampak banjir. Diantaranya yaitu Bupati Aceh Tengah, Bupati Aceh Selatan, Bupati Pidie Jaya, dan Bupati Aceh Utara.
Mendagri menganggap wajar para Bupati yang “lempar handuk putih” itu mengingat besarnya skala bencana. Namun bagi Gubernur Mualem yang punya pengalaman tidur di hutan bertahun-bertahun untuk berperang itu, sikap mereka itu dia nilai “cengeng” dan ingin melarikan diri dari tanggung jawab.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Komisi Informasi Jateng Akan Buka Sidang Sengketa Salinan Ijasah Joko Widodo Dari SD Hingga S1

Pertumbuhan : Menukar Pohon dengan Mobil

Reaksi keras meningkat setelah Israel lolos ke Eurovision 2026, mendorong beberapa negara untuk mengundurkan diri.

Memadukan Agama, Ilmu, Dan Seni Dalam Kehidupan

WMO memperkirakan 55% kemungkinan La Nina lemah dalam beberapa bulan mendatang

Faizal Assegaf Usulkan Jalur Mediasi dalam Polemik Ijazah Jokowi di Forum ILC

Gila Beneran Gila, Rakyat Masih Terpukau Panggung Drama Politik Sandiwara

Mafia Menggila, Kedaulatan Robek!

Puskesmas Bandar Diduga Lakukan Malpraktek, Kepala Puskesmas ,Terancam Dilaporkan ke Polisi

HMI Cabang Kota Semarang Mencetak Sejarah, Formateur Terpilih Hafal Al Qur’an dan Pelaksanaan Konfercab Yang Lebih Cepat


No Responses