Oleh : Doni Riw
Kemarin, Kamis 20 Agustus 2020 / 1 Muharam 1442, adalah premier Film Jejak Khilafah di Nusantara (JKDN)
Lebih dari 250.000 orang mendaftar dalam tayang perdana Film Dokumenter tersebut. Setiap titik ditonton lebih dari satu orang, bahkan tak sedikit yang puluhan orang. Sehingga bisa jadi kisah sejarah ini ditonton jutaan pasang mata.
Sejak awal hingga akhir penayangan, tak kurang dari tiga kali pemblokiran. Tetapi pihak penyelenggara nampaknya telah menyiapkan skenario ganda, sehingga film sukses tayang sampai akhir.
Bagi saya, peristiwa pemblokiran oleh rezim dan platform penayang video online itu tak kalah penting dari isi filmnya sendiri.
Peristiwa pemblokiran ini menunjukkan pada publik bahwa kebebasan bersuara yang diagung-agungkan oleh pemuja demokrasi hanyalah isapan jempol semata.
Rezim sebagai representasi pelaku demokrasi dalam negeri, dan Platform Penyedia Video populer sebagai representasi pelaku kapitalisme global, sama-sama tak mampu menghadapi kenyataan, bahwa demokrasi dan kapitalisme hanyalah otoritarian berbaju kebebasan.
Saya sarankan kepada para pemuja demokrasi untuk meminta maaf kepada publik tentang kebohongan yang mereka dengungkan selama ini, bahwa demokrasi dan kapitalisme adalah alam kebebasan dan kemerdekaan.
Film JKDN adalah kemenangan tiga lapis. Pertama, film ini membuka fakta sejarah yang selama ini ditutupi.
Ke dua, pemblokiran film ini menunjukkan bahwa kebebasan demokrasi hanya mitos semata.
Ke tiga, keberhasilan penyelenggara dalam berkelit dari tiga kali pemblokiran adalah kemenangan perang gerilya cyber yang bahkan medan pertempurannya adalah milik kapitalis sendiri.
Lebih dari itu, Film JKDN sekaligus menjadi tanda kekalahan peradaban sekuler yang sebentar lagi akan menjadi nyata.
Tentu umat tak boleh terlena dengan kemenangan ini. Umat harus segera mempersiapkan diri pada pertempuran besar selanjutnya yang pasti lebih sengit, sekaligus mengubah sejarah peradaban dunia ini.
Kencangkan seat belt anda. Kita akan melaju lebih kencang lagi.
Jogja 20 Agustus 2020
EDITOR : SETYANEGARA
Tags:
Related Posts
Daniel M Rosyid: Reformasi Pendidikan
Budaya Kita Perwakilan Musyawarah, Mengapa Pilpres Mesti One Man One Vote
Keseimbangan Sistemik: Membaca Kritik Ferri Latuhihin Kepada Purbaya
Quo Vadis Kampus Era Prabowo
Habib Umar Alhamid: Prabowo Berhasil Menyakinkan Dunia untuk Perdamaian Palestina
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Kelemahan Jokowi
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
รับทำ BacklinkOctober 23, 2024 at 10:05 pm
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pemblokiran-premier-film-jkdn-dan-mitos-kebebasan-demokrasi/ […]
cam sites discountsNovember 25, 2024 at 9:58 pm
… [Trackback]
[…] Find More Information here to that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pemblokiran-premier-film-jkdn-dan-mitos-kebebasan-demokrasi/ […]
เว็บพนันออนไลน์เกาหลีDecember 21, 2024 at 5:34 pm
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/tokoh-opini/pemblokiran-premier-film-jkdn-dan-mitos-kebebasan-demokrasi/ […]