Pengakuan Mantan Pekerja : Kerja di IMIP Morowali, Seperti Kerja di Negara Asing

Pengakuan Mantan Pekerja : Kerja di IMIP Morowali, Seperti Kerja di Negara Asing
Smelter nikel milik PT IMIP Morowali, Sulawesi Tengah

JAKARTA – Host dan jurnalis investigasi Aiman kembali mengungkap fakta mengejutkan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan seorang mantan pekerja PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Narasumber yang identitas dan wajahnya sengaja disembunyikan itu menggambarkan kondisi kerja yang menurutnya “membuat orang Indonesia seperti tamu di tanah sendiri”.

Nama Jalan Berbahasa China, Rasa Bekerja di Negeri Orang

Narasumber yang pernah bekerja di area smelter raksasa PT IMIP tersebut membuka pengakuan dengan gambaran suasana kawasan yang menurutnya “lebih mirip kawasan industri luar negeri daripada Indonesia.”

“Nama-nama jalan pakai bahasa China, diterjemahkan ke bahasa Inggris. Tidak ada bahasa Indonesia. Saya seperti kerja di luar negeri. Ini di negara asing atau Indonesia?” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa sejak pertama masuk kawasan, nuansa asing itu sangat terasa. Mulai dari papan penunjuk, percakapan para pekerja, hingga pola interaksi di dalam area industri.

Perbedaan Perlakuan dan Gaji Pekerja: Lokal vs China

Salah satu poin paling sensitif yang diungkap narasumber adalah dugaan perlakuan berbeda terhadap tenaga kerja asing (TKA) asal China dibandingkan tenaga kerja lokal Indonesia.

“Pekerjaan kami sama, tapi gaji jauh beda,” ungkapnya.
“Tenaga kerja Indonesia hanya digaji Rp6–7 juta. Sementara pekerja China menerima Rp30–35 juta.”

Menurut narasumber, perbedaan hingga lima kali lipat itu menimbulkan rasa ketidakadilan di kalangan pekerja lokal. Ia menilai perusahaan menerapkan standar gaji dan fasilitas yang sangat timpang.

‘Mess Rahasia’ di Tengah Hutan untuk Menghindari Sidak

Cerita lain yang tak kalah mengejutkan adalah soal keberadaan mess khusus pekerja China yang disebut-sebut berada jauh di dalam area hutan.

Menurut narasumber, mess tersebut digunakan untuk menyembunyikan sebagian besar pekerja TKA bila ada kunjungan pejabat negara, seperti Menteri Tenaga Kerja atau anggota DPR.

“Kalau ada pejabat mau sidak, dibunyikan sirine. Kami sudah tahu itu tandanya,” katanya.
“Ada bus khusus. Para pekerja China diangkut dan dibawa ke mess di tengah hutan itu.”

Ia menambahkan bahwa sirine itu menjadi semacam alarm internal. Setelah semua pekerja TKA dipindahkan sementara, barulah rombongan pejabat diajak berkeliling.

Sidak Pejabat Dinilai Tidak Menyentuh Fakta Lapangan

Dalam wawancara tersebut, narasumber menilai kunjungan pejabat pemerintah selama ini tidak menunjukkan kondisi sebenarnya di dalam kawasan industri.

“Pejabat datang, ya lihatnya hal-hal yang wajar saja. Mereka dikasih lihat sebagian. Seperti Menteri Tenaga Kerja bilang sebagian besar pekerja dari Indonesia, sebagian kecil dari China,” katanya.

Padahal, menurutnya, jumlah tenaga kerja asing sebenarnya jauh lebih banyak dibandingkan yang diperlihatkan kepada pejabat negara.

Ia menegaskan bahwa praktik pemindahan TKA ke mess tersembunyi itu sudah berlangsung bertahun-tahun, dan menjadi rahasia umum di kalangan pekerja internal.

Gambaran Sistem Kerja yang Perlu Dievaluasi

Pengakuan mantan pekerja PT IMIP ini membuka kembali diskusi lama mengenai: Transparansi jumlah TKA di kawasan industri tambang dan smelter, Keadilan upah dan perlakuan pekerja, Pengawasan pemerintah terhadap standar ketenagakerjaan, dan Ketergantungan industri smelter terhadap pekerja asing berkeahlian tertentu.

Jika benar terjadi sebagaimana disampaikan narasumber, maka praktik “kosmetik saat sidak” ini menjadi persoalan serius karena dapat menutupi kondisi riil yang perlu diperbaiki.

Suara dari Dalam Industri yang Jarang Terdengar

Wawancara Aiman dengan narasumber anonim ini memberikan gambaran penting tentang apa yang terjadi di lapangan—sesuatu yang jarang tersampaikan ke publik karena keterbatasan akses dan ketatnya pengawasan internal perusahaan.

Kisah mantan pekerja ini sekaligus menjadi pengingat bahwa industrialisasi dan investasi besar seharusnya tidak membuat pekerja lokal merasa asing di tanah sendiri.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K