Pengejawantahan Taqwa Dalam Kehidupan

Pengejawantahan Taqwa Dalam Kehidupan
Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, M.Ag., Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Oleh: Muhammad Chirzin

 

Allah swt mendidik orang-orang beriman dengan berpuasa agar meraih derajat takwa. Di antara tanda-tanda orang yang bertakwa ialah: ikhlas, sabar, syukur, tawakal, dan istiqamah.

Mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas beribadah kepada-Nya, beragama yang benar, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; itulah agama yang lurus. (QS Al-Bayyinah/98:5)

Katakanlah: “Sungguh, shalatku, ibadahku, hidup dan matiku demi Allah, Tuhan semesta alam.” (QS Al-An’am/6:162)

Hai orang-orang yang beriman, sabarlah dan bertahanlah dengan kesabaranmu, perkuatlah dirimu satu sama lain, dan bertakwalah kepada Allah, supaya kamu berhasil. (QS Ali Imran/3:200)

Pastilah Kami akan menguji kamu dengan perasaan agak takut, lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan; dan sampaikan berita gembira kepada mereka yang sabar… (QS Al-Baqarah/2:155-156)

Ingatlah tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Jika kamu bersyukur, Aku akan memberi tambahan karunia kepadamu, tetapi jika kamu tidak bersyukur, sungguh azab-Ku sangat dahsyat.” (QS Ibrahim/14:7)

Maka Sulaiman pun tersenyum karena percakapan semut, dan berdoa: “Tuhanku, berilah aku peluang untuk mensyukuri nikmat-Mu yang Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dan supaya aku dapat mengerjakan perbuatan baik yang Engkau ridhai, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-Mu yang saleh.” (QS An-Naml/27:19)

Berkat rahmat dari Allah kamu bersikap lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu keras lagi kasar, niscaya mereka menjauhi kamu. Maka maafkanlah mereka, mohonkan ampun bauat mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam segala urusan. Maka jika kamu telah mengambil keputusan, bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah menyukai orang yang tawakal. (QS Ali Imran/3:159)

Mereka yang berkata “Tuhan kami adalah Allah” dan selanjutnya mereka berpegang teguh pada keyakinan itu, para malaikat akan turun kepada mereka dari waktu ke waktu berkata “Jangan khawatir dan jangan sedih; terimalah berita gembira tentang surga yang dijanjikan kepadamu.” (QS Fushshilat/41:30)

Pengejawantahan ketakwaan kepada Allah swt ialah beramar makruf, nahi mungkar; mengajak berbuat baik, dan melarang buatan buruk. Allah swt berpesan dalam Al-Quran, “Hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh berbuat benar dan melarang perbuatan munkar. Mereka itulah orang yang beruntung”” (Ali Imran/3:104).

Allah memerintahkan berbuat adil, mengerjakan amal kebaikan, bermurah hati kepada kerabat, dan melarang melakukan perbuatan keji, mungkar dan kekejaman. Dia mengajarkan kepada kamu supaya menjadi peringatan bagimu (QS An-Nahl/16:90).
Sesuai fitrah manusia, yang baik selalu dipuji, sedangkan yang buruk dan jahat selalu dicela. Amar makruf nahi mungkar merupakan upaya memelihara fitrah, agar manusia selalu pada jalan kebaikan untuk menciptakan masyarakat ideal.

Makruf dan mungkar menjamah segala lini kehidupan manusia, yakni ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, pertahanan, dan keamanan. Kemungkaran itu antara lain berupa kecurangan, penipuan, penyuapan, penyalahgunaan wewenang, jual-beli perkara, dan barang haram, maupun pengadilan yang tidak adil karena interes tertentu.

Rasulullah saw juga bersabda “Hakim itu tiga golongan. Dua golongan di neraka, dan satu golongan di surga. Dua golongan pertama: (1) Hakim yang memutus perkara secara tidak benar, dan dia tahu itu tidak benar, maka tempatnya di neraka; (2) Hakim yang tidak tahu, lalu memutus perkara dan membinasakan manusia, maka dia di neraka; (3) Hakim yang memutus perkara dengan benar dan ia tahu itu benar, maka dia di surga.” (HR Imam Tirmidzi).

Allah swt memperingatkan dalam Al-Quran, jagalah dirimu dari bencana fitnah yang tidak hanya akan menimpa mereka yang jahat saja di antara kamu, dan Allah keras sekali dalam menjatuhkan hukuman (Al-Anfal/8:25).

Rasulullah saw bersabda, “Man ra`a minkum munkaran falyughayyirhu biyadihi… – Siapa yang melihat kemungkaran, hendaklah mengubahnya dengan tangannya; jika tidak mampu, maka dengan lisannya; jika tidak sanggup, maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemah iman.”

Kemungkaran, sekecil apa pun, bila dibiarkan akan meluas dan merepotkan semua orang dalam masyarakat dan perlahan-lahan akan menghancurkan. Dampak kemungkaran dirasakan pelaku dan anggota masyarakat lain.

Rasulullah saw bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kamu sekalian melakukan amar makruf nahi mungkar, atau Allah akan segera menurunkan siksa, kemudian kalian berdoa kepada-Nya tetapi tidak dikabulkan.” (HR Tirmidzi)

Rasulullah saw juga bersabda, “Sesungguhnya jika masyarakat melihat kezaliman dan tidak mencegah dengan tangannya, maka Allah akan segera menimpakan siksa massal kepada mereka.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Suatu bangsa ibarat penumpang kapal yang berlayar di lautan. Setiap penumpang bertanggung jawab atas keselamatan kapal sampai tujuan. Jika ada penumpang yang melubangi dinding kapal, maka itu mengencam keselamatan semua, dan jika dicegah, maka selamatlah semua. (HR Bukhari).

Hal paling buruk yang menimpa umat adalah ketika suara kebenaran menjadi begitu rendah, sedangkan teriakan-teriakan kebatilan begitu tinggi mengajak kepada kerusakan, memerintahkan kemungkaran, dan mencegah dari kebaikan.

Setiap warga negara Indonesia harus berpegang teguh dan menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, supaya tercapai cita-cita kemerdekaan, yakni terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, aman, damai, sejahtera, dan bahagia.
Hari-hari ini masyarakat Indonesia menanti keputusan gugatan pilpres di Mahkamah Konstitusi yang akan diumumkan pada tanggal 22 April 2024. Semoga Allah swt memberikan bimbingan dan kekuatan lahir dan batin kepada para Hakim Mahkamah Konstitusi untuk memutuskan perkara dengan sejujur-jujurnya dan seadil-adilnya.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K