JAKARTA – Pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Developing Eight (D-8) yang berlangsung di Kairo, Mesir, Presiden Indonesia Prabowo Subianto menyampaikan pidato yang menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung kemerdekaan Palestina. Dalam forum yang dihadiri oleh pemimpin negara-negara Muslim berkembang ini, Presiden Prabowo berbicara lantang tentang pentingnya solidaritas global untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel yang telah berlangsung selama puluhan tahun.
Pidato yang Menginspirasi
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa kemerdekaan Palestina bukan hanya masalah regional Timur Tengah, tetapi juga ujian bagi nilai-nilai keadilan dan kemanusiaan global.
“Palestina adalah simbol perjuangan melawan penjajahan dan ketidakadilan. Selama Palestina belum merdeka, maka perjuangan kita sebagai umat manusia untuk keadilan belum selesai,” tegas Prabowo.
Ia juga menyerukan agar negara-negara Muslim bersatu untuk memberikan dukungan yang lebih konkret kepada Palestina, baik melalui diplomasi internasional, bantuan kemanusiaan, maupun tekanan politik terhadap negara-negara yang mendukung pendudukan Israel.
Respon Para Delegasi
Pidato Presiden Prabowo mendapat sambutan hangat dari para pemimpin negara-negara D-8. Delegasi dari Turki, Pakistan, dan Malaysia secara khusus memuji keberanian Prabowo dalam menyuarakan isu Palestina di tengah tantangan geopolitik yang kompleks.
“Pidato Presiden Prabowo adalah pengingat bagi kita semua bahwa solidaritas umat Muslim harus diwujudkan dalam tindakan nyata,” ujar Perdana Menteri Pakistan, Anwar Shahid.
Dukungan Diplomasi dan Tindakan Nyata
Dalam forum tersebut, Indonesia juga mengusulkan sejumlah langkah konkret untuk mendukung perjuangan Palestina, antara lain:
Indonesia menyerukan agar D-8 menjadi blok yang lebih vokal dalam mendukung resolusi-resolusi di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang berpihak pada Palestina, termasuk mengadvokasi pengakuan penuh atas Palestina sebagai negara merdeka.
Indonesia mengusulkan pembentukan mekanisme bantuan kemanusiaan bersama D-8 untuk mendukung rakyat Palestina, terutama dalam sektor kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Presiden Prabowo juga mengusulkan agar negara-negara D-8 mempertimbangkan langkah-langkah ekonomi, seperti boikot produk yang berasal dari wilayah pendudukan, sebagai bentuk tekanan terhadap Israel.
Pandangan Para Ahli
Dr. Fahmi Rahman, Pakar Timur Tengah mengatakan, “Pidato Presiden Prabowo mencerminkan konsistensi Indonesia dalam mendukung Palestina. Ini bukan hanya retorika, tetapi juga ajakan kepada negara-negara Muslim untuk lebih berani dalam mengambil langkah nyata,” kata Dr. Fahmi.
Prof. Nadira Al-Azhar, Akademisi Politik Global mengatakan, “Indonesia telah lama menjadi pendukung Palestina, tetapi dengan pidato ini, Prabowo membawa pesan tersebut ke tingkat yang lebih tinggi. Dia mengingatkan dunia bahwa Palestina adalah tanggung jawab kolektif,” ujar Prof. Nadira.
Sementara itu Dr. Mahmoud El-Sharif, Pengamat Diplomasi Mesir mengatakan, “Pidato Prabowo menunjukkan keberanian yang jarang terlihat dalam forum internasional. Ia tidak hanya berbicara tentang Palestina, tetapi juga tentang persatuan negara-negara Muslim yang sangat dibutuhkan saat ini,” ungkap Dr. Mahmoud.
Tantangan dan Harapan ke Depan
Meskipun pidato Presiden Prabowo mendapat sambutan positif, tantangan tetap ada, terutama dalam mewujudkan tindakan konkret di tengah dinamika politik internasional yang rumit. Dukungan negara-negara besar terhadap Israel serta perpecahan di antara negara-negara Muslim menjadi hambatan utama.
Namun, dengan kepemimpinan Indonesia yang akan memegang presidensi D-8 berikutnya, ada harapan bahwa seruan Prabowo dapat diterjemahkan menjadi langkah-langkah strategis yang lebih nyata.
Pidato Presiden Prabowo di forum D-8 di Mesir menegaskan kembali posisi Indonesia sebagai pendukung setia perjuangan rakyat Palestina. Dengan keberanian dan komitmen yang ditunjukkan, Indonesia tidak hanya menjadi suara untuk Palestina, tetapi juga inspirasi bagi negara-negara Muslim lainnya untuk bersatu dalam memperjuangkan keadilan dan kemerdekaan.
Saatnya solidaritas dunia Islam bergerak dari sekadar kata-kata menuju tindakan nyata, demi masa depan yang lebih adil dan damai untuk Palestina.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Akankah pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir memberdayakan Afrika atau justru memperkuat ketergantungan pada negara asing?

‘Pembersihan etnis pelan-pelan:’ Setelah gencatan senjata Gaza, eskalasi Israel bergeser ke Tepi Barat

Putusan HAMAS: ICJ menegaskan Israel melakukan genosida, menolak legalisasi permukiman

Laporan: Amazon berencana mengganti pekerja dengan robot

Penjelasan – Mungkinkah inovasi digital membentuk masa depan layanan kesehatan di Afrika?

Kecerdasan buatan akan menghasilkan data 1.000 kali lebih banyak dibandingkan manusia

Serangan Israel menewaskan 42 orang di Gaza karena kedua belah pihak mengatakan pihak lain melanggar gencatan senjata

Iran, Rusia, dan Tiongkok mengirim surat ke PBB yang menyatakan kesepakatan nuklir dengan Teheran telah berakhir

Wapres Afrika Selatan: Mineral kritis di pusat industrialisasi Afrika

Putin dan Netanyahu bahas perkembangan Timur Tengah tentang rencana Trump terkait Gaza



No Responses