Oleh: Agus Mualif Rohadi
Pada masa sangat kuno dulu, Allah datangkan rasul untuk mengingatkan penduduk yang lupa pada Allah. Namun ketika diingatkan tdk bisa,
Maka adzab Allah datang seketika saat itu juga (Pada masa Nabi Hud, Salih, Luth, Syu’aib, Musa).
Setelah masa Nabi Sulaiman, adzab pada bani Israel, terjadi tidak seketika meskipun telah diperingatkan oleh Nabi dan Rasul, bahkan bani Israel membunuh Nabi dan Rasul.
Ada tenggang waktu yang cukup lama (bertahun tahun) antara perbuatan dzalim dan fasik bani Israel saat pertama kali diperingatkan oleh Rasul dan Nabi hingga berganti Rasul dan Nabi lagi pada generasi generasi berikutnya.
Sampainya adzab melalui kombinasi proses sunnatullah alam dengan perbuatan manusia yang semakin lama semakin tdk terkendali kedzaliman dan kefasikannya.
Allah libatkan bangsa lain sebagai alat jatuhnya adzab.
Dari peringatan pertama hingga sampainya adzab justru menimpa cucu dan cicit kaum yang diperingatkan.
Hal itu mengisyaratkan bahwa masa setelah berakhirnya nubuwah, setelah berlalunya masa Nabi Muhammad, jatuhnya adzab merupakan kombinasi sunatullah alam dengan sunatullah manusia yang membuat kerusakan. Melibatkan kehidupan antar komunitas manusia, suku, generasi dan antar bangsa. Keserakahan manusia. Sunatullah kemudian mengkoreksinya.
Jadi apa yang terjadi pada Sumatra dan Aceh sekarang ini, bukan sesuatu yang terjadi secara seketika, tetapi bertahap, berangsur angsur, juga melibatkan banyak bangsa karena memanfaatkan hutan Indonesia dalam bentuk berbagai produk hasil hutan (kayu kayuan), tambang dan perkebunan.
Meskipun para ulul albab, para alim dari berbagai bidang ilmu telah memperingatkan perbuatan manusia yang merusak, namun manusia tidak mampu mencari solusi untuk memelihara lingkungan hidupnya dan bahkan semakin merusaknya. Manusia tidak dapat mengatasi kerusakan yang ditimbulkan nafsu keserakahan dan kerusakan moral.
Puncak berlakunya sunatullah kerusakan adalah dengan Allah datangkan pemimpin yang menjadi sebab sampainya adzab maupun bencana.
Pada masa kepresidenan PS ini, menyatu semua perbuatan yang berakibat buruk dan merusak mulai jaman presiden SBY dan presiden Jkw dalam satu koalisi pemerintahan. Ambyar.
Mereka terbelit dalam proses sebab akibat saling terbelit kepentingan, saling sandera dan ancam, yang tidak mampu mereka urai.
Rakyat yang terima akibat dunianya, pemimpin akan terima akibat di akhirat, jika mereka tidak bertaubat dan mohon ampunan.
Mereka telah melakukan perbuatan yang menyebabkan kerusakan dan kematian manusia, hewan dan kerusakan lingkungan yang parah yang tidak akan kembali pada bentuk semula.
Para pemimpin mudah mudahan segera sadar dan dengan besar hati berinisiatif untuk melakukan taubat nasuha nasional.
Para pemimpin meminta maaf kepada rakyat, dan melakukan semua koreksi yang diperlakukan.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Presiden Prabowo Singkirkan Perasaan Pekewuh, Ini Negara, Pecat Semua Pejabat Yang Akan Menghambat Kerja Presiden

Pemerintah Tak Punya Hati Banjir Bandang Bukan Bencana Nasional Malah Jadi Arena Selfie

Pernyataan Dahnil Dinilai Kasar Dan Tidak Pantas,Taufiq: Dahnil Anzar Kamu Jangan Asal Jeplak

Lagi-lagi Festival Pesisir Bikin Warga Pulau Terpukau SKK Migas – HCML Sukses Libatkan Masyarakat

Satu Hari, SKK Migas-HCML Raih Tiga Penghargaan, Gelaran Festival Pesisir 4 Banjir Dukungan

Datang Kayu, Pergi Malu

Tempat Tinggal Terbaik Bagi Orang-Orang yang Bertakwa!

Rakyat Yang Jadi Korban Dan Di Korbankan, Rakyat Yang Harus Bertanggung Jawab, Otak Dimana?

Banjir Sumatra dan Mega Skandal Morowali, Ali Mahsun: “Di Jepang, Pejabat Terkait Mundur”

ICMI dan Masa Depan Penyelamatan Bumi



No Responses