Oleh: Syaefudin Simon
Lama tak bertemu, kemarin aku telpon sahabatku, Dr. TM Luthfi Yazid, SH, teman sekelas Ganjar di UGM, yang selama masa kampanye mendampingi Paslon 03.
Bro, kenapa Ganjar kalah telak dari Prabowo dalam Pilpres? Tanyaku penasaran.
Aku tahu Luthfi kenal dekat Ganjar sejak mahasiswa. Seangkatan di Fakultas Hukum UGM dan pernah satu kos-kosan. Keduanya aktivis. Luthfi di HMI dan Ganjar di GMNI. Mereka sering terlibat diskusi, baik di kampus maupun di ormas. Luthfi sejak mahasiswa sudah menulis di koran Kedaulatan Rakyat dan Masa Kini, Yogya. Ketika Ganjar dicapreskan PDIP, Luthfi yg pernah jadi anggota Tim Pengacara Capres Prabowo tahun 2019, bergabung dengan Ganjar.
Mendengar pertanyaanku, Luthfi menjawab enteng. Emang ada Pilpres? Di mana?
Aku kaget dengan jawaban Luthfi.
Gak ada Pilpres? Lalu peristiwa apa yang bikin seluruh rakyat Indonesia gegap gempita pada tanggal 14 Februari itu? Sergahku.
” Oh itu. Itu bukan Pilpres. Peristiwa tanggal 14 Februari adalah pameran instalasi seni Drakor nasional berjudul Pemilu/Pilpres 2024. Penulis skenario dan sutradaranya Presiden Jokowi. Biaya pamerannya mahal sekali, mencapai Rp 500 T lebih.” Ujar dosen hukum tatanegara di Gakushuin University Tokyo itu.
Ho? Aku terkejut. Kok bisa begitu Bro! Tanyaku penasaran.
“Harusnya, Prabowo Gibran langsung dilantik tanggal 13 Februari. Baru ada pameran instalasi seni Drakor. Itu baru bener!” Tambah kolumnis di koran Asahi Shimbun, Jepang itu.
Wow. Luar biasa. Pekikku!
Luthfi mengakui, Jokowi seniman instalasi yang hebat. Imajinasinya luar biasa. Sampai rasa malunya hilang. Tapi orang seperti Jokowi, kalau di Jepang, pasti tidak bertahan lama. Ia akan harakiri untuk menutupi rasa malunya melakukan kejahatan konstitusi. Tapi ini Indonesia. Bukan Jepang. Rasa malu sudah lenyap ditelan oligarki. Jokowi dan oligarki itu seperti pasangan ideal malaikat Harut dan Marut. Keduanya terpental dari surga dan jatuh ke neraka. Hebatnya Harut dan Marut berambisi membangun sorga kembali di neraka. Jelas Luthfi panjang lebar.
Emang bisa membangun sorga di neraka? Sergahku sambil kepencok.
Faktanya bisa. Now, Jokowi dan oligarki sedang menikmatinya. Ucapnya.
Bro, entar kau tulis di kolom Asahi Shimbun ya? Ini opini yang bagus. Saranku. Semoga teman2 kita di Leadership for enviromental and development di AS, Kanada, Costarica, China, dan India membaca opini Anda.
Siap! Tegas Lutfi.
EDITOR: REYNA
Related Posts

Perang Dunia III di Ambang Pintu: Dr. Anton Permana Ingatkan Indonesia Belum Siap Menghadapi Guncangan Global

Dr. Anton Permana: 5 Seruan Untuk Presiden Prabowo, Saat Rakyat Mulai Resah dan Hati Mulai Luka

Menyikapi UUD 18/8/1945

Rocky Gerung: 3 Rim Karatan di Kabinet Prabowo

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Setahun Rezim Prabowo, Perbaikan atau Kerusakan Menahun?

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Dalam Semangat Sumpah Pemuda Mendukung Pemerintah dalam Hal Pemberantasan Korupsi dan Reformasi Polri

Anton Permana dan Kembalinya Dunia Multipolar: Indonesia di Persimpangan Sejarah Global

Syahadah: Menjadi Saksi Dari Cahaya Yang Tak Bernama



No Responses