Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-190)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-190)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Suatu ketika, nabi Muhammad sedang berusaha meyakinkan tokoh-tokoh Qurays, diantaranya tokoh bani Makzum, yaitu al Walid yang ketokohannya setara dengan Abu Jahl. Ketika nabi Muhammad sedang serius berbicara, tiba-tiba datang seorang buta yang berusaha untuk menemui nabi. Rasulullah merasa agak terganggu dengan kedatangannya sehingga memintanya bersabar. Namun orang buta tersebut terus mendesak nabi untuk membacakan wahyu yang baru turun. Karena perbuatan orang buta tersebut, kemudian al – Walid pergi meninggalkan nabi. Agak jengkel dengan perbuatan orang buta tersebut, kemudian nabi memalingkan mukanya dengan raut muka masam. Tanpa di duga oleh nabi Muhammad, tiba-tiba turun wahyu yaitu yang termaktub dalam Qs Abasa 1 – 12. Wahyu ini merupakan teguran kepada nabi Muhammad karena lebih menganggap penting para tokoh Qurays dibanding kedatangan orang buta yang hatinya telah terbuka yang barang kali ingin mensucikan dirinya dari dosa, dan ingin mendapatkan manfaat dari pengajaran wahyu wahyu Allah melalui nabi Muhammad. Sedang nabi Muhammad tidak akan mendapatkan cela sedikitpun jika tokoh tokoh Qurays hatinya masih tertutup terhadap kebenaran yang datang pada mereka. Tentu dengan turunnya wahyu tersebut nabi Muhammad tersadar dari kesalahannya dan langsung bertobat atas kesalahan tersebut.

Nabi Muhammad tentu sangat sedih dengan tanggapan Abu Jahl dan saudara-saudaranya. Namun kesedihan tersebut berubah menjadi kegembiraan ketika Abu Salamah, putra bibinya membawa orang yang dia adalah sepupu dari pihak ayahnya yaitu Arqam yang akan menyatakan ke – Islaman – nya. Arqam adalah orang yang dikenal kaya. Setelah mengucapkan kalimat syahadat kemudian menyerahkan rumahnya yang luas di dekat bukit Shaffa untuk digunakan sebagai tempat berdakwah nabi Muhammad. Sejak itu, rumah Arqam menjadi tempat berkumpul bagi siapa saja dari bani atau suku apa saja untuk mendengarkan wahyu Allah yang terus datang mengalir dan menjadi tempat untuk menyatakan ke – Islam – an. Keberadaan Darul Arqam menjadi sesuatu yang semakin menyulitkan kaum Qurays Makkah yang menentang Nabi Muhammad.

Kegagalan demi kegagalan yang dialami oleh para tokoh Qurays Mekkah ini, membuat dakwah nabi Muhammad menjadi meluas dan semakin banyak yang menjadi muslim. Mereka sudah tidak mampu lagi menghadapi dengan argumen apapun. Namun mereka kemudian teringat dengan kaum yahudi yang juga menyembah Allah dan tidak menyembah berhala lainnya. Di Yatsrib mereka sering melihat kaum yahudi yang berbicara tentang tauhid Allah. Para tokoh Qurays ini kemudian mengutus An – Nadhr dan Uqbah bin Abu Mu’ith untuk bertemu rabbi yahudi untuk bertanya tentang Muhammad, sifat sifatnya, dan menilai ucapan-ucapan Muhammad. Mereka perlu bertanya pada rabi yahudi karena mereka tahu bahwa kaum yahudi mengaku sebagai kaum pertama yang diberi kitab.

Ketika mereka bertemu kaum yahudi, oleh kaum yahudi justru dimanfaatkan untuk mengetahui apakah Muhammad adalah nabi terakhir yang tercantum dalam kitabnya. Kemudian mereka menyuruh agar bertanya tentang tiga hal kepada Muhammad, yaitu : pertama mengenai pemuda-pemuda yang meninggal pada periode pertama (Ashabul Kahfi) dan bagaimana kabar tentang mereka. Pertanyaan kedua adalah tentang seorang pengembara yang menjelajahi timur dan barat, seperti apa kisahnya. Pertanyaan ketiga tentang ruh, apakah ruh itu. Jika Muhammad bisa menjawab hal itu berarti ia adalah seorang nabi, dan kaum Qurays agar mengikutinya. Jika tidak bisa menjawab berarti ia adalah pembohong.

Ketika keduanya pulang ke Makkah, langsung mereka berkumpul dan sepakat menyampaikan pertanyaan tersebut kepada nabi Muhammad. Ketika pertanyaan tersebut disampaikan, nabi Muhammad berjanji esok pagi akan menjawab pertanyaan tersebut tanpa menyebut kata-kata insya Allah. Setelah itu mereka pulang.

Namun malamnya malaikat Jibril tidak datang, sehingga nabi Muhammad tidak berani menemui kaum Qurays. Malam berikutnya, Jibril juga tidak datang hingga sampai malam ke lima belas. Kaum Qurays tiap hari menunggu dan setelah lima belas hari nabi Muhammad tidak muncul mereka menduga bahwa nabi Muhammad tidak bisa menjawab sehingga mereka punya alasan menuduh Muhammad sebagai pembohong dan pendusta, bukan seorang nabi. Rasulullah sangat sedih dan gelisah, takut akan komentar orang orang Qurays dan membayangkan akibatnya pada kaum muslim. Pada puncak kegelisahannya itu, kemudian malaikat Jibril datang. Tentu nabi Muhammad bergembira dengan kedatangan Jibril namun Rasulullah berkata “ Sungguh engkau meninggalkanku wahai Jibril, hingga aku berburuk sangka kepadamu “. Malaikat Jibril kemudian menjawab bahwa dirinya tidak akan turun kecuali dengan perintah Tuhan nabi Muhammad, Allah (Qs Maryam 64). Dengan kedatangan malaikat Jibril ini kemudian turun wahyu sebagaimana Qs Al – Kahfi.

Dengan demikian, turunnya wahyu sebagaimana pada Qs Al – Kahfi adalah sekaligus menunjukkan untuk pertama kalinya nabi Muhammad bersentuhan dengan bani Israel meskipun tidak secara langsung, namun melalui pertanyaan rabbi yahudi melalui tokoh Qurays. Dalam Qs Al – kahfi terdapat jawaban untuk pertanyaan yang pertama yaitu Qs Al-Kahfi 9 – 26. Namun demikian, pada Qs Al – Kahfi 23 – 24 menunjukkan bahwa Allah juga menegur nabi Muhammad yang belum mengetahui jawabannya namun menyebut akan menjawab esok pagi tanpa menyebut insyaAllah. Untuk jawaban pertanyaan yang kedua ada pada Qs Al – Kahfi 93 – 99, yaitu tentang perjalanan Zulkarnain dan Yakjuj dan Makjuj. Sedang untuk pertanyaan ketiga, tentang ruh terdapat Qs Al – Isra’ 85, dimana diterangkan bahwa ruh adalah urusan Allah dan manusia hanya mengetahui sedikit saja.

Baca Juga:

Ketika esoknya nabi Muhammad muncul ke Ka’bah, para tokoh Qurays tersebut segera merubungnya dan ada yang mencela karena datang tidak sesuai dengan waktu yang di janjikannya. Namun ketika mereka mendengar jawaban nabi Muhammad, mereka terdiam semua, dan mereka merasa mendapatkan jawaban lebih dari yang mereka harapkan.

Dengan adanya jawaban tersebut, para tokoh Qurays semakin kehabisan akal, namun masih belum mau menerima dan mengakui Muhammad sebagai nabi dan rasul Allah. Sebagian diantara mereka mulai ada yang goyah dan mereka terngiang oleh pesan orang yahudi bahwa jika Muhammad dapat menjawab pertanyaan tersebut agar mereka mengikutinya, karena hal itu menunjukkan bahwa Muhammad memang seorang nabi. Sedang yang belum bisa menerima mulai memikirkan cara lain untuk menghentikan dakwa nabi Muhammad.

Foto koleksi pribadi. Berfoto di gua Kahfi di desa Rajib, kota Abu Alnda, Yordania.

Sedang nabi Muhammad semakin leluasa untuk berdakwah, bahkan ada kaum muslim yang mulai berani membaca ayat-ayat al – Qur’an di depan umum. Ibnu Ishaq mengkisahkan, orang yang pertama kali membacakan Al – Qur’an di depan kaum Qurays adalah Abdullah bin Mas’ud yang membacakan Qs Ar Rahman. Orang orang Qurays tersebut kemudian ada yang memukulinya, dan Abdullah bin Mas’ud tidak beranjak dari tempatnya dengan terus membaca Qs Ar – Rahman. Setelah selesai membaca kemudian pergi. Peristiwa tersebut menunjukkan selain dakwah nabi Muhammad, para pengikutnya juga mulai ikut berdakwah sehingga dakwah semakin luas. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa setiap nabi Muhammad selesai menerima wahyu kemudian disampaikan pada kaum muslim, dan diantara kaum muslim tersebut ada yang mampu menghafalkan dan yang bisa menulis kemudian menuliskannya sehingga lembaran wahyu tersebut bisa digunakan untuk berdakwah.

11. Kekerasan oleh kaum Qurays.

Karena kaum Qurays Makkah tidak mampu menghadapi dakwah yang menyampaikan wahyu-wahyu Allah kepada nabi Muhammad yang semakin hari semakin banyak dan terus mengalir, mereka mulai dengan cara kekerasan yang hal itu menunjukkan bahwa telah terjadi kebuntuan pikiran sehingga tidak mampu memproduksi argument untuk membantah kebenaran wahyu. Sasaran kekerasan adalah orang-orang beriman yang tidak mempunyai perlindungan dari kepala kabilah atau kepala bani atau kepala suku. Cara ini merupakan cobaan yang berat bagi kaum muslim yang mengalami maupun bagi nabi Muhammad.

Kekerasan yang dilakukan oleh kaum Qurays Makkah tidak bisa disebut mereka telah melakukan perang dengan kaum muslim, karena hukum saat itu yang berlaku adalah tidak ada perlindungan keamanan bagi orang yang tidak mempunyai perlidungan dari keluarga, bani, kabilah atau suku. Sedang komunitas muslim tidak bisa disebut dalam kategori keluarga, bani, kabilah atau suku. Disisi lain, penduduk Makkah menghadapi fenomena baru dengan munculnya komunitas muslim yang keberadaannya menembus batas batas hukum kekerabatan keluarga besar yang berlaku. Kaum muslim adalah komunitas yang disebut Ummah yang berpotensi menyatukan suku-suku yang ada di Makkah, sekaligus memunculkan potensi kepemimpinan Ummah, dan hal itu merupakan ancaman langsung terhadap tokoh tokoh Makkah.

(bersambung ………………….)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K