Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-191)

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Salah satu yang mendapatkan perlakukan kekerasan adalah Bilal bin Rabah yang statusnya adalah budak Umayyah bin Khalaf bin Wahb bin Hudzafah bin Jumah. Ibnu Ishaq berkisah, suatu hari, pada saat matahari sedang pada puncak panas teriknya, Umayyah membawa Bilal ke padang berbatu dan berpasir. Bilal lalu di telentangkan di batu, kemudian tubuhnya di tindih batu yang sangat berat sehingga badanya tidak mampu digerakkan.

Umayyah kemudian berkata : “Demi Allah, engkau akan berada dalam kondisi seperti ini hingga engkau mati atau engkau kafir kepada Muhammad dan menyembah Al – Lata dan Al – Uzza “. Menghadapi siksaan itu, Bilal hanya berkata Ahad, Ahad.

Bilal adalah budak yang telah beriman. Budak adalah status yang terendah dalam system kependudukan saat itu, karena tidak mempunyai hak apapun, bahkan jika majikannya membunuhnya juga tidak ada yang menyalahkan majikannya. Dengan statusnya tersebut maka bisa diketahui betapa kuatnya imannya Bilal. Umayyah ingin menjadikan Bilal sebagai contoh untuk orang orang yang tidak mempunyai perlindungan agar mereka tidak menjadi pengikut nabi Muhammad.

Ketika Waraqah bin Naufal lewat di tempat itu, kemudian mendekati Bilal, dan berkata kepada Bilal “ Demi Allah, Ahad dan Ahad, wahai Bilal“. Setelah itu, Waraqah kemudian mendekati orang orang dari bani Jumah yang menyiksa Bilal dan berkata : “Allah, jika kalian menghabisi Bilal dalam kondisi seperti ini, pasti aku akan memberkati tempat kematiannya”.

Waraqah hanya dapat berupaya menguatkan jiwa Bilal, namun tidak mampu berbuat apapun Beberapa saat kemudian nampak Abu Bakar berjalan melintas ditempat tersebut karena rumah Abu Bakar juga berdekatan dengan rumah orang orang bani Jumah tersebut. Kemudian didekatinya orang orang bani Jumah.

Abu Bakar kemudian bertanya kepada Umayyah bin Khalaf : “Mengapa engkau tidak takut kepada Allah dari menyiksa orang miskin ini ? Hingga kapan engkau akan menyiksanya ? Lalu Umayyah bin Khalaf menjawab : “Engkaulah yang merusak pikiran orang ini. Oleh karena itu, selamatkan dia jika engkau suka “. Abu Bakar kemudian menjawab: “Boleh ! aku mempunyai budak hitam yang lebih kuat dan kekar dari pada dia, dan lebih fanatik berpegang dengan agamamu. Bagaimana kalau kita barter saja “. Umayyah bin Khalaf setuju dengan tawaran Abu Bakar dan kemudian dilakukan barter tukar menukar budak.

Tokopedia.com Lukisan tentang Bilal disiksa oleh Umayyah bin Khalaf dan orang orang dari bani Jumah.

Sebelumnya, Abu Bakar juga memerdekakan enam orang budak, sedang Bilal adalah budak ke tujuh. Keenam budak tersebut adalah Amir bin Fuhairah, Ummu Ubais, Zinnirah yang menjadi buta matanya karena penyiksaan yang diterimanya dan ketika sudah merdeka Allah sembuhkan matanya, An Nahdiyyah dan putrinya. Yang keenam adalah budak perempuan Umar bin Khattab yang saat itu Umar bin Khattab belum menjadi muslim dan menyiksa budaknya tersebut. Karena Abu Bakar banyak memerdekakan budak yang lemah tersebut, kemudian turun wahyu sebagaimana Qs al – Lail 5 – 21.

Masih banyak orang orang yang lemah yang disiksa oleh kaum Qurays. Diantaranya ada yang sampai meninggal. Ibnu Ishaq berkisah, nabi Muhammad pernah melihat Ammar bin Yasir, ayah dan ibunya yaitu Sumayyah yang di siksa. Nabi Muhamma kemudian berkata : “Sabarlah, wahai keluarga Yasir, karena sesunguhhnya tempat kembali kalian adalah surga “. Yang meninggal adalah Sumayyah dalam keadaan mempertahankan keimanan Islamnya.

Baca Juga:

• Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-189)
• Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-190)

Namun ada juga yang diselamatkan melalui ancaman. Orang orang bani Makzum akan menyiksa Ubais saudara Hisyam bin al-Walid. Kemudian Hisyam bin al-Walid berkata pada orang orang bani makzum yang menguasai Ubais : “ janganlah kau sekali kali habisi Ubais saudaraku. Jika kalian lakukan, maka kita mempunyai permusuhan abadi. Berhati hatilah kalian kepadanya. Aku bersumpah dengan nama Allah, jika kalian membunuhnya, aku akan menghabisi orang yang paling dihormati diantara kalian “.

Dengan demikian, bayak kaum muslim yang disiksa karena statusnya yang dikuasai oleh orang lain, dan tidak bisa dimerdekakan. Cobaan yang sangat berat bagi keimanan orang yang lemah.

12. Menghindari Kekerasan Kaum Qurays.

Ketika Nabi Muhammad melihat kesulitan atas kekerasan yang mendera para sahabat dan kaum muslim awal yang posisinya lemah dalam hukum kesukuan di Makkah, kemudian mengusulkan untuk hijrah kepada para sahabatnya tersebut. Ibnu Ishaq mengkisahkan, nabi Muhammad bersabda : “Bagaimana kalu kalian berhijrah ke negeri Habasyah, karena rajanya mengharamkan siapapun didzalimi di dalamnya, dan negeri tersebut adalah negeri yang aman hingga Allah memberi solusi bagi kalian “.

Ibnu Ishaq dan Ibnu Hisyam mengkisahkan bahwa para sahabat menyambut dengan senang hati dan sangat percaya atas saran nabi Muhammad tersebut. Gelombang pertama yang berangkat ke Habasyah atau juga disebut Abysinia, adalah rombongan yang dipimpin oleh Utsman bin Madz’un, yaitu :

Utsman bin Affan bin Abu Al Ash bin Ummayyah beserta istrinya yaitu Ruqayyah binti Muhammad Rasulullah SAW, Abu Hudzaifah bin Utbah bin Rabi’ah bin Abdu Syam beserta istrinya yang bernama Sahlah binti Suhail bin Amr dari bani Amir bin Luay, Az Zubayr bin Awwam bin Khuwailid bin Asad dari Bani Asad bin Abdul Uzza bin Qushay, Mush’ab bin Umair bin Hasyim bin Abdu Manaf bin Abduddar dari bani Abduddar bin Qushay Abdurrahman bin Auf bin Abdu Manaf bin Abd bin Al Harits bin Zuhrah dari bani Zuhrah bin  Kilab.

Abu Salamah bin Abd Usd bin Hilal bin Abdullah bin Umar bin Makzum dari bani Makzum bin Yaqadzah bin Murah yang pergi bersama istrinya yaitu Ummu Salamah binti Abu Umayyah bin Al Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum. Utsman bin Madz’un bin Habib bin Wahab bin Hudzaifah bin Jumah dari bani Jumah bin Amr bin Hushaish bin Ka’ab Amir bin Rabi’ah dari bani Adi bin Ka’ab bersama istrinya yaitu Laila binti Abu Hatsmah bin Hudzaifah bin Ghanim bin Abdullah bin Auf bin Ubayd bin Uwaij bin Adi bin Ka’ab.

Abu Sabrah bin Abu Ruhm bin Abdul Uzza bin Abu Qais, bin Abdu Wudd bin Nasr bin Malik bin Hisl bin Amir dari bani bani Amir bin Luay. Suhail bin Baidha’ bin Rabi’ah bin Hilal bin Uhaib bin Dhabbah bin Al Harits dari bani Al Harits bin Fihr.

Setelah rombongan rombongan tersebut, kemudian menyusul pergi adalah Ja’far bin Abu Thalib dengan rombongannya, yaitu: Ja’far bin Abu Thalib pergi bersama istrinya yaitu Asma’ binti Umais bin An Nu’man bin ka’ab bin Malik bin Quhafah bin Khast’am. Amir bin Sa’ad bin Al Ash bin bin Umayyah Bersama istrinya yaitu Fatimah binti Shafwan bin Umayyah bin Muharrits bin Syiqq bin Raqabah bin Mukhdi Al Kinani.

Khalid bin Sa’id bin Al Ash bin Umayyah beserta istrinya yaitu Umainah binti Khalaf bin As’ad bin Amir bin Bayadzah bin Yatsi’ bin Ja’tsamah bin Sa’ad bin Mulaih bin Amr dari Khuza’ah. Abdullah bin Jahsy bin Ri’ab bin Ya’mar bin Shabrah bin Murah bin Khabir bin Ghanm bin Dudan bin Asad dari bani asad bin Khuzaimah. Dan masih banyak lagi. Rombongan Ja’far bin Abu Thalib adalah rombongan yang jauh lebih besar dari rombongan Utsman bin Madz’un.

(bersambung ……………..)

EDITOR: REYNA

Related Posts