Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-211)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-211)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

kompas.com masjid Quba’ di Madinah, saat ini.

Kaum muslim kemudian terus mengikuti langkah Qashwa. Unta adalah binatang yang istimewa, sehingga Al – Qur’an menyebutnya secara khusus sebagaimana pada Qs alGhasyiyah 17. Akhirnya Qashwa berhenti di tanah dua anak yatim yang diasuh Mu’adz bin Afra’ dari bani Malik bin An-Najr. Nabi Muhammad kemudian turun meletakkan tali kekangnya. Qashwa sempat berdiri sebentar berjalan lagi sedikit namun kembali ketempatnya berhenti semula dan tidak mau berjalan lagi.

Ibnu Ishaq mengkisahkan, Qashwa berhenti di perkampungan bani Malik, cabang dari bani An-Najar suku Kahzraj. Setelah Qashwa tidak bergerak lagi, kemudian seseorang di perkampungan itu, yang rumahnya tidak jauh dari tempat Qashwa berhenti, yaitu Abu Ayyub Khalid bin Zaid menurunkan barang-barang nabi Muhammad dan membawa ke rumahnya. Untuk sementara, nabi Muhammad menginap di rumah Abu Ayyub Khalid bin Zaid. Ketika nabi sudah dirumah tersebut kemudian bertanya tentang pemilik tanah di tempat qashwa berhenti yang juga dekat tempat pengeringan kurma.

kalam.sindonews.com ilustrasi tentang unta nabi Muhammad, Qashwa yang dimana dia berhenti, ditempat tersebut nabi akan bertempat tinggal di Yatsrib.

Abu Ayyub menjawab bahwa tempat pengeringan kurma dan tanah di tempat itu adalah milik dua anak yatim yang bernama Suhl dan Suhail bin Amr, yang dalam pengasuhan keluarganya yaitu Mu’adz bin Afra’. Tak lama kemudian datang Mu’adz yang berjanji akan meminta kerelaan Suhl dan Suhail bin Amr memberikan tanah dan tempat pengeringan kurma tersebut untuk nabi Muhammad. Namun nabi menolaknya dan akan membeli tanah dan tempat pengeringan kurma tersebut.

Ibnu Ishaq berkisah dari perkataan Abu Ayyub yang dirumahnya nabi Muhammad menginap. Abu Ayyub merasa tidak enak kepada nabi Muhammad karena dirinya tinggal di lantai atas bersama istrinya sedang nabi Muhammad ada di lantai bawah sehingga meminta nabi Muhammad agar tidur di lantai atas. Tetapi Nabi Muhammad menolaknya, dan tetap memilih tidur di lantai bawah.

Setelah di Yatsrib beberapa saat, Nabi Muhammad teringat pada Ayyasi bin Abu Rabiah yang sebelumnya telah hijrah namun kemudian didatangi dan ditipu oleh Abu Jahl bin Hisyam dan Al-Harits bin Hisyam yang mengatakan bahwa ibunya tidak akan menyisir rambutnya dan tidak akan berteduh dari sinar matahari sampai melihat Ayyasi pulang. Hal itu membuat Ayyasi kemudian pulang dan akhirnya di siksa di Makkah. Selain itu, sesuai informasi dari Umar bin Khattab bahwa dirinya telah berkirim surat pada Hisyam bin al-Asha yang isi suratnya adalah wahyu sebagaimana Qs az-Zumar 53-55. Karena suratnya tersebut kemudian Hisyam bin al-Ash berangkat hijrah, namun kemudian dapat ditangkap kaum Qurays dan disiksa. Atas dua hal tersebut kemudian nabi Muhammad bersabda : “ Siapa yang bisa membebaskan Ayyasi bin Abu Rabi’ah dan Hisyam bin al-Ash untukku ?”.

Baca Juga:

Al-Walid bin al-Walid bin Mughirah kemudian menjawab : “Aku”. Al-Walid berangkat sendirian ke Makkah secara sembunyi-sembunyi. Ketika sampai di Makkah dia akhirnya mengetahui dua orang tersebut disiksa dalam halaman sebuah rumah yang tertutup rapat. Pada suatu malam, ketika penjagaan atas dua orang tersebut lengah, mungkin kaum Qurays juga berfikir tidak ada orang muslim yang datang untuk membebaskan dua orang tersebut, Al-Walid dapat memanjat tembok rumah tersebut dan membebaskan kedua orang tersebut. Malam itu pula, dua orang yang telah dalam keadaan lemah tersebut dinaikkan ke punggung untanya, dan segera dibawanya ke Yatsrib.

23. Membangun masjid

Ibnu Ishaq berkisah, setelah tanah dan tempat pengeringan kurma di beli Rasulullah SAW, kemudian kaum muslim baik dari kaum Muhajirin dan Anshar bergotong royong membuat masjid dan rumah nabi Muhammad ditempat tersebut. Mereka bekerja dengan sungguh-sungguh dan bekerja keras. Nabi Muhammad juga ikut turun langsung dalam pembangunannya. Beberapa pohon kurma di tanah tersebut ditebang, batangnya dibuat pilar. Ada batu-batu yang cukup berat untuk dibuat pondasi, dindingnya di buat dari tanah liat yang dibentuk dan dikeringkan hingga cukup keras. Tentang batu tersebut, Ibni Ishaq berkisah tentang Amr bin Yasir yang berkata : “ Wahai Rasulullah, mereka sepertinya ingin membunuhku “. Amr berkata seperti itu karena punggungnya dibebani dengan batu yang lumayan berat. Rasul kemudian menjawab : “ Berhati hatilah, sebab yang membunuhmu itu bukan mereka, tapi yang membunuhmu adalah kelompok pemberontak”.

Atap masjid dan bilik rumah nabi Muhammad terbuat dari pelepah kurma. Lantainya terbuat dari tanah yang diratakan. Jika siang hari, nampak matahari bergerak dari bayangan pelepah kurma di tanah. Di tengah-tengah masjid terdapat halaman yang cukup luas. Sedang bilik -bilik rumah nabi Muhammad menempel di dinding masjid.

Gotong royong kaum Muhajirin dan Anshar dapat dilihat dari dendang syair pendek yang terus diulang ulang, yaitu : Kehidupan itu hanya satu, yaitu akhirat Ya Allah, sayangilah kaum anshar dan kaum muhajirin.

Syair ini didendangkan terus-menerus kadang dengan refrain yang menunjukkan kekompakan dua kaum yang bersatu. Ketika kaum Muhajirin mendendangkan sayangilah kaum Anshar kemudian di sahuti oleh kaum Anshar dengan kata-kata sayangilah kaum Muhajirin. Pembangunan masjid tersebut dimulai pada bulan Rabbiul Awwal dan selesai bulan Safar, yang dengan demikian pembangunannya membutuhkan waktu sekitar satu tahun. Setelah itu nabi Muhammad pindah dari rumah Ayyub ke biliknya. Ibnu Ishaq berkisah, ketika masjid selesai, penduduk di perkampungan kaum anshar telah masuk Islam semua kecuali perkampungan Khatman, Waqif dan Umayyah. Dengan demikian, penduduk muslim merupakan mayoritas penduduk di Yatsrib.

Beberapa saat setelah masjid yang kemudian dikenal dengan nama Masjid Nabawi dibangun, ada seorang sahabat yaitu Abdullah bin Zaid bin Tsa’labah bin Abdu Rabbihi saudara bani AlHarits bin Al-Khazraj bermimpi tentang orang yang membawa lonceng, yang lonceng itu kemudian dimintanya untuk digunakan memanggil orang shalat. Namun orang tersebut memberi tahu tentang yang lebih baik dari lonceng untuk memanggil orang shalat. Orang tersebut kemudian mengajarkan kalimat adzan. Abdullah bin Zaid kemudian melaporkan hal itu kepada nabi Muhammad yang membenarkan mimpinya dan kemudian meminta hal itu diajarkan kepada Bilal, karena Bilal suaranya lebih keras.

(bersambung ……………..)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K