Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Jubair bin Al-Muth’im mempunyai budak hitam berasal dari Habasyah bernama Wahsyi yang juga dikenal dengan nama Abu Dasamah, dipersiapkan secara khusus sebagai pelempar lembing untuk membunuh Hamzah dari jarak jauh. Jubair mempunyai dendam membara terhadap Hamzah. Jika Wahsyi berhasil dalam tugasnya, dia dijanjikan menjadi orang yang merdeka. Hindun yang mempunyai dendam yang sama terhadap Hamzah, juga menjanjikan hadiah bagi Wahsyi.
Di Madinah, pada suatu malam Rasulullah bermimpi kemudian esok harinya menceritakan mimpinya kepada para sahabat, yaitu : “ Demi Allah, aku melihat dalam mimpiku sesuatu yang baik. Aku lihat sapi disembelih, salah satu sisi pedangku retak, dan aku lihat diriku memasukkan tanganku ke dalam baju besiku dan aku menafsirkannya bahwa itu adalah Madinah “. Setelah itu, Rasulullah kemudian meminta para sahabat agar berkumpul untuk berunding bagaimana menghadapi pasukan Qurays yang berjumlah 3000 orang tersebut. Setelah banyak sahabat berkumpul, Nabi Muhammad memulai pembicaraan dengan mengusulkan untuk menghadapi serbuan kaum Qurayas di lakukan di kota Madinah. Namun banyak sahabat, terutama yang tidak berkesempatan ikut dalam perang Badr bersikeras mengajak Rasulullah SAW perang di luar kota agak jauh dari Madinah.
Melihat perdebatan tersebut, tokoh munafiq, Ubay bin Salul memanfaatkan keadaan dengan mengambil hati dengan menyetujui pendapat Rasulullah SAW. Dia berharap akan muncul perbedaan yang semakin meruncing antara Rasulullah SAW dengan para sahabatnya, sehingga akan menurunkan kewibawaan nabi Muhammad terhadap para sahabat. Namun dugaan Ubay bin Salul meleset, karena banyak sahabat bersikeras menghadapi kaum Qurays di luar kota, sedang nabi Muhammad tidak memaksakan pendapatnya dan kemudian masuk ke dalam rumah.
Ketika keluar rumah nabi Muhammad telah memakai baju besinya. Pada hari itu, hari Jum’at ada seorang Anshar yang meninggal yaitu Malik bin Amr dari bani An-Najjr. Dengan tetap memakai baju besinya, nabi Muhammad menshalatkan jenazahnya. Saat itu, para sahabat mulai sadar bahwa mereka telah memaksakan pendapat mereka pada Rasulullah SAW. Ketika usai menshalatkan jenazah, nabi Muhammad kemudian menemui para sahabatnya lagi. Para sahabat menyesal dan mengakui kesalahannya karena memaksakan kehendaknya pada Rasulullah. Namun nabi Muhammad menjawab: “Jika seorang nabi telah memakai baju besi, tidak patut baginya mencopotnya kembali, hingga ia berperang”.
Kemudian nabi Muhammad mulai mepersiapkan pasukan muslim. Saat itu telah terkumpul seribu orang. Nabi Muhammad, sebagaimana nabi Dawud, selain sebagai rasul juga sebagai panglima perang, ikut berperang menghadapi musuhnya yang menyerang kaumnya. Seorang rasul yang mempunyai karakter yang diinginkan kaum Yahudi, bukan hanya membawa risalah, namun juga menjadi panglima perang yang akan menjadi penolong kaumnya serta menjadi pemimpin negara dan pemimpin pemerintahan.
Sebelum sampai ke medan perang, nabi Muhammad masih mempuyai waktu untuk menanti kedatangan musuhnya. Waktu tersebut digunakan untuk membangun benteng di pemukiman-pemukiman penduduk yang ada diluar kota Madinah dan memasukkan hewan ternaknya ke dalam benteng pemukiman.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-224)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-225)
Nabi Muhammad juga mengirim pengawas untuk melihat kedatangan pasukan kaum Qurays, jumlah pasukan, posisi pasukan, perkiraan jumlah kuda dan unta perang, unta beban. Dari laporan pengawas menunjukkan orang-orang Qurays berhenti di dua mata air di lembah Sabkhah dekat saluran air di atas tepian lembah yang menghadap Madinah.
Ketika sudah diketahui posisi kaum Qurays, kemudian digerakkannya pasukan muslim ke bukit Uhud. Ketika kaum muslim telah sampai di Asy-Syauth, yaitu kawasan diantara Madinah dan Uhud, Ubay bin Salul beserta sepertiga pasukan memisahkan diri dari pasukan Rasulullah. Undur dengan alasan Rasul lebih menuruti keinginan sahabatnya yang ingin perang di luar kota Madinah dan tidak mau berperang di Madinah. Ubay bin Salul bersama kaum munafiq lainnya keluar dari pasukan dan pulang ke Madinah. Ketika Abdullah bin Amr bin Haram mempertanyakan keluarnya mereka dari barisan, mereka menjawab bahwa mereka yakin perang tidak akan terjadi.
Karena jumlah pasukan berkurang sepertiga kekuatan, para sahabat bertanya kepada Rasulullah, mengapa kaum Yahudi tidak diajak untuk melaksankan kewajibannya mempertahankan kota Madinah. Nabi Muhammad menjawab bahwa kaum muslim tidak membutuhkan mereka.
Nabi Muhammad membiarkan kaum munafiq keluar dari barisan dan tidak mengajak kaum Yahudi, justru untuk menyelamatkan kaum muslim karena mereka bisa saja berkhianat ketika perang sedang berkecamuk yang dapat membahayakan pasukan muslim. Dengan kepulangan mereka, maka tidak ada musuh dalam selimut dalam pasukan muslim.
Nabi menyadari kekuatan mereka hanya sekitar tujuh ratus orang, tidak sampai sepertiga kekuatan pasukan kaum Qurays. Oleh karena itu, nabi Muhammad sangat memperhatikan posisi ketika berperang, dimana posisi kaum muslim harus berada di tempat yang dapat membantu kaum muslim dan mempersulit kaum Qurays menyerang. Oleh karena itu, nabi Muhammad bertanya kepada sahabat, siapa yang dapat menunjukkan jalan lain untuk mendekati musuh di kawasan Uhud namun tidak bisa dilalui oleh pasukan kaum Qurays.
Abu Khaitsamah dari bani Haritsah kemudian menunjukkan jalan dan tempat yang dimaksudkan oleh Rasulullah SAW. Akhirnya pasukan muslim berhenti di hadapan sebuah lembah atau ngarai yang cukup dalam dan sempit dekat dengan gunung Uhud. Pasukan Qurays harus melewati lembah ngarai tersebut untuk menjangkau keberadaan pasukan
muslim.
Nabi Muhammad juga menyiapkan lima puluh pemanah yang dipimpin oleh Abdullah bin Jubair. Dia harus berpakaian putih untuk memimpin pasukan pemanah. Tugas mereka adalah menghalau pasukan berkuda kaum Qurays dan memanah bagian belakang pasukan Qurays, dan pasukan pemanah tidak boleh pergi dari posisinya apapun yang terjadi dalam peperangan.
Panji perang diserahkan pada Mush’ab bin Umair dari bani Abduddar. Pedang nabi Muhammad di pegang Abu Dujanah yang terkenal berani dan angkuh terhadap lawannya. Diikatnya kepalanya dengan kain berwarna merah pertanda bahwa dirinya tidak mundur dari medan perang dan siap mati.
Tanggal 23 Maret 625 M atau 7 syawal 3 H, perang Uhud segera dimulai. Dari kaum Qurays, yang memegang panji perang juga orang dari bani Abduddar. Panji perang dan sudah digerakkan sebagai tanda maju perang. Pasukan Qurays berjumlah tiga ribu orang dengan keyakinan akan menang mulai bergerak. Dua ratus orang pasukan berkuda, di sayap kanan dipimpin Khalid bin Walid, sedang pasukan berkuda di sayap kiri di pimpin Ikrimah bin Abu Jahl. Di tengah tengah pasukan kaum Qurays berjubel pasukan onta dan pasukan daratnya.
(bersambung ………………..)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
No Responses