Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-235)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-235)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Dalam proses penggalian parit tersebut, banyak peristiwa yang dapat menjadi pelajaran atau ibrah berasal dari mukjizat dari nabi Muhammad yang langsung dapat disaksikan kaum muslim. Ibnu Ishaq berkisah, ketika penggalian terbentur oleh batu besar yang tidak dapat dibelah menjadi kecil kecil agar dapat diangkat keatas, penggalinya kemudian melaporkan hal itu kepada nabi Muhammad. Nabi kemudian meminta air, diludahinya air tersebut kemudian nabi Muhammad berdo’a meminta pertolongan kepada Allah, setelah itu air tersebut disiramkan pada batu tersebut. Batu tersebut kemudian hancur lebur. Kaum muslim menyaksikan hal tersebut sehingga membuat mereka semakin bersemangat dalam menggali parit.

edugoedu.com ilustrasi penggalian parit di Madinah untuk menghadapiserangan kaum qurays dan sekutunya.

Ketika Salman al-Farisi sedang menggali di dekat nabi Muhammad, terdapat batu yang juga sangat keras yang tidak dapat dibelahnya. Nabi Muhammad kemudian menghampiri Salman al-Farisi dan akan memecah batu tersebut. Ketika nabi Muhammad menghantam batu tersebut, langsung keluar cahaya dari benturannya. Tiga kali nabi Muhammad menghantamnya dan tiga kali pula keluar cahaya dari benturan hantaman tersebut. Salman al-Farisi kemudian bertanya kepada nabi Muhammad : “ Wahai Rasulullah, cahaya apakah yang aku lihat, ketika engkau menghantam batu tersebut ?“. Nabi Muhammad kemudian balik bertanya : “ Wahai Salman, apakah engkau melihatnya ?”. Salman menjawa : “ Ya tentu saja “. Nabi Muhammad kemudian berkata: “Adapun cahaya pertama, itu adalah tanda bahwa Allah akan menaklukkan Yaman untukku. Sedangkan cahaya kedua adalah tanda aku akan menaklukkan Syam dan negeri negri barat (magribi), sedang cahaya ketiga adalah tanda aku akan menaklukkan negeri negeri timur “. Setelah itu, batu tersebut pecah sehingga dapat diangkat dan penggalian parit dilanjutkan.

Akhirnya pekerjaan pembuatan parit sudah selesai, membutuhkan waktu cukup lama dalam pembuatannya. Pekerjaan terakhir adalah membakar rumput dan semak dalam area yang luas, serta memotong motong pohon pohon yang telah ditebang sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh musuh termasuk membatasi makanan binatang ternak, unta dan kuda. Penduduk di luar parit dan harta bendanya juga sudah masuk semua ke dalam kota Madinah. Kaum muslim masih ada waktu untuk istirahat sambil menunggu kedatagan musuh dalam jumlah besar. Parit tersebut akan menjadi hambatan yang berat bagi kaum qurays dan sekutunya untuk bisa menerobos masuk ke kota Madinah.

Sekitar pekan terakhir bulan Desember 626 M, waktu baru dimulainya musim dingin, dari kejauhan nampak pasukan dalam jumlah yang cukup besar mendatangi Madinah. Pasukan sekutu Qurays tidak datang melalui jalan dari Quba’ karena jalan dari Quba’ di penuhi oleh pemukiman bani Aws bin Malik dan setelah itu harus melewati pemukiman bani Awf. Jalur jalan tersebut tidak menguntungkan pasukan mereka. Mereka harus berputar melewati lembah gunung Aqiq kemudian menuju pegunungan Uhud. Pasukan Muslim sudah memperkirakan hal itu sehingga telah membuat parit pertahanan dari lembah Aqiq sampai lembah Kanat di bawah pegunungan Uhud.

Pasukan sekutu Qurays kemudian membuka perkemahan di tempat yang agak jauh dari pintu masuk kota Madinah yaitu di Dumah. Pasukan muslim juga menunjukkan posisinya yang terbuka dalam menunggu kedatangan pasukan sekutu kaum Qurays sehingga dapat dilihat oleh pasukan sekutu Qurays.

Baca Juga:

Ibnu Ishaq mengkisahkan, pasukan sekutu Qurays Makkah berjumlah sekitar sepuluh ribu orang. Sekutu qurays terdiri dari orang-orang non arab (Ahabisy), bani Kinanah, bani Tihamah, orang-orang Ghatafan bersama sama orang dari Najd yang berkemah di Dzanab Naqma di samping gunung Uhud. Sedang nabi Muhammad dan kaum muslim berjumlah sekitar sekitar tiga ribu orang bermarkas dan berkemah di parit dekat gunung Sil’un. Sebelum berangkat perang, nabi Muhammad mengangkat untuk sementara imam shalat di masjid yaitu Ibnu Ummi Maktum. Perkemahan kaum muslim berada di tempat terbuka sehingga apabila pasukan yang melihat dari kejauhan akan berpikir bahwa kaum muslim mengajak perang secara terbuka. Penglihatan dari kejauhan itu menggembirakan pasukan berkuda kaum Qurays yang dipimpin oleh Khalid bin Walid dan Ikrimah bin Abu Jahl.

m.kumparan.com foto pinterest, replica proses pembuatan parit dalam perang khandaq.

Ketika pasukan Qurays memeriksa tempat untuk memberikan makan binatang binatangnya, mereka terkejut karena rumput telah habis dipangkas dan sisanya dibakar. Kesulitan pertama yang membuat mereka memutar otak menentukan berapa lama mereka harus berkemah di tempat tersebut. Ketika pasukan berkuda yang dipimpin Khalid dan Ikrimah memeriksa medan perang, mereka kaget ketika melihat pohon pohon telah dipangkas dan terdapat parit lebar dan dalam. Mereka terkejut ketika tiba-tiba mendapat serangan panah yang cukup banyak sehingga mereka harus menjauh dari parit. Mereka kemudian menelusuri parit yang ternyata sangat panjang dan tidak ada jalan tembus untuk masuk ke Madinah.

Sedang orang-orang Ghatafan dan sekutunya, ditempatnya berkemah cukup banyak pohon Tamarisk, namun tidak bisa dimakan oleh kuda kuda mereka. Mereka harus menghitung persediaan makanan kering bawaan untuk binatang binatang mereka, sedang musim dingin mulai datang. Mereka harus memutar otak lagi untuk bisa menerobos ke Madinah. Akhirnya mereka harus secepatnya menyerang dengan mengandalkan pasukan panah, sedang sebagian besar pasukan harus mencari pohon untuk dibuat tangga. Suatu pekerjaan yang tidak mereka duga sebelumnya.

(bersambung ……………)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K