Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-249)

Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-249)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

43. Perang Khaybar.

Ibnu Hisyam berkisah, pada suatu hari setelah perjanjian Hudaibiyah, Rasulullah mengutus beberapa sahabatnya untuk membawakan suratnya kepada para raja yang isi surat tersebut meminta agar wilayahnya terbuka untuk seruan atau ajakan masuk Islam. Dihyah bin Khalifah al-Kalbi diutus menyampaikan surat kepada Kaisar Bizantium. Abdullah bin Hudzaifah as-Sahmi mengantarkan surat pada raja Persia, Khisra. Amr bin Umayyah adh Dhamri kepada raja Najasyi, Hathib bin Abu Balta’ah kepada al-Muqawqis (gubernur bizantium) di Alexandria, Amr bin al-Ash as-Shahmi kepada Jaifar dan Iyadh yang keduanya adalah anak al-Jundula raja Amman, salith bin Amr membawa surat untuk Tsumamah bin Utsal dan Haudzah bin Ali yang keduanya dari bani Hanifah raja Yamamah, Al-‘Alla bin Al-Hadrami membawa surat kepada Al-Mundzir bin Sawa al-Abdi raja al-Bahrain, Syuja’ bin Wahb al-Asadi kepada al-Harits bin Abu Syamr Al-Ghassani raja bani Ghassan di perbatasan Syam.

Surat nabi Muhammad kepada Heraclius adalah mengajak untuk masuk Islam, dan jika menolak (dakwah) Islam maka Heraclius akan menanggung dosa seluruh orang Arisy (Kristen Arian). Surat tersebut menunjukkan paling tidak kaum Kristen di Syiria, Yerusalem hingga ke Mesir, saat itu mayoritas bermadzab Arian. Sedang kepada raja Persia, suratnya lebih ditekankan pada mengajak untuk masuk Islam. Sedang pada muqawqis (gubernur Bizantium) Mesir, suratnya mengajak masuk Islam.

Ibnu Katsir mengutip Ibnu Sa’ad, yang kemudian dikutip oleh al Hamid al Husaini dalam bukunya yaitu Riwayat Kehidupan Nabi Besar Muhammad SAW, mengkisahkan, Muqawqis Mesir menanggapi surat dari nabi Muhammad dengan mengirim banyak hadiah cukup besar mulai dari emas, baju, bagal dan keledai dan dua orang wanita yaitu Mariyah dan Sirin. Mariyah kemudian dinikah oleh nabi Muhammad, dan dari Mariyah nabi Muhammad memperoleh anak laki-laki yang diberi nama Ibrahim. Namun Ibrahim bin Muhammad hanya berumur sekitar dua tahun.

Selain pengiriman utusan yang membawa surat ke wilayah di luar jazirah Arabiya, nabi Muhammad juga mulai memperhatikan wilayah Khaybar yang posisinya di utara paling dekat dengan Madinah. Dalam perang Khandaq, Yahudi bani Nadhir mempunyai peran penting untuk menggerakkan dan membiayai perang yang melibatkan persekutuan antara kaum Qurays, suku Ghatafan dan suku-suku di Najd sehingga dapat mengumpulkan pasukan perang dalam jumlah yang besar untuk ukuran kaum muslim Madinah. Demikian pula, bani Nadhir mampu menunjukkan kekayaan yang besar untuk dapat menebus para wanita dan anak-anak kaum yahudi Quraidzah. Basis kaum Yahudi bani Nadhir dan lainnya adalah kota Khaybar dan akan selalu menjadi ancaman bagi kaum muslim Madinah.

Kota Khaybar telah menunjukkan permusuhannya dengan Madinah, yang dengan demikian kedua kota ini dapat disebut dalam status perang. Beberapa bulan setelah perjanjian Hudaibiyah, masih pada tahun 628 M, Nabi Muhammad dengan beberapa sahabatnya kemudian membuat rencana menyerang kota Khaybar. Namun rencana ini bocor dan diketahui oleh kaum munafiq sehingga dengan cepat berita tersebut sampai pada kota Khaybar maupun Makkah.

Kaum Qurays menanggapi berita tersebut dengan senang hati, meskipun mereka tidak yakin atas kebenaran berita tersebut, mengingat kota Khaybar adalah kota yang lumayan besar dengan jumlah penduduk lebih besar dari Madinah maupun Makkah, mempunyai beberapa benteng yang kokoh dan penduduknya cukup kaya untuk membiayai perang dengan pengerahan pasukan yang besar dan waktu perang yang cukup lama. Mereka menganggap Muhammad bukan orang yang gila untuk menyerang kota Khaybar. Sedang kaum Qurays tidak dapat membantu sekutunya tersebut karena telah terikat oleh perjanjian Hudaibiyah.

Kota Khaybar memandang remeh adanya berita tersebut karena merasa pasukannya lebih kuat dan benteng-benteng di kotanya juga sangat kokoh untuk dapat ditembus oleh pasukan kaum muslim, dan mereka mempunyai kekayaan yang dapat membiaya perang dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, mereka mempunya sekutu penduduk kota Ghatafan yang juga mempunyai pasukan cukup besar yaitu sekitar sepuluh ribu orang, yang jumlah tersebut berlipat lipat dibanding jumlah penduduk apalagi jumlah pasukan muslim Madinah. Oleh karena itu, kota Khaybar merasa kuat.

Ibnu Ishaq berkisah, nabi Muhammad merealisasikan rencana tersebut dan kemudian mengumpulkan kaum muslim untuk berangkat perang ke Khaybar. Sebelum berangkat, nabi Muhammad menetapkan Numailah bin Abdullah bin al-Laitsi menjadi imam shalat sementara dan menyerahkan panji perang yang berwarna putih kepada Ali bin Abu Thalib. Kaum muslim berangkat dengan kekuatan hanya sekitar seribu enam ratus orang, jauh sangat kecil di banding kekuatan kota Khaybar. Istri nabi Muhammad yang dapat giliran untuk menyertai perjalaanan nabi Muhammad adalah Umm Salamah. Selain itu ikut beberapa wanita membantu untuk merawat luka dan mempersiapkan logistik antara lain bibi nabi yaitu Safiyah, Umm Aymann, Nusaybah, Umm Sulaym ibu Anas dan beberapa wanita dari bani Ghifar.

Keberangkatan kaum muslim segera di dengar oleh penduduk kota Khaybar. Berita tersebut kemudian ditanggapi oleh Kinanah pemimpin kota Khaybar dengan menghubungi suku Ghatafan agar membantu menghadapi kaum muslim. Kota Khaybar menjanjikan setengah dari panen kurma mereka untuk membayar empat ribu orang suku Ghatafan. Dengan demikian akan terdapat sekitar empat belas ribu orang pasukan di kota Khaybar yang akan menghadapi hanya sekitar seribu enam ratus orang pasukan muslim.

Baca Juga:

Ketika berangkat ke Khaybar, nabi Muhammad melintasi daerah Ish, dan di daerah tersebut nabi Muhammad membangun masjid. Dengan pembangunan tersebut, nabi Muhammad telah memperkokoh keberadaan kaum muslim kelompok Abu Bashir di daerah tersebut.Ketika melanjutkan perjalanannya, sampai di lembah Ar-Raji’ yang letaknya diantara penduduk Ghatafan dengan kota Khaibar, Rasulullah mendirikan perkemahan di tempat tersebut.

Saat itu, orang Ghatafan belum berangkat, sehingga posisi Rasulullah seperti menghadang penduduk Ghatafan jika mereka bermaksud memberikan bantuan kepada kota Khaybar. Atau memang orang Ghatafan sengaja membiarkan kaum muslim lewat terlebih dahulu, setelah itu mereka berangkat untuk menyerang dari belakang. Pemimpin suku Ghatafan segera mengumpulkan pasukannya untuk berperang membantu penduduk Khaybar. Mereka segera menyusul membuntuti pasukan muslim. Namun secara tidak terduga, mereka seperti mendengar suara gemuruh pasukan yang muncul justru dari arah belakang mereka, dan mereka mengira bahwa suara gemuruh tersebut merupakan langkah pasukan muslim dalam jumlah yang lebih besar dari pasukan Ghatafan yang menyusul pasukan kaum muslim sebelumnya. Mereka menjadi takut dan berlarian tercerai berai, dan akhirnya pulang kembali kerumah masing masing, dan membatalkan bantuannya kepada penduduk Khaybar.

Disisi lain, penduduk Khaybar mengandalkan informasi tentang kedatangan pasukan muslim dari suku Ghatafan. Belum diperolehnya informasi dari suku Ghatafan dan perjalanan kaum muslim yang terkesan lambat karena berhenti di Ish beberapa waktu untuk membangun masjid membuat mereka meragukan kedatangan pasukan muslim. Namun penduduk Khaybar tidak mengetahui jika suku Ghatafan tidak jadi membantunya karena takut oleh suara gemuruh langkah pasukan dalam jumlah besar.

Kondisi itu membuat lengah penduduk Khaybar. Hingga akhirnya pasukan muslim sudah sampai di dekat kota Khaybar pada malam hari, dan nabi Muhammad memerintahkan kaum muslim agar beristrihat lebih dahulu. Kedatangan tersebut tidak diketahui penduduk Khaybar, dan mereka sama sekali tidak menduga jika malam itu pasukan muslim telah berada di dekat kota mereka. Tidak ada kabar sebelumnya dari suku Ghatafan tentang gerakan pasukan muslim.

Esok harinya, karena menganggap tidak ada pasukan muslim, maka seperti biasa penduduk Khaybar pergi ke kebun dan ladang mereka. Setelah matahari agak naik, tiba-tiba datang pasukan muslim sehingga membuat mereka ketakutan dan berlarian kembali ke kota kemudian bergegas masuk benteng. Namun pasukan muslim dapat menangkap beberapaorang penduduk Khaybar. Dari keterangan beberapa orang ini, karena mereka masih sayang pada nyawanya, mereka membocorkan rahasia benteng benteng mereka, dimana disimpan persenjataan dan jenis persenjataan yang tersimpan, dan benteng yang mana yang terlemah.

Kota Khaybar mempunyai beberapa benteng, seperti halnya di Madinah setiap suku Yahudi mempunyai bentengnya masing masing. Tidak diketahui apakah karena kedatangan pasukan muslim yang mendadak tersebut membuat penduduk Khaybar tidak dapat menyatukan kekuatan perang yang besar. Ataukah mereka memang merencanakan melawan kaum muslim dari benteng ke benteng sehingga kaum muslim banyak kehilangan pasukan dan kehabisan logistik. Atau karena tidak ada informasi dari suku Ghatafan tentang kedatangan pasukan muslim sehingga mereka tidak mempunyai kesempatan menyatukan kekuatannya dan menyongsong pasukan kaum muslim, ataukah mereka sangat percaya dengan kemampuan perang suku Ghatafan yang mereka upah dengan jumlah empat ribu orang.

(bersambung ……………….)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K

4 Responses

  1. free chatDecember 1, 2024 at 2:08 am

    … [Trackback]

    […] Read More Information here to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-249/ […]

  2. the original sourceDecember 2, 2024 at 7:26 pm

    … [Trackback]

    […] Information on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-249/ […]

  3. สล็อตเว็บตรง รวมเกมเล่นสนุกDecember 19, 2024 at 5:05 pm

    … [Trackback]

    […] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-249/ […]

  4. Ezybet88February 6, 2025 at 12:10 pm

    … [Trackback]

    […] Information to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-249/ […]

Leave a Reply