Oleh : Agus Mualif Rohadi
IX. Nabi Muhammad
Usai shalat Isya’ nabi Muhammad pergi kerumah Ja’far bin Abu Thalib. Ketika dilihatnya Asma’ istri Ja’far baru selesai memandikan anak anaknya, Rasulullah bersabda: “bawalah kemari anak anak Ja’far “. Ketika Asma’ memberikan anak anaknya, Rasulullah menciumnya sambil meneteskan air mata. Asma’ kemudian bertanya apakah Rasulullah telah mendapat kabar tentang suaminya dan sahabat-sahabatnya. Rasulullah kemudian menjawab: “ mereka telah gugur syahid pada hari ini“. Seketika itu pula Asma’ menjerit dan menangis, sehingga banyak wanita tetangganya berkumpul di rumahnya. Nabi Muhammad kemudian keluar dari rumah Ja’far sambil berkata : “ janganlah kalian lupa memasak makanan bagi keluarga Ja’far, sebab mereka telah disibukkan dengan kematian Ja’far “.
Kemudian nabi Muhammad pergi ke rumah Zaid, dilihatnya Umm Ayman, Usamah dan keluarga Zaid lainnya. Nabi Muhammad mengabarkan kematian Zaid yang seketika disambut dengan tangisan. Nabi Muhammad menunggui dan menghibur mereka. Setelah itu, beliau keluar dari rumah Zaid. Namun anak perempuan Zaid yang masih kecil kemudian mengejarnya sambil menangis. Nabi Muhammad kemudian memeluknya. Kali ini nabi Muhammad tidak bisa menahan air matanya dan ikut menangis. Sa’d bin Abu Ubadah yang kebetulan lewat dan melihat hal itu, mencoba mencari kata yang tepat untuk bertanya namun yang keluar dari mulutnya hanya beberapa patah kata: “ Wahai Rasulullah, ada apa?“. Nabi Muhammad kemudian menjawab: “ Ini, adalah ungkapan cinta seseorang kepada yang dicintainya“.
Ibnu Ishaq berkisah, usai shalat mengimami shalat shubuh, nabi Muhammad mengatakan mimpinya pada jamaah shalat subuh: “Diperlihatkan kepadaku dalam mimpi, bahwa mereka (yang mati syahid dalam perang Mu’tah) diatas singgasanaa terbuat dari emas. Aku melihat singgasana Abdullah bin Rawahah agak miring tidak seperti singgasana dua sahabatnya. Aku bertanya mengapa singgasana Abdullah bin Rawahah agak miring ?. Dikatakan kepadaku, tatkala Zaid bin Haritsah dan Ja’far bin Abu Thalib maju ke medan perang tanpa ragu, sedang Abdullah bin Rawahah sedikit ragu sebelum ia maju bertempur “. Setelah itu, nabi Muhammad pergi ke rumah para syuhada’ satu persatu mengabarkan mimpinya kepada istri dan keluarganya, sehingga mereka gembira dengan kabar dari mimpi nabi Muhammad tersebut.
Ketika Khalid bin Walid dan pasukan muslim telah mendekati Madinah, nabi Muhammad dan kaum muslim menyambutnya di pinggir kota. Nabi Muhammad memerintahkan agar istri dan anak-anak para syuhada’ diajak ikut menyambut pasukan muslim tersebut. Nabi Muhammad naik kudanya dan Abdullah bin Ja’far dibawanya naik kuda. Ketika Khalid bin Walid berjalan masuk kota dengan tertunduk lesu, beberapa orang melempari pasukan muslim sambil berkata: “wahai orang-orang yang lari, kalian lari dari jalan Allah“. Namun Rasulullah segera menyahut dengan berkata: “ Mereka tidak melarikan diri, namun akan balik kembali, InshaAllah “.
Kekalahan di Mu’tah segera di dengar kabarnya oleh suku-suku arab di utara jazeerah Arabiya. Mereka memandang kaum muslim ternyata dapat dikalahkan, dan suku-suku tersebut bersepakat akan melawan pasukan muslim. Nabi Muhammad segera mendengar berita tersebut dan segera mengirimkan pasukan muslim berjumlah lima ratus orang. Ketika pasukan muslim datang, ternyata suku-suku tersebut pergi dari pemukimannya. Akhirnya pasukan muslim dapat menertibkan suku-suku tersebut dengan pembaharuan perjanjian.Efek kekalahan di perang Mu’tah segera dapat diatasi.
46. Penaklukkan Makkah
Terdapat suatu peristiwa perang antara bani Khuza’ah dan bani Bakr yang menjadi sebab Penaklukkan Makkah oleh kaum muslim. Dalam perjanjian Hudaibiyah, bani Khuza’ah bergabung dengan kaum muslim Madinah sedang bani Bakr bergabung dengan kaum qurays.
Suatu ketika sebelum masuk Islam, orang-orang Khuzaah dari bani al Hadrami yaitu Malik bin Abbad membunuh pemuka orang-orang Bakr bin Abdu Manat bin Kinanah dari bani al-Aswad bin Razn ad-Daili di Araf di perbatasan tanah bertanda batu yang menunjukkan batas tanah haram. Yang mereka bunuh adalah Salma, Kultsum dan Dhuaib dan merampas harta miliknya, padahal saat itu mereka sedang sepakat untuk berangkat berdagang dalam satu kabilah. Atas pembunuhan tersebut, seharusnya bani al-Aswad bin Razn mendapatkan dua diyat, namun hanya dibayarkan satu diyat.
Pada suatu kesempatan, saat itu usai perjanjian Hudaibiyah, ada orang-orang bani Bakr bin Abdu Manat yang dipimpin oleh Naufal bin Muawiyah ad-Daili membunuh Tamim bin Asad, orang dari kabilah bani Khuza’ah di mata air mereka di Makkah bawah yang bernama al-Watir, sedang teman Tamim yaitu Munabbih sebelumnya telah lari terlebih dahulu. Pembunuhan yang dilakukan orang oang bani Bakr ini merupakan pembalasan dari pembunuhan sebelumnya yang dilakukan oleh orang orang bani Khuza’ah.
Peristiwa pembunuhan tersebut akhirnya menyulut konflik besar antara bani Bakr dengan bani Kuza’ah. Bahkan orang-orang qurays melibatkan diri dengan membantu dengan sejumlah pasukan dan persenjataan pada bani Bakr. Ketika bani Khuzaah terpukul mundur bahkan sudah memasuki wilayah tanah haram, masih juga dikejar dan diserang oleh bani Bakr dan orang-orang Qurays.
Dengan adanya perang ini, dimana bani Bakr dibantu sekutunya yaitu bani Qurays menyerang bani Khuza’ah sebenarnya telah melanggar perjanjian Hudaibiyah. Seorang utusan yaitu Amr bin Salim, orang dari bani Ka’ab yang masih merupakan bagian dari bani Khuza’ah beserta
orang-orang Khuza’ah lainnya yaitu Budail bin Warqa’ akhirnya pergi ke Madinah melaporkan dan meminta bantuan kepada Rasulullah SAW. Dan Nabi Muhammad menyanggupinya, bahkan bersabda: “Nampaknya Abu Sufyan bin Harb akan datang kepada kalian untuk menguatkan perjanjian dan memperpanjang masa berlakunya “.
Baca Juga:
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-253)
- Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-254)
Budail bin Warqa’ kemudian pulang. Di tengah jalan, ternyata bertemu dengan Abu Sufyan bin Harb yang sedang menuju Madinah. Abu Sufyan khawatir keterlibatan bani Qurays akan menyulut keterlibatan kaum muslim Madinah. Dia bertanya kepada Budail apakah telah bertemu Muhammad di Madinah. Budail menjawab bahwa dirinya baru saja pulang dari berwisata ke pantai. Abu Sufyan sangat tidak percaya dengan jawaban Budail, kemudian menelusuri jejak untanya Budail. Apabila kotoran unta Budail terdapat biji kurma, maka berarti Budail baru saja ke Madinah.
Akhirnya Abu Sufyan menemukan tempat peristirahatan unta rombongan Budail, memeriksa kotorannya, dan ternyata terdapat biji kurma yang menandakan Budail baru ke Madinah menghadap Rasulullah. Abu Sufyan kemudian bergegas menuju Madinah. Dengan perginya Abu Sufyan ke Madinah maka nampak bahwa kaum qurays sangat memperhitungkan kekuatan Nabi Muhammad dan kaum muslim yang semakin besar, sedang Qurays justru sudah semakin mengecil kekuatannya maupun sekutunya.
Ibnu Ishaq berkisah, ketika sampai di Madinah, Abu Sufyan mampir ke rumah putrinya yaitu Ramlah binti Abu Sufyan, yang dikenal dengan Ummu Habibah binti Abu Sufyan bin Harb. Ramlah binti Abu Sufyan telah menjadi muslimah ketika masih di Makkah. Kemudian ikut suaminya pergi ke Habasyah Abisyinia pada tahun 615 bersama suaminya Ubaidillah bin Jahsy. Dari suaminya di perolehnya dua orang putri yaitu Habibah binti Ubaidilah dan Habibah binti Abdullah.Suaminya meninggal di Abisyinia. Ketika masa idahnya telah usai, dia mendapat surat lamaran nikah dari nabi Muhammad. Raja Najasyi yang mendapatkan laporan adanya surat tersebut memberinya ucapan selamat dan memberinya hadiah. Ummu Habibah pergi ke Madinah bersama rombongan Zaid bin Haritsah.
Di rumah Ummu Habibah, tidak terdapat tempat untuk menerima kedatangan ayahnya tersebut, sehingga Abu Sufyan hendak duduk di Kasur Rasulullah. Namun Ummu Habibah melipat kasur tersebut karena tidak ingin ayahnya duduk di Kasur tersebut, dan berkata: “Kasur ini milik Rasulullah, adapun engkau adalah seorang yang musyrik yang najis. Aku tidak sudi engkau duduk di atas kasur itu“. Abu Sufyan kemudian menjawab dengan rasa jengkel: “Demi Allah, setelah engkau berpisah denganku, engkau menjadi orang yang berperangai buruk“. Abu Sufyan kemudian pergi dari rumah anaknya tersebut.
Abu Sufyan kemudian menemui nabi Muhammad dan berbicara, namun sama sekali tidak ada tanggapan sepatah katapun dari nabi Muhammad. Kemudian dia pergi ke rumah Abu Bakar,minta tolong agar dipertemukan dan dibantu ketika bertemu nabi Muhammad, namun Abu Bakar tidak bersedia. Kemudian pergi ke rumah Umar bin Khattab, namun Umar berkata kepadanya: “ Apakah pantas aku memberi pembelaan untukmu di hadapan Rasulullah?“. Abu Sufyan kemudian pergi ke rumah Ali bin Abu Thalib, yang saat itu sedang bersama istrinya, Fatimah dan anak mereka Hasan bin Ali yang sedang merangkak dengan kedua tangannya.
Abu Sufyan berkata: “Hai Ali, engkau orang yang paling sayang padaku. Aku datang kepadamu untuk sebuah kepentingan. Oleh sebab itu, janganlah kalian memulangkan aku dalam keadaan kecewa. Bantulah aku di hadapan Rasulullah. Ali bin Abu Thalib berkata: “Wahai Abu Sufyan, celakalah engkau. Demi Allah, Rasulullah telah bertekat untuk melakukan sesuatu yang tidak dapat ditawar lagi “.Kemudian Abu Sufyan mencoba merayu Fatimah dengan meminta tolong kepada anaknya yang masih merangkak tersebut agar membantunya dihadapan Rasulullah. Kemudian Abu Sufyan meminta nasihat kepada Ali, apakah yang sebaiknya yang harus dilakukannya.
(bersambung ………….)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
you can try hereOctober 27, 2024 at 2:10 am
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-255/ […]
สล็อตวอเลท ฝากถอนเงินเร็วใน10วิ แจกโบนัสไม่อั้นJanuary 19, 2025 at 12:13 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-255/ […]