Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-259)

Agus Mualif:  Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-259)
Penulis, Agus Mualif Rohadi berfoto ditengah-tengah Masjid Kubah Batu dan Masjid Qibli, Yerusalem

Oleh : Agus Mualif Rohadi

IX. Nabi Muhammad

Mahadalyjakarta.com foto film yang mengkisahkan penaklukkan Makkah.

Makkah dalam keadaan lengang karena hampir semua rumah tertutup pintunya, ketika dari kejauhan di atas bukit muncul pasukan muslim dalam barisan yang panjang yang dipimpin oleh Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dimana nabi Muhammad ada dalam pasukan tersebut. Pasukan muslim membawa kendang dan rebana yang ditabuh mengiringi jalannya barisan tersebut. Makkah telah ditaklukkan, tidak ada lagi yang berani menghadang jalannya barisan siap perang yang besar tersebut.

Abu Ubaidah langsung menuju Ka’bah. Pasukan yang bersamanya datang lebih dahulu dibanding yang lainnya. Namun tidak lama kemudian datang dari arah pintu yang lain tiga rombongan pasukan lainnya. Saat itu halaman Ka’bah telah dipenuhi oleh kaum muslim.

Kedatangan nabi Muhammad dengan lebih dari sepuluh ribu kaum muslim ini persis seperti nubuwah nabi Musa, yang tercantum dalam Kitab Ulangan 33 : 2 – 3 yaitu: “Tuhan datang dari Sinai dan terbit kepada mereka dari Seir. Ia tampak bersinar dari pegunungan Paran dan datang dari tengah tengah (bersama) puluhan ribu orang yang kudus, ditangan kanannya tampak kepada mereka api (hukum) yang menyala nyala.

Nubuwah nabi Musa ini menjelaskan bahwa Tuhan telah memberikan ajaran Tauhid kepada bani Israel melalui nabi Musa sejak dari perjalanan bani Israel bersama nabi Musa di Sinai, setelah menyeberangi laut dan tenggelamnya Fir’aun. Ketika rombongan bani Israel sampai di Sinai, Allah membuat perjanjian dengan bani Israel yang dikenal dengan 10 perintah Tuhan dan ketika nabi Musa di puncak Sinai setelah bermunajat selama 40 hari, nabi Musa mendapatkan kitab Taurat. Hingga perjalanan mereka sampai di Seir di gurun Zin, melalui nabi Musa bani Israel telah mendapatkan banyak risalah sehingga Taurat menjadi lengkap sebagai petunjuk bagi bani Israel. Risalah Taurat akan bersinar menyala nyala di pegunungan paran ketika dibawa orang yang diikuti puluhan ribu orang yang suci. Orang tersebut di tangan kanannya membawa api yang menyala nyala (hukum atau risalah). Tidak ada kisah nabi bani Israel yang diikuti oleh sepuluh ribu orang suci.

Pegunungan paran adalah sebutan untuk pegunungan yang berjajar bukit dan gunung mulai dari Seir sampai Makkah atau Bakkah dan Madinah. Sejarah menunjukkan, nabi Muhammad memasuki Makkah dari Madinah dengan diikuti puluhan ribu kaum muslim, dan tangan kanannya membawa api atau hukum yaitu risalah Al – Qur’an yang bersinar menyala nyala yang menyempurnakan Taurat.

Ibnu Ishaq berkisah dari perkataan Muhammad bin Ja’far bin Zubayyir yang diriwayatkan dari Ubaidillah bin Abdullah bin Abu Tsaur dari Shafiyyah binti Saibah, seluruh panglima dan pasukan muslim telah berada di masjidil Haram sedang Makkah dalam keadaan tenang. Dengan demkian, kaum muslim semuanya telah siap untuk melakukan thawaf bersama Rasulullah S.A.W.

Nabi Muhammad kemudian mulai memimpin thawaf tujuh putaran dengan tetap menaiki untanya. Putaran thawaf bergerak kekiri mengelilingi Ka”bah, diiringi suara menggema keras Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaha Illalah, Allhu Akbar, Laa khaula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil adziymi, dan seterusnya. Sambil thawaf, tongkat nabi Muhammad merobohkan dan menghancurkan berhala di sekeliling Ka’bah.

Berhala Hubal, berhala utama orang-orang dari semua suku Arabiya, yang dianggap sebagai berhala yang memimpin berhal-berhala yang lain seperti al-latta, al-uzza dan al-manat, langsung dirobohkan terjengkang kemudian dihancurkan. Setelah itu, berhala-berhala yang lain di halaman Ka’bah dirobohkan satu persatu, hingga akhirnya seluruh berhala di halaman Ka’bah dalam lintasan Thawaf telah roboh semua.

Kaum Quryas Makkah yang berada di Masjidil Haram yang di janjikan akan selamat jika di halaman tersebut, menyaksikan berhala-berhala mereka hancur, dan mereka tidak bisa berbuat apa-apa dan pada saat bersamaan hati mereka ikut hancur pula. Namun berhala-berhala itu tidak mampu menolong dirinya sendiri, apa lagi menolong para penyembahnya.

id.quora.com berhala Hubal, berhala terbesar di Ka’bah yang dianggap sebagai pemimpin dari semua berhala di Ka’bah. Berhala tersebut terbuat dari batu akik berwarna merah, tangan kanannya pernah putus kemudian oleh orang-orang qurays tangannya di ganti dengan emas.

Saat nabi Muhammad melakukan thawaf, ada seorang penduduk Makkah yaitu Fadhalah bin Umair bin al-Mulawwah al-Laitsi mendekati nabi Muhammad bermaksud untuk membunuhnya. Ketika sampai di dekat nabi Muhammad justru tertegun dan kemudian disapa oleh nabi Muhammad: “ Apakah betul engkau Fadhalah ?”, yang kemudian dijawabnya: “ Benar, wahai Rasulullah, akulah Fadhalah “. Nabi Muhammad kemudian bertanya lagi: “ Apa yang telah engkau katakan pada dirimu ?“, yang dijawabnya: “ Aku tidak mengatakan apa apa. Aku hanya berdzikir kepada Allah“. Rasulullah kemudian tertawa lalu bersabda: “ Wahai Fadhalah mohon ampunlah kepada Allah“. Rasulullah SAW kemudian meletakkan tangannya di dada Fadhalah bin Umair hingga ia merasa tenang. Setelah itu nabi Muhammad melanjutkan thawafnya hingga selesai.

Baca Juga:

Sedang Fadhalah kemudian berkata: “ Demi Allah, sebelum Rasulullah mengangkat tangannya dari dadaku, tiba-tiba tidak ada orang yang aku lebih cintai melebihi dirinya “. Ketika ia pulang, di jalan bertemu dengan teman wanitanya yang mengajaknya berbincang-bincang sejenak, namun ditolaknya.

Usai thawaf, nabi Muhammad kemudian mempimpin kaum muslim melaksanakan ibada Sa’i. Sambil melakukan Sa’i, nabi Muhammad dan kaum muslim merobohkan dan menghancurkan berhala-berhala di sepanjang lintasan Sa’i.

Ketika nabi Muhammad sedang berdo’a di bukit Shafa dan dikeliling kaum anshar, terdapat orang-orang anshar yang berkata satu sama lainnya: “ Apakah kalian memiliki pemikiran, jika Allah memberi kemenangan kepada rasul-Nya dan berhasil menaklukkan negerinya, ia akan menetap disana? “. Mereka tidak menduga, ketika nabi Muhammad usai berdo’a kemudian bertanya: “Apa yang tadi kalian katakan?“. Kaum anshar menjawab: “ Kami tidak mengatakan apa apa, wahai Rasulullah “. Nabi Muhammad kemudian berkata: “ Aku berlindung kepada Allah. Kehidupanku adalah bersama kalian dan kematianku adalah bersama kalian “. Kaum anshar sangat bersuka cita mendengar perkataan nabi Muhammad tersebut.

(bersambung …………….)

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K