Penulis : Agus Mualif Rohadi
I. Nabi Hud dan Nabi Salih
Kondisi wilayah dan kehidupan kaum Tsmaud digambarkan pada Qs Al – Araf 74 yaitu: “Dan ingatlah olehmu di waktu Tuhan menjadikan kamu semua sebagai khalifah (disebut jamak, Khulafaa’a) sesudah kaum ‘Aad dan memberikan tempat bagimu di bumi. Kamu dirikan istana – istana di tanah-tanahnya yang datar dan kamu pahat gunung-gunungnya untuk dijadikan rumah; maka ingatlah nikmat-nikmat Allah dan janganlah kamu merajalela di muka bumi membuat kerusakan“, serta Qs Al – Hijr 80 – 84 : Dan sesungguhnya penduduk negeri Hijr benar benar telah mendustakan para rasul (mereka), dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda – tanda (kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling darinya, dan mereka memahat rumah – rumah dari gunung batu, (yang didiami) dengan rasa aman. Kemudian mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur pada pagi hari sehingga tidak berguna bagi mereka, apa yang telah mereka usahakan.
Penduduk kaum Tsamud membuat rumah-rumahnya dengan memahat batu gunung, merubah dengan melubangi gunung batu menjadi rumah dan menghiasinya dengan pahatan pahatan. Sedang pada tanah yang datar mereka mendirikan kompleks istana untuk raja-raja mereka dengan keluarganya.
Pada masa itu memahat batu bukanlah pekerjaan mudah karena belum ditemukan barang dari logam seperti besi. Memahat batu mesti dengan peralatan terbuat dari batu pula yang dipukul dengan palu berkepala batu pula. Membuat alat pahatan dan palu dari batu yang harus dipilih batu yang lebih keras dan lebih tajam dari batu perbukitan yang harus di lubangi dan dipahat. Suatu perkejaan yang tidak mudah yang membutuhkan kekuatan fisik yang besar pula. Mendirikan istana di tempat yang lebih datar dengan membentuk bongkahan bongkahan batu kemudian menyusunnya menjadi istana dan membuat pahatan yang indah dipandang mata. Membuat ruangan ruangan istana dari tumpukan batu tanpa penguat lainnya selain dengan cara menumpuk batu-batu tentu membutuhkan pengalaman panjang sehingga menjadi pengetahuan yang lebih tinggi. Tempat tinggal di gunung yang dominan berbatu membuat kaum tsamud mempunyai peradaban lebih tinggi dari komunitas kesukuan lainnya.

Kompas.com, Madain Saleh, kota kuno di Wadi al – Qura, Arab Saudi. Saat ini, pemerintah arab Saudi sedang merevitalisasi kota kuno Madain Salih untuk kegiatan wisata.Kota madain Salih sangat mungkin menjadi inspirasi suku-suku lainnya yang tinggal di pegunungan Al – Hijr (Seir) yang sangat luas, termasuk ratusan tahun kemudian memunculkan wilayah yang pernah ditempati suku nabathean keturunan anak pertama nabi Ismail yaitu Nabit ibn Ismail ibn Ibrahim yang menempatinya setelah sebelumnya dihuni oleh suku yang lain, yang saat ini dikenal dengan kawasan wisata petra di Yordania. Sangat mungkin sebelum ditempati suku Nabatean pernah menjadi tempat tinggal suku keturunan Esau ibn Ishaq Ibn Ibrahim, saudara kembar Ya’cub ibn Ishaq ibn Ibrhahim, karena Esau ibn Ishaq pernah tinggal di wilayah Seir.
Peradaban tinggi kaum Tsamud juga dilengkapi dengan kemampuan mengolah alam menjadi sumber kekayaannya sehingga kebanyakan dari kaum tersebut menjadi makmur. Qs Asy – Syu’ara’ 146 – 149 menunjukkan bahwa mereka bukan hanya mampu membuat pemukiman dengan merekayasa gunung batu sebagai rumah-rumah mereka sehingga mereka merasa dalam situasi yang aman dan terlindungi, namun suku Tsamud juga suku yang kaya karena mampu mengolah sumber air dengan membuat perkebunan kurma dan lain – lain. Perkebunan kurma juga menunjukkan terdapat hubungan antara kaum Tsamud dengan suku yang lain dibelahan utara Wadi al – qura’ dalam perdagangan kurma sehingga mereka menjadi makmur. Saat itu padang pasir yang ganas di selatan dan timur Wadi al qura’ belum ada tanda-tanda dihuni oleh manusia. Suku-suku yang bermukim di wilayah utara Wadi al – qura adalah kebanyakan suku-suku keturunan Kana’an ibn Ham ibn Nuh yang menempati wilayah pertanian yang subur karena cukup banyak sungai dan anak sungai.
Baca juga kisah sebelumnya:
Karena kemampuan dan kekayaannya tersebut membuat mereka merasa benar dengan menyembah tuhan yang selama ini mereka sembah sesuai dengan sesembahan nenek moyang mereka. Oleh karena itu, ketika muncul Nabi Saleh yang berasal dari saudara mereka sendiri yang memperingatkan tentang kesesatan kaumnya, maka kemudian terjadi penentangan dan perselisihan. Qs. Hud 61 – 62 menyebutkan : Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka, Salih. Dia berkata : Wahai kaumku ! Sembahlah Allah, tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya, karena itu mohonlah ampunan kepadaNya, kemudian bertobatlah kepadaNya. Sesungguhnya Tuhanku sangat dekat (rahmatNya) dan memperkenankan (do’a hambaNya). Mereka (kaum Tsamud) berkata, Wahai Salih !. Sungguh engkau sebelum ini berada ditengah-tengah kami merupakan orang yang diharapkan, mengapa engkau melarang kami menyembah apa yang disembah oleh nenek moyang kami? Sungguh kami dalam keraguan dan kegelisahan terhadap apa (agama) yang engkau serukan kepada kami.
Dari ayat tersebut terdapat ucapan Nabi Salih tentang penciptaan manusia yang terbuat dari bumi (tanah) dan tugas manusia adalah membuat kemakmuran dibumi serta mengingatkan kaumnya agar menyembah Allah, bukan tuhan-tuhan yang lainnya. Ucapan tersebut saat itu menjadi sesuatu yang baru bagi kaum Tsamud bahwa manusia diciptakan dari tanah, yang ucapan tersebut digunakan oleh nabi Salih untuk membawa kaumnya agar kembali menyembah Allah. Ucapan yang secara substansial menjadi sangat kontras bagi kaumnya yang menyembah berhala yang telah disembah oleh nenek moyang mereka. Ayat tersebut juga menunjukkan bahwa penyembahan berhala tersebut telah terjadi dalam waktu yang cukup lama, mungkin sudah terjadi dalam kurun waktu ratusan tahun sehingga telah menjadi tradisi ritual kaum Tsamud.
Suatu ucapan tentang penciptaan manusia yang hanya bisa diimani karena ucapan tersebut tidak akan dapat masuk dalam akal dan tidak dapat dipahami kaum Tsamud. Nabi Salih pun menyampaikan ucapan tersebut hanya untuk menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk lemah dihadapan Allah tuhannya nabi Salih, yang kontras dengan berhala yang tidak mampu berbuat apa apa namun disembah. Suatu pengetahuan baru bagi kaum Tsamud bahwa ada tuhan yang menciptakan bumi dan manusia serta alam semesta, bukan sekedar tuhan yang disembah karena mempunyai kekuatan untuk mengganggu kehidupan manusia dalam mencapai tujuan hidupnya, yang oleh karena itu mereka sembah untuk menghindari gangguan dari tuhan berhala. Oleh karena itu peringatan tersebut membuat kaum Tsamud kemudian menjadi terbelah yang dapat dibaca pada ayat ayat berikut :
Qs An – Naml 45 menyatakan : Dan sungguh, Kami telah mengutus kepada (kaum) Tsamud saudara mereka yaitu Salih (yang menyeru), Sembahlah Allah !. Tetapi tiba-tiba mereka (menjadi) dua golongan yang bermusuhan. Qs Al – ‘Araf 75 – 76 menunjukkan : Pemuka pemuka yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah, yaitu orang-orang yang telah beriman diantara kaumnya. Tahukah kamu bahwa Salih adalah seorang rasul dari Tuhannya?. Mereka menjawab, sesungguhnya kami percaya kepada apa yang disampaikannya. Orang – orang yang menyombongkan diri berkata, Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu percayai.
Dari ayat tersebut nampak bahwa keterbelahan kaum Tsamud bukan sekedar tentang perbedaan keimanan, namun juga perbedaan dalam kemakmuran. Para pengikut nabi Salih adalah kaum yang secara ekonomi maupun politik adalah kaum yang lemah. Jarak antara yang kaya dan kuat dengan yang miskin dan lemah cukup lebar. Faktor yang menjadikan kaum yang lemah menjadi pengikut nabi Salih adalah karena yang kaya dan kuat telah dengan sombong menindas kaum yang miskin dan lemah. Bahkan kaumnya menganggap bahwa nabi Salih memberi peringatan tersebut hanya untuk mencari kekayaan dengan menakut-nakuti mereka (Qs Asy – Syu’ara 145).
Golongan yang kaya dan kuat menjadi sombong yang bukan hanya meragukan kebenaran kabar (firman) Allah yang disampaikan nabi Salih, tetapi juga menuduh nabi Salih dan pengikutnya sebagai golongan yang membuat nasib mereka menjadi malang, karena terganggu dengan seruan nabi Salih. Kaumnya menganggap nabi Salih dan pengikutnya adalah orang yang kena sihir dan kemudian bahkan menantang nabi Salih agar menunjukkan mukjizatnya jika Salih adalah orang yang benar (Qs Asy – Syuara 153 – 154).
(bersambung …)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
Stripchat tokensNovember 15, 2024 at 8:53 am
… [Trackback]
[…] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-3/ […]
Japanese girlsNovember 17, 2024 at 2:56 am
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-3/ […]
pgslotJanuary 8, 2025 at 5:07 pm
… [Trackback]
[…] Info on that Topic: zonasatunews.com/religi/agus-mualif-para-rasul-dalam-peradaban-seri-3/ […]