Seorang Dokter di Pusat Wabah Corona Italia Menceritakan Seperti Apa Kehidupan di Rumah Sakit Sekarang

Seorang Dokter di Pusat Wabah Corona Italia Menceritakan Seperti Apa Kehidupan di Rumah Sakit Sekarang
Wabah virus corona di China jadi krisis kesehatan global. FOTO/ Ist

Oleh Annie Reneau 

Ada di antara kita yang hidup di negara seperti Amerika Serikat, di mana virus corona sudah datang tapi belum meledak secara eksponensial, yang sepertinya masih bimbang tentang bagaimana seharusnya respon individu kita terhadap virus corona.

Idealnya, kita tinggal mendahulukan nasehat dari ahli medis di CDC dan WHO daripada omongan politisi yang punya kepentingan pribadi dalam melebih-lebihkan atau meremehkan suatu potensi pandemi. Akan tetapi di musim pemilihan yang panas, kondisi itu merupakan permintaan yang berlebihan.

Semuanya sepakat bahwa kita tidak boleh panik* (tidak ada satupun orang bertanggung jawab yang meminta masyarakat untuk panik), tapi sebenarnya apa maksudnya? Apakah menyimpan persediaan makanan dan tisu toilet itu tanda kepanikan, atau usaha kehati-hatian yang cerdas? Bagaimana perbedaan antara sikap waspada dan sikap masa bodoh?

Ketika angkanya masih rendah di daerah tempat Anda tinggal, mudah saja untuk berkata,”Corona, keciil” atau “Corona bukan masalah besar kok”. Tapi kenyataannya, walaupun Anda bukan merupakan kelompok dengan risiko tinggi untuk meninggal karena virus corona, ada jutaan orang yang punya risiko tinggi. Dan tidak seperti flu, tidak ada vaksin untuk corona. Langkah-langkah yang tampak “ekstrim” atau “panik” dirancang untuk membatasi penyebaran virus seminimal mungkin.

Dan seorang dokter ICU yang bekerja di pusat wabah di Italia, Dr. Daniele Macchini, menjelaskan dengan fasih kenapa membatasi penyebaran itu sangat penting.

Pada 27 Februari, di Italia terdapat 650 kasus yang terkonfirmasi sebagai COVID-19. *Kurang dari dua pekan kemudian, sudah ada 10.000 kasus.* Lockdown diterapkan di seluruh penjuru negara dan rumah sakit-rumah sakit mengalami overkapasitas—kontras dengan ketenangan yang muncul sebelum badai di Rumah Sakit Bergamo di mana Dr. Macchini bekerja.

Dr. Macchini mengirimkan ke Facebook gambaran tentang kondisi rumah sakit pada tanggal 6 Maret vs. bagaimana keadaannya sepekan sebelumnya. Di bawah ini adalah terjemahan ringkas dari tulisan beliau (yang ditulis dalam bahasa Italia dan bisa dibaca keseluruhannya di https://www.facebook.com/daniele.macchini.52/posts/3395152210500625)

“Setelah banyak pertimbangan apakah saya harus menulis tentang apa yang terjadi kepada kami dan apa yang harus saya tulis, saya merasa bahwa diam bukanlah tindakan yang bertanggungjawab.

Saya akan mencoba menyampaikan kepada orang yang jauh dari kenyataan yang kami hadapi bahwa kami tinggal di Bergamo di tengah-tengah pandemi Covid-19 ini. Saya paham kita tidak boleh membuat kepanikan, tapi ketika pesan tentang bahaya yang sedang terjadi tidak mencapai banyak orang, saya menggigil ketakutan.

Saya sendiri menyaksikan dengan takjub bagaimana reorganisasi seluruh rumah sakit kami pekan lalu, ketika musuh kami sekarang ini masih bersembunyi di balik bayangan: bangsal-bangsal perlahan “dikosongkan”, kegiatan-kegiatan elektif diinterupsi, ruangan intensive care/perawatan intensif dikosongkan untuk menyediakan tempat sebanyak-banyaknya untuk bed pasien.

Ambulans tiba di bandara Haneda di Tokyo pada 30 Januari untuk memenuhi penerbangan carter kedua yang membawa pengungsi dari Wuhan, Cina. (AFP / STR / JIJI PRESS)

Semua transformasi kilat ini membawa atmosfer keheningan dan kekosongan yang aneh terhadap koridor rumah sakit yang pada saat itu belum dapat kami pahami, menanti perang yang belum dimulai dan banyak orang (termasuk saya sendiri) tidak begitu yakin bahwa perang itu akan datang dengan ganas sekali.

Saya masih ingat jaga malam saya satu pekan lalu ketika saya sedang menunggu hasil dari sebuah swab. Ketika saya memikirkannya lagi, kecemasan saya terhadap satu kasus yang masih kemungkinan atau possible sepertinya terasa konyol dan tanpa dasar, ketika saya melihat apa yang terjadi sekarang. Ya, situasinya bisa dibilang dramatis sekarang.

Perang ini benar-benar telah meledak dan pertempuran-pertempuran terus berlangsung siang dan malam. Sekarang kebutuhan akan kasur telah tiba dengan segala dramanya. Satu demi satu bagian yang sebelumnya dikosongkan mulai penuh dengan kecepatan yang luar biasa. Papan-papan dengan nama pasien, dengan warna-warna berbeda sesuai dengan unit yang menjalankannya, sekarang semuanya berwarna merah dan alih-alih bertuliskan operasi yang sedang dijalankan sekarang semua bertuliskan diagnosis, yang semuanya sama: bilateral interstitial pneumonia.

Sekarang, jelaskan kepada saya flu macam apa yang menyebabkan drama yang sedemikian cepat ini. Dan meskipun masih ada orang yang membanggakan dirinya tidak takut dengan cara tak mengacuhkan arahan dan protes karena rutinitas normal mereka “sementara” terganggu krisis, bencana epidemiologis sedang berlangsung.

Tidak ada lagi dokter bedah, dokter urologi, dokter ortopedi, kami semua hanyalah dokter yang tiba-tiba menjadi bagian satu tim yang menghadapi tsunami yang membuat kami kewalahan. Kasus berlipat ganda, tiba dalam laju 15-20 kedatangan per hari, semuanya dengan alasan yang sama. Hasil dari swab mulai berdatangan susul menyusul: positif, positif, positif. Tiba-tiba UGD kami mulai kolaps.

Alasan pasien masuk selalu saja sama: demam dan kesulitan bernapas, demam dan batuk, gagal napas. Pembacaan radiologis selalu saja sama: bilateral interstitial pneumonia, bilateral interstitial pneumonia, bilateral interstitial pneumonia. Semuanya harus masuk rumah sakit.

Ada seorang pasien yang ketika datang sudah harus diintubasi dan masuk ruang perawatan intensif. Untuk pasien lainnya upaya itu sudah terlambat… Setiap ventilator bagaikan emas: semua orang yang ada di ruang operasi sekarang menunda aktivitas mereka untuk menjadi ruang perawatan intensif yang tidak ada sebelumnya.

Petugas dengan pakaian pelindung menyemprotkan disinfektan di kawasan kota Daegu, Korsel (Kim Jun-beom/Yonhap via AP)

Para staf rumah sakit sangat kelelahan. Aku melihat keletihan di wajah-wajah yang tidak tahu kapan ini berakhir meskipun sudah bekerja dengan beban kerja yang sangat melelahkan. Saya melihat solidaritas di antara kita semua, yang tak pernah berhenti untuk pergi dan bertanya ke teman sejawat internis,” Apa yang bisa saya lakukan untukmu?”_

Sampai-sampai para dokter ikut memindahkan kasur dan pasien, memberikan terapi ke pasien, bukan hanya perawat. Para perawat berlinang air mata karena kami tidak bisa menyelamatkan semua orang, dan tanda-tanda vital dari beberapa pasien dalam satu waktu menunjukkan takdir yang tak terelakkan.

Tidak ada lagi shift, tidak ada lagi jam jaga. Kehidupan sosial kami ditangguhkan. Kami tidak lagi menemui keluarga kami karena takut dapat menginfeksi mereka. Beberapa dari kami bahkan sudah terinfeksi meskipun sudah menjalankan protokol (pencegahan).

Foto Iluatrasi Petugas medis menangani pasien coronavirus (covid19)

Beberapa kolega kami yang terinfeksi juga menginfeksi keluarga mereka dan sebagian keluarga mereka sekarang sedang berjuang di antara hidup dan mati. Jadi sabarlah, Anda tidak bisa ke bioskop, museum, atau gym. Cobalah mengasihani entah berapa lansia yang bisa jadi Anda bunuh.

Kami hanya mencoba membuat diri kami berguna. Anda harusnya juga berbuat hal yang sama: kita memengaruhi hidup dan mati dari orang-orang di sekitar kita. Tolong sebarkan pesan ini. Kita harus menyebarkan pesan ini untuk mencegah yang terjadi di sini terjadi di seluruh Italia.”_

Macchini berbicara kepada rekan senegaranya, akan tetapi kita yang tinggal di negara dengan jumlah pasien yang sama dengan jumlah pasien Italia dua pekan lalu harus memperhatikan ini. Ini bukan hanya masalah risiko pribadi kita; ini juga berkaitan dengan kapasitas rumah sakit kita dan ketersediaan personel medis. (Saya tinggal lima jam dari Seattle, dan seorang teman yang merupakan perawat di sini bercerita bahwa banyak fasilitas kesehatan menawarkan hingga $5000 sepekan untuk perawat yang mau pergi bekerja ke Seattle sekarang juga untuk menangani wabah di sana. Keadaan mulai menjadi serius, dengan sangat cepat)

Dua pekan lalu hanya ada kurang dari 650 kasus di Italia. Pada waktu penulisan artikel ini, Amerika Serikat punya 755 kasus. Jika kita tidak mengambil langkah ekstrim—yang disebut banyak orang sebagai “kepanikan”—untuk membatasi penyebaran seminimal mungkin, kita bisa jadi segera menghadapi situasi pelik seperti yang disampaikan Dr. Macchini di Italia.

Mari kita semua sepakati untuk sebanyak mungkin berdiam diri di rumah, sesering mungkin mencuci tangan kita, menghindari kerumunan, stop menimbun alat dan persediaan medis, dan meminta pemerintah kita untuk proaktif melakukan tes Corona dan jujur serta transparan akan jumlahnya. Dan marilah kita lakukan semua di atas tanpa menyebutnya sebagai “kepanikan”. Pada titik ini, langkah-langkah tersebut bukanlah kepanikan, tapi langkah yang berguna.

Editor : Setyanegara

Diterjemahkan dari artikel “A doctor in the heart of Italy’s outbreak shares what life is like in the hospital now” dari situs www.upworthy.com

Last Day Views: 26,55 K

3 Responses

  1. special offersOctober 25, 2024 at 5:23 pm

    … [Trackback]

    […] There you will find 29534 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/nasional/seorang-dokter-di-pusat-wabah-corona-italia-menceritakan-seperti-apa-kehidupan-di-rumah-sakit-sekarang/ […]

  2. my dieryDecember 27, 2024 at 2:56 pm

    … [Trackback]

    […] Information to that Topic: zonasatunews.com/nasional/seorang-dokter-di-pusat-wabah-corona-italia-menceritakan-seperti-apa-kehidupan-di-rumah-sakit-sekarang/ […]

  3. online chatJanuary 14, 2025 at 12:18 pm

    … [Trackback]

    […] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/nasional/seorang-dokter-di-pusat-wabah-corona-italia-menceritakan-seperti-apa-kehidupan-di-rumah-sakit-sekarang/ […]

Leave a Reply