Ditulis Ulang Oleh: Ir HM Djamil, MT
Haryanto yang kadang dipanggil Yanto atau Totok adalah bandar dadu. Kala itu Totok bersama dengan dua orang temannya mengadu nasip di desa ‘Lor kali’ yaitu desa seberang sungai di mana mereka tinggal.
Mereka berangkat ke Lor kali dengan menggunakan perahu getek yang mereka sewa dari desa ‘Kidul kali’.
Kebetulan sore itu desa Lor kali sedang mengadakan semacam perayaan setelah Pilkades yang biasanya pada perayaan semacam ini selalu ada permainan judi Dadu atau ‘Tet-tet an’ yang merupakan permainan judi masal.
Harjanto atau Totok bukan sembarangan bandar, dia sangat lihai memainkan mata dadunya, di kalangan para bandar, Haryanto dikenal sebagai bandar ilat-ilatan, karena pada cungkup penutup dadunya diberikan tambahan semacam lidah atau ilat dalam bahasa jawa.
Baca Juga:
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 1: Sholat di Gunung Pring
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 2: Jatuh Sakit
Dia tidak pernah mengocok mata dadunya seperti bandar yang lain, dia hanya mengumpulkan ketiga mata dadu kemudian menutupnya dengan cungkup, namun dia sangat bisa mengontrol nomer-nomer mana yang akan ditampilkan oleh mata dadu, tentu saja nomer yang dia keluarkan adalah nomer-nomer yang sedikit ditomboki.
Penjudi dadu yang lihaipun mengagumi teknik bandar ini sehingga banyak menimbulkan penasaran.
Tak terkecuali malam itu, dasaran atau kalangan Haryanto sangat ramai, sebab selain lihai memainkan mata dadu dia juga tidak serakah walaupun selalu menang, penggemarnya tidak selalu kalah, kadang dibuat menang sedikit, yang kalahpun juga tidak habis-habisan, tapi kalah sedikit, namun secara keseluruhan bandar ini selalu menang.
Umpama tidak ada aturan keramaian, mungkin kalangan Haryanto ini bisa ramai sampai subuh, tapi aturan di desa itu keramaian dibatasi hanya sampai jam setengah dua belas malam, sehingga suka tidak suka mereka harus bubar atau dibubarkan pamong desa.
Tengah malam seusai bubar perayaan mereka balik ke pinggir sungai ke tempat perahu getek mereka tambatkan.
Rupanya malam tadi terjadi hujan deras namun di tempat keramaian terang-terang saja, mungkin pawang hujannya cukup sakti untuk menolak hujan. Sehingga sungai agak meluap dan sialnya perahu getek raib dari tambatannya, entah hanyut entah diambil orang yang jelas telah raib walaupun mereka telah hilir mudik mencarinya.
“Lho..mas Paidi…mau kemana ?”… celetuk salah seorang teman Totok menyapa wali Paidi.
“Mmau pulang ke seberang… ini pingin cari tunutan getek sampeyan kok,”… jawab wali Paidi menghampiri mereka.
Haryanto nampaknya kurang senang dengan kehadiran wali Paidi, dengan penerangan sinar bulan yang tinggal separo Haryanto mengamati wali Paidi mulai kepala hingga kaki.
“Getek kami hilang mas… mungkin hanyut atau dicuri orang,”… sahut teman Totok yang tadi menyapa wali Paidi.
“Lalu bagaimana… masa nginep disini?.. Kalau mau mari pulang bareng saya,”… tawar wali Paidi pada mereka.
“Lewat mana.. mas,”… sahut dua orang dari mereka hampir bersamaan.
“Kita bersatu… bergandengan menghadap sungai.. begini,”… kata wali Paidi sambil menggandeng Haryanto dan diikuti oleh yang lain saling bergandengan…
“Selanjutnya kita pejamkan mata… dan berkata ..Bismillah..!”… demikian kata wali Paidi memberikan aba-aba….
“Sudah buka mata… dan saya tak kencing dulu di situ,”… kata wali Paidi melepaskan gandengan lalu pergi ke balik semak-semak, herannya mereka kok nurut saja.
Baca Juga:
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 3: Gagal di Alas Ketonggo
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 4: Santri Studi Banding
Posisi mereka tetap menghadap sungai dengan tangan masih bergandengan, lama wali Paidi tidak kembali, Haryanto berkomentar.
“Kita dikerjai oleh orang itu… saya curiga dengan dia, saya sering melihat orang ini.. kalau tombok ndak pernah meleset… hingga kalau kedatangan orang ini saya sengaja bubar dan biasanya sebentar lagi Polisi datang…. Jangan-jangan dia itu SP.. kemana dia tak hajarnya.”
“Tunggu dulu… itu kan getek kita… tapi kita dimana… tadi belakang kita kan sawah?”… tukas teman yang menyapa wali Paidi tadi.
“Hei… kita telah diseberang sungai… kampung ini saya kenal… rumah saya ndak jauh dari sini,”… kata teman satunya.
Haryanto masih belum sepenuhnya paham, dia perhatikan seberang sungai memang tak sama dengan pemandangan yang tadi, walau hanya dengan penerangan sinar bulan yang tinggal separo, tapi Haryanto jelas bisa membedakan antara pemandangan tadi dan sekarang. Diperhatikan sekelilingnya juga berbeda, tadi sawah sekarang rimbun dan tegalan.
Baca Juga:
Hati Haryanto melunak dan mulai mengagumi orang yang dianggap selalu mengganggu bisnisnya ini.
“Siapa orang tadi… saya mau meguru padanya,”… tanya Haryanto pada temannya.
“Meguru apa ?… dia itu orang alim kerjanya jualan minyak wangi di Pasar Besar… kamu mau meguru apa ?… mau ngaji ?”… tukas kawan yang kenal dengan wali Paidi.
“Korak-korak pasar aja sungkan sama orang ini… mau belajar apa kamu ?”.. sambungnya meragukan niatan Haryanto untuk meguru ke wali Paidi.
Keesokan harinya Haryanto sudah di Pasar Besar kira-kira jam setengah sebelasan, ia ndak mungkin bisa datang lebih pagi karena kebiasaan mbangkong.
Setelah tanya sana sini tentang pedagang minyak wangi Paidi, akhirnya menemukan lapak wali Paidi yang masih ada calon pembeli di lapak itu, walaupun tidak berjubel tapi calon pembeli kayaknya ndak putus-putus.
Setelah menjelang dhuhur wali Paidi seperti biasa menutup dagangannya dengan kain, meringkes uang yang ada di kotak dan pergi ke masjid seberang Pasar.
Sebelum wali Paidi keluar Pasar, Haryanto sudah mengejar dan menyapanya.
“Mas.. kenalkan nama saya Haryanto, namun orang sering memanggil saya Totok… saya sangat berterima kasih tadi malam telah sampeyan tolong menyeberangi sungai…”
Wali Paidi celingukan karena merasa tadi malam dia tidak kemana-mana bahkan bangun tahajudnya hampir setengah empat hanya empat roka’at sebelum tarhim berkumandang.
“Yaa nanti kita ngobrolnya setelah dhuhur aja mas.. sekarang mari bareng ke masjid situ.”
Haryanto walaupun berprofesi sebagai bandar Dadu tapi dia masih bisa sholat, walaupun jarang jarang sholat tapi dia masih runtut bisa mengikuti prosesi sholat dhuhur.
Haryanto menuju tempat wudhu sedang wali Paidi langsung melakukan sholat tahiyat masjid dan lainnya.
Setelah sholat dhuhur Haryanto undur dulu kebelakang untuk bisa mencegat wali Paidi.
Tak berapa lama setelah jama’ah dhuhur berangsur surut, Haryanto melihat wali Paidi masih sedang Sholat sunah. Tak lama setelah itu mereka sudah duduk di serambi depan masjid.
“Mas..saya mau berguru ke sampeyan… nama sampeyan mas Paidi kan ?… saya ini bandar dadu, dan kalau sampeyan datang.. saya segera menutup kalangan karena sampeyan kalau tombok titis… saya tahu sampeyan orang berilmu… oleh karena itu saya mau berguru ke sampeyan… laku apa yang harus saya lakoni saya manut,”… pinta Haryanto tanpa memberi kesempatan wali Paidi menyela.
Wali Paidi diam tak menjawab apa-apa, suasana menjadi hening sejenak kemudian wali Paidi menjawab.
“Sampeyan pergi kekota Jombang dan cari toko onderdil Mobil dan Sepeda motor ‘Yakusa’… sampeyan bawa Apel mbatu 3 biji, Wortel segar 3 biji dan Onde-onde 3 biji yang masih hangat… berikan pada penjaga tokonya agar diberikan ke Juragannya… setelah itu sampeyan tunggu.”
“Kapan mas ?”
“Kalau bisa sekarang…paling lambat besok sebelum dhuhur.”… jawab wali Paidi tegas.
Tidak ada keraguan dalam hati Haryanto karena yakin orang yang dihadapinya bukan orang sembarangan, dia juga tak berani menerjemahkan sandi yang diberikan oleh wali Paidi, ia berniat akan pasrah dan manut pada calon gurunya.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
บับเบิ้ลกันกระแทกNovember 21, 2024 at 6:43 pm
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-6-nyeberang-sungai/ […]
get tokensDecember 15, 2024 at 5:53 am
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-6-nyeberang-sungai/ […]
cam chatJanuary 2, 2025 at 9:18 pm
… [Trackback]
[…] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-6-nyeberang-sungai/ […]