Ditulis Ulang Oleh: Ir HM Djamil, MT
Hari ini wali Paidi berpenampilan lain dari biasanya, dia tampil gaul sekali, memakai sepatu, celana jeans, dan kaos lengan pendek, serta berkaca mata hitam.
Wali Paidi berangkat untuk memenuhi undangan kyai Mursyid dalam rangka tasyakuran perluasan usahanya dari toko onderdil menjadi ada bengkel servisnya sekali, baik sepeda motor maupun mobil.
Perluasan usaha ini perlu disyukuri karena beliau berhasil membeli toko sebelahnya yang dulu merupakan toko atau rumah makan milik orang Cina. Restoran itu dibongkar dan disulap menjadi bengkel.
Toko onderdil itu dulu adalah usaha Bbapaknya, yang kemudian diwariskan pada Kyai Mursyid. Pondok yang sekarang dikelola oleh Kyai Mursyid ini penghasilannya bukan melulu dari iuran santri, tapi dari usaha-usaha lain Kyainya, bahkan banyak yang nyantri di sana secara gratis.
Selain belajar ilmu agama, pondok Kyai Mursyid sejak jaman Abahnya dulu juga mengajari ilmu-ilmu praktis umum, misalnya kanuragan dan ilmu montir serta pertukangan dan juga ilmu bercocok tanam.
Sekitar jam 9 pagi wali Paidi sudah sampai di tempat undangan. Tampak terop mewah yang tidak begitu besar berada di depan toko, di bawah terop sudah berjajar rapi kursi yang terbungkus kain putih yang sebagian besar sudah terisi.
Di depan terop ada panggung kecil dan ada alat musik elekton tanpa pemain, namun sudah terdengar alunan musik barat slowrock pengisi suasana.
Luput dari perkiraan kebanyakan santri yang mengira akan disetel lagu-lagu kasidah dan yang unik, ada sebagian tamu berkostum santri tradisional; yaitu memakai sarung dan kopyahnya yang khas, sedang tamu lainnya berpakaian ala executive muda.
Memang kyai Mursyid sengaja mengundang seluruh pelaku bisnis teman-temannya baik dari dalam maupun luar kota.
Sengaja pembukaan usaha baru kyai Mursyid ini diseting seperti pembukaan usaha baru pada umumnya, tidak seperti acara yg biasa dilakukan seorang kyai di kalangan pesantren.
Wali Paidi tidak langsung duduk di tempat acara, tapi dia menuju dapur toko untuk mencari kopi. setelah dapat kopi wali Paidi duduk di pojok toko dan merokok.
Menunggu kedatangan mas kyai Mursyid, wali Paidi mengawasi semua temu yg datang, wali Paidi tersenyum kecil ketika melihat ke-kikuk-an para tamu yang memakai sarung itu.
Mereka tampak rikuh duduk dikelilingi para tamu yg berpenampilan beda dari mereka dan di tempat yg acaranya tidak mereka duga sebelumnya.
Datang gus Shodiq adik mas kyai Mursyid yang juga berpenampilan trendy menghampiri dan duduk di samping wali Paidi.
‘’Sudah lama kang..’,’ tanyanya sambil bersalaman…
‘’Gak, barusan aja belum habis satu roko’an,” jawab wali paidi.
Sebelum wali paidi bertanya soal tamu yang sarungan itu, gus Shodiq sudah menjelaskan tentang mereka.
‘’Anu kang..,sebenarnya kang Mursyid meminta bantuan kepada kyai Akhmad yang pondoknya dekat sini untuk meminjam enam orang santri – santri muda guna membantu bagian akomodasi… bagian angkat-angkat meja lah… tapi terjadi salah paham, ternyata yang dikirim kesini adalah senior santri thoriqoh mungkin dikiranya kang Mursyid mengadakan acara pengajian, jadinya ya seperti ini hehehe…,”…jelas adik Kyai Mursyid.
Gus Shodiq adalah adik kandung satu satunya dari Kyai Mursyid. Waktu wali Paidi mondok ke Abahnya, gus Shodiq ini masih kecil dan dia sengaja tidak diajari sendiri oleh Abahnya, tapi di pondok di daerah Rungkut Surabaya sambil sekolah umum.
Sekarang gus Shodiq ini sarjana Ekonomi Syariah dari Perguruan Tinggi di Surabaya, rencananya gus Shodiq ini yang akan mengendalikan semua amal usaha Pondok, sedang Kyai Mursyid akan konsentrasi mengembangkan pondok.
Namun untuk Pembukaan usaha ini sengaja beliau minta agar Kyai Mursyid yang membuka sekaligus mengenalkan gus Shodiq pada rekan-rekan usaha Kyai Mursyid.
Tidak lama kemudian datanglah kiai Mursyid dengan celana jeans baju batik lengan panjang tanpa kopyah yang biasa ia kenakan di pondok.
Kyai Mursyid datang bersama beberapa tamu kenalan beliau diantaranya ada beberapa cewek cantik berpakaian minim, mereka ini para SPG atau sales promotion girl yang didatangkan khusus untuk mengisi acara pembukaan tokonya ini.
Para tamu bertepuk tangan menyambut kedatangan kyai Mursyid ini, kecuali para tamu yang sarungan tadi, mereka hanya melongo dan terheran-heran melihat tingkah dan gaya kyai Mursyid ini.
Kyai Mursyid langsung naik Panggung, sedangkan para tamu yang bersamanya mengambil tempat duduknya masing-masing, termasuk cewek-cewek tadi yang kebetulan harus bersebelahan dengan para tamu sarungan.
Baca Juga:
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 6: Nyeberang Sungai
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 5: Melapor hasil Studi Banding
- Serial Wali Paidi (Bab 4): Periode Kewalian, Episode 4: Santri Studi Banding
Acaranya singkat padat tanpa ada protokoler pembukaan, dan tanpa ada do’a. Begitu naik panggung mas Kyai mengucapkan selamat datang dengan menyebut tamunya hampir satu persatu, kecuali beberapa cewek tadi disebut secara rombongan.
Setelah membaca Sholawat Nabi mas Kyai mohon do’a restu dari para tamu dan menyatakan mulai hari ini usaha bengkel itu dibuka.
Tanpa dikomando, hadirin pada tepuk tangan, setelah tepuk tangan reda, tanpa dikomando pula Cewek-cewek tadi berdiri menyalami tamu-tamu sambil membagi kartu-nama bengkel dan toko onderdil pada semua tamu tanpa terkecuali termasuk wali Paidi yang tidak duduk di kursipun diberi.
Setelah acara pembagian kartu-nama selesai, dari atas panggung Kyai Mursyid mempersilahkan tamunya untuk ‘Sarapan yang terlambat’ dan menutup acara dengan hiburan yang diiringi elekton serta penyanyi.
Musik mulai mengalun dan melantunkan beberap lagu baik barat maupun melayu. Yang menggemparkan adalah kang Mursyid tampil di panggung menyanyi lagu campur-sari, dan lebih menggemparkan lagi sales promotion girl yang tiga orang itu berjoget hingga memancing sebagian tamu untuk berjoget pula.
Wali Paidi hanya tersenyum melihat tingkah dan gaya kyai Mursyid dan membathin : “ada – ada saja kang kyai ini”.
Lebih mengagetkan lagi kyai Mursyid sambil nyanyi turun panggung dan menghampiri wali Paidi, selanjutnya menggandeng tangan wali Paidi, ditarik untuk ikut joget bersama.
Mengherankan, tatkala wali Paidi ikut Joget, Gerakan orang orang yang berjoget menjadi semacam gerakan senam, dan orang orang yang duduk termasuk enam orang santri juga ikut berdiri dan berjoget dengan gerakan seperti Gerakan senam yang gemulai.
Dan yang lebih mengherankan lagi suasananya seperti di dalam taman yang indah dengan bunga-bunga segar yang baunya harum semerbak mewangi.
Tak terasa waktu sudah hampir jam sebelas siang, gus Shodiq naik panggung menutup acara dan mengucapkan terimakasih pada para tamu, maka satu persatu tamu-tamu menuju panggung untuk memberikan selamat pada gus Shodiq seperti kemanten.
Sedang Kyai Mursyid memberi isyarat ke wali Paidi dan para santri untuk ikut dia menuju kantoran toko. Dalam kantor Kyai Mursyid membagikan amplop yang sudah disiapkan pada para santri sambil bertanya, “apa ada yang perlu didiskusikan dengan acara ini?” dengan maksud untuk menghindari fitnah, seorang santri mengacungkan tangan…
“Mengapa ketika mas ini maju berjoget, kita semua bisa ikut dan suasana nya seakan dalam taman yang indah?” katanya sambil mengarahkan jempolnya kearah wali Paidi.
“Ooh itu, tolong ceritakan Kyai Akhmad, dan kalau jawaban beliau antum kurang puas, yaa antum sekali-sekali sowan ke pondok beliau ini di daerah Mojokerto,” tukas Kyai Mursyid sambil tangannya menunjuk wali Paidi.
Para santri pamit pulang yang kali ini mereka menghampiri wali Paidi untuk mencium tangan beliau yang wali Paidi selalu menariknya.
Wali Paidi pun ikut pamit pulang, uang wali paidi sudah habis sama sekali, karena dikasihkan kepada santri-santri tadi sebagai uang kaget, kaget pada acara begini kok ada yang salah kotum.
Kyai Mursyid sebenarnya tahu kalau wali Paidi kehabisan uang tapi beliau malah menggodanya, ketika wali paidi pamitan.
“Kang.. sampeyan kok ngamal kayak Subakir,” kata Kyai Mursyid sambil tersenyum.
“Duwit sampeyan kan masih banyak, jadi aku gak usah nyangoni, garam ini aja sampeyan bawa…,” sambil menyerahkan sebungkus garam.
Memang sejak jaman Abahnya dulu garam adalah cenderamata pondok beliau, garam “suwuk” ini bisa digunakan untuk apa saja, mengobati penyakit dhohir maupun bathin, dan masih banyak kegunaan lainnya tinggal niatnya apa bagi yang menggunakannya.
Sebenarnya Gus Shodiq menawarkan untuk mengantar wali Paidi ke terminal tapi wali Paidi menolak.
“Biar saya jalan kaki saja sambil jalan-jalan menikmati pemandangan”.
Setelah bersalam-salaman wali Paidi pamit dan meneruskan berjalan ke arah terminal, dzikir selalu menyertai setiap langkahnya,.. ”Subhanallah, Alhamdulillah, wa laailaha illallah AllahuAkbar”.
Ketika wali Paidi melintasi jalan di pinggir alun-alun ada segerombolan anak muda mengawasi wali Paidi. Wali Paidi meneruskan langkahnya, sebenarnya wali Paidi tahu kalau sebentar lagi dia akan dicegat dan dipalak dimintai duwit.
EDITOR: REYNA
Related Posts
Dajjal, namanya terkenal, siapakah dia sebenarnya??
Yakjuj dan Makjuj, dimanakah mereka tinggal??
Allah Tahu Yang Terbaik Untukmu
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-276 TAMAT)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-275)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-274)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-273)
Agus: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-272)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-271)
Agus Mualif: Para Rasul Dalam Peradaban (Seri-270)
eubet vs LSM99 เว็บเข้าเล่นคาสิโนออนไลน์ ครบวงจรOctober 25, 2024 at 7:53 am
… [Trackback]
[…] Here you can find 10585 additional Info to that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-7-pesta-joget/ […]
thailand tattooNovember 29, 2024 at 8:04 am
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-7-pesta-joget/ […]
ฝาก 10 รับ 100January 4, 2025 at 11:58 am
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-7-pesta-joget/ […]
ติดเน็ตบ้าน AISJanuary 27, 2025 at 2:54 pm
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/religi/serial-wali-paidi-bab-4-periode-kewalian-episode-7-pesta-joget/ […]