Sinergi Alumni ITS, Tim Sapuangin Dan Anargya Menuju Kompetisi Dunia

Tidak hanya dalam kompetisi ini saja, tetapi juga dalam menjawab tantangan global. Masih banyak sektor-sektor di negri ini yang kurang dalam penerapan teknologi, salah satunya adalah agrobisnis (Pertanian, Perikanan , Perkebunan ), untuk mendukung tumbuhnya swasembada pangan–Rifqi Isnanda

Jakarta, Zonasatu News–Pada hari Jumat, 8 Maret 2019, Tim Sapuangin ITS dan Anargya berdiskusi dengan alumni ITS. Kali ini bertempat di sekretariat IKA ITS PW Jakarta Raya. Diskusi diikuti oleh ketua umumnya, Rifqi Isnanda, alumnus Teknik Mesin ITS 1987. Didampingi oleh beberapa alumni lainnya diantaranya Dzulfikar, alumnus Teknik Mesin angkatan 1997 dan Soni Fahruri, alumnus Teknik Sistem Perkapalan 1998. Bertempat di Plaza SUA Tebet.

Soni Fahruri menjelaskan, Tim ITS mengusung gagasan projek Anargya dan Sapuangin Formula SAE Japan, dan rencana sinergi antar tim ini kedepan. Dimulai dari Tim Anargya, yang memperkenalkan timnya sebagai generasi pertama dari Formula Electric di ITS yang punya tujuan akhir Formula Autonomous. Sedangkan Tim Sapuangin memperkenalkan mobil Formulanya yang sudah masuk Generasi ke-7.

“Dari kedua tim mempunyai visi yang sama yaitu dapat mengharumkan nama bangsa di kancah internasional, serta menuangkan ide maupun risetnya kepada Indonesia,” kata Soni Fahruri kepada zonasatunews.com, Sabtu (9/3).

Cak Rifqi ketua IKA ITS PWJR menyarankan agar sinergi ini bisa dikembangkan terus-menerus serta dapat diaplikasikan dalam kerjasama di berbagai bidang.

“Tidak hanya dalam kompetisi ini saja, tetapi juga dalam menjawab tantangan global. Masih banyak sektor-sektor di negri ini yang kurang dalam penerapan teknologi, salah satunya adalah agrobisnis (Pertanian, Perikanan , Perkebunan ), untuk mendukung tumbuhnya swasembada pangan,”  ujar Cak Rifqi.

Dz. Arifuddin menambahkan, agar sinergi antar tim formula ini dapat dikembangkan dengan tim ITS lainnya, terutama yang memiliki kesamaan kompetensi, riset dan pengembangan, segmen serta type perlombaan.

“Antar team teknik bisa saling berdiskusi, berbagi pengalaman dan membuat terobosan-terobosan untuk speed up progres dan pengembang yang menjadi fokus masing-masing. Apalagi beberapa team berlomba pada kelas dan segmen yang berbeda, meski dalam ajang dan kejuaraan yang sama,” jelas Arifuddin.

Kerjasama dalam pendanaan (sponsorship), media dan hubungan luar, sinergi dari berberapa team tersebut saling menguatkan dan memberikan high impact serta posisi tawar yang lebih tinggi dan menguntungkan bagi sponsor dan team terkait,

“Jadi, ada hal yang mesti disinergikan dengan team lain, tetapi ada juga yang memang harus fokus dijalankan sendiri-sendiri. Kembangkan berbagai alternatif yang menarik dan bervariasi,” lanjut Arifuddin.

Arifudiin berharap, kedepan riset semacam ini dapat berkelanjutan, meski berbeda dan berganti generasi. Tiap generasi harus bisa memberikan evaluasi yang menyeluruh, terutama mengukuhkan hal-hal yang sudah baik dan unggul untuk dipertahankan dan disempurnakan.

Adapun negatif list, kelemahan-kelemahannya bisa dicarikan alternatif solusi dan upaya perbaikannya. Sehingga data dan progress team semakin tahun semakin terrecord dan terkontrol.

“Ada milestone-milestone pencapaian dan point point pentting pencapaian. Ide dan riset yang dihasilkan dapat menjawab permasalahan yang ada, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional,” tandas Arifuddin.

Soni Fahruri, yang juga pendiri CENITS (Centre for Energy and Innovation Technology Studies), mengamini ide dan pemikiran Arifuddin. Sinergitas berbagai tim yang akan berkompetisi diberbagai level, sangat diperlukan. Apalagi, kata Soni, untuk berkompetisi diajang internasional yang membawa nama bangsa.

“Tim ITS sudah sering menjuarai even-even internasional. Tetapi pubikasinya masih minim. Sehingga prestasi ITS kurang dikenal masyarakat, khususnya masyarakat industri,” tegas Soni.

Soni dan Dz.Arifuddin, saat ini juga aktif membangun sinergi alumni ITS yang concern di bidang energi dalam wadah lembaga Think Tank bernama CENITS (Centre for Innovation Technology Studies). Anggota CENITS bervariasi dari latar belakang studi dan profesinya.

“Kami memandang justru berbagai background yang berbeda-beda ini merupakan kekuatan yang harus dirangkai, disinergikan sehingga saling memperkuat alumni ITS yang concern di sektor Energi,” jelas Soni

Mahdiyyah dan Naufal (Tim Anargya), serta Vito dan Dika (Tim Sapu Angin), menyatakan diskusi itu sangat bermanfaat dan membantu pihaknya dalam persiapan kompetisi internasional yang akan datang, baik menyangkut teknis maupun non teknis.

“Kami bertambah ilmu, pengalaman, dan itu memberikan motivasi besar kepada tim kami untuk selalu mengharumkan nama Indonesia di forum Internasional. Tim ITS sudah sering menjadi juara, tetapi masukan dalam diskusi ini semakin memantapkan kami dalam menatap kompetisi. Terima kasih kepada IKA ITS PW Jakarta Raya dan para alumni lainnya,” ungkap Mahdiyah mewakili rekan-rekannya.

Related Posts