Soeharto, Satu-satunya Jenderal TNI Yang 8 Kali Jadi Panglima

Soeharto, Satu-satunya Jenderal TNI Yang 8 Kali Jadi Panglima
Foto Orde Baru dimulai: Pelantikan Jenderal Soeharto dilantik sebagai pejabat presiden RI oleh ketua MPRS tanggal 12 Maret 1967 di Jakarta

JAKARTA – Nama Soeharto tak hanya tercatat sebagai Presiden kedua Republik Indonesia, tetapi juga sebagai satu-satunya jenderal TNI yang delapan kali menduduki jabatan panglima sebuah rekor yang belum tertandingi hingga kini. Dari medan tempur di Yogyakarta hingga pucuk pimpinan negara, perjalanan militer Soeharto adalah kisah tentang strategi, keberanian, dan naluri kepemimpinan yang luar biasa tajam.

Lahir di Dusun Kemusuk, Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921, Soeharto tumbuh di tengah perjuangan bangsa. Di masa pendudukan Jepang dan Belanda, ia menapaki karier militer dengan disiplin tinggi, hingga akhirnya dikenal di dunia internasional sebagai “The Smiling General”, jenderal yang tersenyum tenang bahkan dalam situasi paling genting.

Berikut delapan jabatan panglima yang pernah diemban Soeharto sepanjang hidupnya:

1. Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro (1956)

Karier militernya menanjak pesat setelah sukses memimpin Brigade X dalam Serangan Umum 1 Maret 1949, yang berhasil merebut Yogyakarta selama enam jam aksi yang mengguncang dunia dan menunjukkan eksistensi TNI.

Empat tahun kemudian, Soeharto menjabat Komandan Resimen Infanteri 15, dan pada 3 Juni 1956, diangkat sebagai Kepala Staf Panglima Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Tak lama, ia dipercaya menjadi Panglima Teritorium IV Diponegoro, dan naik pangkat menjadi Kolonel pada 1 Januari 1957.

2. Panglima Korps Tentara I Caduad (1961)

Setelah sempat tersandung kasus pungutan liar dan dicopot dari jabatan di Diponegoro, Soeharto bangkit kembali dengan penuh semangat.

Pada 1 Oktober 1961, ia ditunjuk sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum Angkatan Darat) cikal bakal Kostrad. Di sinilah karier Soeharto mulai kembali bersinar terang.

3. Panglima Komando Pertahanan Angkatan Darat (Kohanudad) (1961)

Di tahun yang sama, Soeharto juga merangkap jabatan sebagai Panglima Kohanudad, sembari mengemban misi diplomatik sebagai Atase Militer RI di Beograd, Paris, dan Bonn. Peran gandanya ini menandakan kepercayaan besar yang diberikan kepadanya oleh pimpinan Angkatan Darat.

4. Panglima Komando Mandala (1962)

Setelah Presiden Soekarno mencetuskan Trikora pada 19 Desember 1961, dibentuklah Komando Mandala di wilayah timur Indonesia. Brigjen Soeharto dipercaya memimpin operasi besar untuk membebaskan Irian Barat dari tangan Belanda.

Berkat kepemimpinannya, Indonesia berhasil merebut kembali Irian Barat tanpa perang besar, dan Soeharto pun naik pangkat menjadi Mayor Jenderal.

5. Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) (1963)

Pada 19 Februari 1963, Caduad resmi berubah menjadi Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat). Soeharto ditunjuk sebagai panglima pertama Kostrad berdasarkan Surat Keputusan Kasad No. KPTS 178/2/1963.

Inilah tonggak penting yang menjadikannya sosok sentral dalam strategi pertahanan Indonesia — posisi yang kelak menuntunnya ke puncak kekuasaan.

6. Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) (1965)

Pasca tragedi G30S/PKI, situasi negara kacau dan genting. Presiden Soekarno menunjuk Soeharto untuk memulihkan keamanan nasional.

Pada 3 Oktober 1965, Soeharto membentuk Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang ia pimpin langsung.

Dari sinilah pengaruh politiknya menguat pesat menjadi langkah awal menuju puncak kekuasaan.

7. Panglima Angkatan Darat (1965)

Setelah Jenderal Ahmad Yani gugur dalam peristiwa G30S, Soeharto dilantik menjadi Panglima Angkatan Darat pada 16 Oktober 1965. Jabatan ini menempatkannya di posisi paling strategis di TNI, memperkuat cengkeramannya dalam tubuh militer dan pemerintahan.

8. Panglima Tertinggi (1968)

Setelah MPRS menolak pertanggungjawaban Presiden Soekarno pada Maret 1967, Soeharto diangkat sebagai Pejabat Presiden RI. Setahun kemudian, pada 27 Maret 1968, ia resmi dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, dan secara otomatis menjadi Panglima Tertinggi ABRI.

Inilah puncak karier militer dan politik Soeharto dari prajurit muda di Yogyakarta hingga penguasa tertinggi negeri ini selama 32 tahun.

Soeharto bukan hanya bagian dari sejarah militer Indonesia, tetapi juga lambang transformasi dari seorang prajurit sederhana menjadi pemimpin negara dengan kekuatan yang luar biasa besar. Ia adalah sosok yang kontroversial, namun tak bisa dipungkiri jejak kepemimpinannya menorehkan bab penting dalam perjalanan bangsa.

EDITOR: REYNA

Last Day Views: 26,55 K