Oleh: Ridwan Saidi
(Budayawan, Sejarawan, Politisi Senior)
Sejak resolusi PBB tentang Perangi Islamophobia, sikap USA semakin jelas terhadap Islam. Masalah minoritas muslim Rohingya harus diselesaikan oleh pemerintah Myanmar kalau mereka tak berkehendak diisolasi terus.
Yang Dipertuan Agong Malaysia memilih Dato Anwar Ibrahim sebagai Prime Minister untuk akhiri sengketa politik Malaysia.
Ketika mahasiswa Anwar pernah memimpin Persatuan Kebangsaan Pelajar Islam Malaysia dan lepas ‘tu beliau membangkitkan ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia).
Menarik mengikuti tulisan Ayu Nitiraharjo tentang kisah politik di arena Munas KAHMI yang dapat dikaitkan dengan resolusi PBB perangi Islamophobi:
“Jokowi batalkan kedatangan pada Pembukaan Munas KAHMI XI di Palu, 25 November 2022. Pembatalan terjadi H – 2 atau sebelum acara”.
Kota Palu saksi kemeriahan Munas KAHMI XI. Presiden terjadwal hadir membuka acara tersebut. Presiden nyatakan kesediaanya.
Beberapa hari sebelum pembukaan perubahan terjadi saat H – 2 acara. Protokol presiden tiba di Palu dan rapat dengan panitia.
Dalam rapat protokol presiden meminta agar mencoret nama Anies Baswedan dari daftar undangan upacara pembukaan Munas. Mereka mengatakan bahwa Anies cukup diundang gala dinner saja, sebelum pembukaan Munas.
Protokol presiden mengatakan bahwa Anies bukan pengurus maka tidak perlu hadir upacara pembukaan yang dihadiri presiden.
Panitia galau. Pilihannya, menarik kembali undangan yang sudah terlanjur dikirim kepada Anies agar presiden bersedia hadir, atau tetap mengizinkan Anies hadir di pembukaan tapi konsekuensinya Presiden tidak hadir membuka Munas.
Pilihan yang sama-sama berat buat panitia.
Protokol Presiden sikapnya tegas: jika ingin Presiden hadir maka Anies tidak boleh ada di ruangan.
Panitia berunding dan hasilnya adalah memilih opsi kedua, yaitu undangan untuk Anies Baswedan hadir di pembukaan Munas tidak dibatalkan.
Konsekuensinya, Presiden yang sebelumnya berkomitmen hadir pun akhirnya membatalkan, digantikan Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin.
Peristiwa yang dialami Anies pernah dirasakan tokoh-tokoh penanda tangan Petisi 50 di jaman Orde Baru. Tapi kini politik kuasa tunggal global telah berubah. Kuasa tunggal mesti ada mitra untuk keseimbangan dunia. Dan mereka memilih Islam.
Sayang elit Indonesia tidak mengikuti perkembangan dunia. (RSaidi)
EDITOR: REYNA
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Api di Ujung Agustus (Seri 23) – Dua Api, Satu Malam
scuba in phuketNovember 14, 2024 at 10:12 pm
… [Trackback]
[…] Here you can find 37832 additional Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-463-politik-islam-globalist-berubah-kasus-teng/ […]
altogelDecember 4, 2024 at 6:54 am
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-463-politik-islam-globalist-berubah-kasus-teng/ […]
BAUJanuary 3, 2025 at 3:04 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-463-politik-islam-globalist-berubah-kasus-teng/ […]
great post to readFebruary 3, 2025 at 1:37 am
… [Trackback]
[…] Read More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/cabe-catetan-babe-463-politik-islam-globalist-berubah-kasus-teng/ […]