Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.
Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SERI-40
“Cling ….!”, HP Nur berkedip tanda ada pesan masuk. Nur mengambilnya dan mengeceknya, ternyata ada pesan WA yang baru masuk.
“Apakah saya boleh telpon ?”, bunyi pesan itu.
“Pakai WA saja karena Saya sedang memasak”, jawab Nur berusaha menghindar setelah melihat status pengirimnya.
“Saya mau pesan kue Bu, agar bisa menjelaskan lebih mantap”, responnya mendesak.
Nur berfikir sejenak, mempertimbangkan antara menerima atau menolaknya, “silahkan Pak”, responnya kemudian.
“Apa betul dengan Ibu Mujahid?”, suara laki-laki terdengar melalui WA call.
“Betul, Pak. Saya bicara dengan siapa, ya?”, tanya Nur dengan santun.
“Saya Rudy Setiadi. Orang memanggil saya Pak Rudy. Saya mau pesan kue kering bikinan Ibu”.
“Berapa banyak?”.
“Sementara 2 kilo dulu, untuk percobaan. Kalau cocok, nanti saya pesan secara rutin”.
“Apakah Pak Rudy mau ambil sendiri atau diantar?”, tanya Nur.
“Saya mohon diantar ke jalan Salak, No. 5, Monangmaning”.
“Apa di perumahan yang dekat Seme Pemecutan itu, Pak?”, tanya Nur untuk meyakinkan alamat yang diberikan.
“Betul, Bu.”
“Insyaallah, besok sore akan diantar pembantu Saya”.
“Begini, Bu. Kalau bisa, Ibu sendiri yang mengantarnya”, pinta Pak Rudy.
“Tapi Saya sibuk melayani pesanan, Pak”, jawab Nur yang berusaha menghindar dengan santun.
“Saya berencana mengirim kue Ibu ke Jawa untuk dijual lagi. Karena itu kalau cocok saya bisa ambil banyak dan rutin”, desak Pak Rudy.

Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
Nur diam sejenak. Keuntungan besar terbayang di kepalanya. Karena itu, Ia tidak ingin melepaskan peluang ini.
“Baiklah Pak. Besok Saya sendiri yang akan mengantarnya”, jawabnya.
Keesokan harinya dengan mengendarai sepeda motor, Nur datang ke alamat yang diberikan dengan menenteng dua bungkus kue kering. Ia menekan tombol bel yang ada di depan pagar rumah itu. Seorang pembantu membuka pintu bagian dalam rumah itu.
“Apa betul ini rumah Pak Rudy?”, tanya Nur kepada sang pembantu.
“Betul, Bu. Silahkan masuk!”, jawab perempuan tua itu sambil mempersilahkan.
Nur memperbaiki kerudung yang dikenakannya, melepas sandal, kemudian duduk di kursi tamu. Sementara pembantu itu kembali ke belakang.
“Kelihatannya cukup bonafit pemilik rumah ini”, pikir Nur dalam hati saat memperhatikan berbagai perabot yang terpajang. Sofa di ruang tamu cukup bagus. Sebuah lukisan besar bergambar burung-burung yang sedang bermain di taman tergantung di dinding. Sebuah sedan Accord warna silver diparkir di garasi depannya.
“Ibu Mujahid, ya?”, sapa laki-laki setengah baya yang keluar dari dalam dengan menggunakan piyama.
“Saya, Pak”, jawab Nur
“Kenalkan, saya Rudy”, sambil menyodorkan tangannya.
“Saya Nur Jannah, Pak”, jawab Nur sambil merapatkan kedua tangan ke dadanya sebagai cara sopan untuk menolak berjabatan tangan.
Bagi kebanyakan komunitas santri berjabat tangan dengan lawan jenis yang bukan muhrim diharamkan. Pak Rudy menarik kembali tangannya yang tidak disentuh Nur. Ia kemudian duduk di kursi tepat di depan Nur.
“Ternyata benar, masih muda dan cantik”, komentarnya menyanjung. Nur tidak mengerti siapa yang dipujinya.
“Ah, jangan-jangan Saya salah dengar”, pikir Nur dalam hati.
“Saya mengantar kue yang Bapak pesan”, kata Nur menutupi salah tingkahnya sambil meletakkan dua bungkusan yang dibawanya di meja.
“Oh, ya. Berapa Bu?”.
“Empat ratus ribu”.
Pak Rudy ke belakang sebentar, kemudian muncul lagi dengan menyodorkan uang seratus ribuan enam lembar. Nur menerima kemudian menghitungnya.
“Maaf, Pak. Ini lebih”, sambil menyodorkannya kembali dua lembar.
“Bawalah, Bu!”, pintanya.
“Hitung-hitung untuk perkenalan”, imbuhnya.
“Tapi ini terlalu banyak!”, kata Nur.
“Sudahlah. Ambil saja!”.
“Kalau begitu, terimakasih Pak”, jawab Nur dengan nada gembira sambil buru-buru pamitan.
Saat pulang, pikiran Nur terus terbayang gerak-gerik laki-laki yang baru dijumpainya itu. Cara memandangnya tidak lazim. Ia suka mencuri pandang pada bagian-bagian tubuhnya yang sensitif.
“Ah, jangan-jangan Aku GR saja”, pikir Nur berusaha segera melupakan semua peristiwa yang baru saja dialami.
Minggu berikutnya Pak Rudy menelpon kembali dan meminta diantarkan tiga kilo kue kering sambil mengingatkan agar Nur sendiri yang mengantarkannya.
“Duduk dulu lah, Bu. Sedang dibuatkan minum”, pinta Pak Rudy saat menerima kue yang disodorkan. Nur kemudian duduk dengan terpaksa.
“Sampai kapan Ibu bisa bertahan sendirian?”, komentar Pak Rudy seolah tidak membutuhkan jawaban. Nur tidak paham ke mana arah pertanyaan yang didengarnya. Karena itu Ia menegaskan,
“Maksud Bapak?”.
“Saya dengar Suami Ibu sedang ada masalah, sehingga dalam waktu lama tidak akan pulang”.
“Hmm, itu betul, Pak.”
“Saya mengalami hal yang serupa”, komentar Pak Rudy menimpali.
“Jadi Istri Bapak juga dipenjara?”, tanya Nur bersemangat.
“Tidak dipenjara. Tapi Ia pergi meninggalkan Saya”.
“Maksud Bapak pisahan, begitu?”.
“Ya, begitulah. Karena itu Saya sering merasa kesepian”, jawab Pak Rudy dengan nada nakal memancing sambil berdiri menghidupkan tape yang ada di ruang itu.
“Saya yakin Ibu juga mengalami hal yang sama, kan?”, lanjutnya.
Nur tidak menjawab. Ia hanya merunduk salah tingkah dengan wajah memerah. Ia merasa tersinggung dengan ucapan itu, tapi Ia berusaha menguasai diri.
“Maaf, Pak, Saya mau pamit”, kata Nur sambil berdiri.
“Sebentar, Bu, Saya ambilkan uangnya”, pinta Pak Rudy bergegas ke belakang.
Ia keluar sambil menyodorkan delapan lembar uang seratus ribuan.
“Pak, ini lebih”, kata Nur sambil mengembalikan kelebihannya dengan cara meletakkannya di meja.
“Bawalah, Bu. Itu rezeki Ibu”, sambil menyodorkan kembali uang yang diletakkan Nur. Dengan cekatan Nur menghindar dari kemungkinan untuk disentuhnya. Dan Nur pun segera pergi meninggalkan rumah itu.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-38): Sekolah Dengan Prihatin
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-39): Bantuan Dari hamba Allah
Sesudah menyelesaikan pekerjaan rutinnya, malam itu Nur duduk santai bersama Anak-anaknya di ruang tamu menikmati siaran televisi. HPnya berkedip tanda ada telpon masuk. Nur segera mengangkatnya dan Ketika melihat yang menelponnya Pak Rudi, Ia meletakkan kembali ke meja. Setelah lima menit telpon itu berkedip kembali dan Nur tidak menggubrisnya. Seteleh lima menit, telpon itu berkedip kembali untuk ketiga kalinya. Nur kemudian mengangkatnya.
“Apa Saya bisa bicara dengan Ibu Nur?”.
“Saya sendiri”, jawabnya berusaha tetap sopan.
“Saya mau pesan kue lagi ?”.
“Berapa kilo ?”, tanya Nur.
“Lima kilo”.
“Tapi Saya tidak bisa mengantarnya, nanti pembantu Saya yang akan mengirim”.
“Sudahlah, Bu. Saya mengerti kebutuhan Ibu. Kita kan bisa saling mengisi”, jawabnya.
Nur tidak bisa lagi mengendalikan emosinya,
“Maaf , ya Pak! Bapak perlu tahu, Saya ini bukan perempuan murahan!”, dengan nada tinggi.
“Maaf, Bu. Saya tidak bermaksud menempatkan Ibu sebagai perempuan murahan. Saya bisa memenuhi berbagai permintaan Ibu asal masih dalam kewajaran”, balas Pak Rudy dengan pura-pura bodoh dan nakal.
“Pak, tolong jangan hina Saya seperti itu! Saya memang perempuan miskin yang sedang susah, tapi Saya tidak serendah yang Bapak kira!”, jawab Nur sambil mematikan HPnya.
Air matanya terburai membasahi pipinya. Ia langsung berlari masuk ke kamar, kemudian membanting tubuhnya ke tempat tidur sambil tersedu menutup wajahnya dengan bantal. Hatinya terasa hancur bagai kaca dihantam batu besar yang jatuh dari langit. Anak-Anak yang menyaksikan kejadian itu hanya bengong saling pandang tak mengerti apa sebenarnya yang sedang terjadi.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-42):Konspirasi - Berita TerbaruFebruary 22, 2023 at 6:10 am
[…] Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-40): Godaan […]
iwiSeptember 24, 2023 at 9:12 pm
… [Trackback]
[…] Here you can find 96612 additional Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
kaws rocks | crumpets vape | guava gas strain |springfield farms carts | dmt vape uk | curepen legend og | mad river melts | buy dmt vape pen |kaws rocks weed | boutiq vapes |glo extracts | kaws weed | georgia pie strainOctober 5, 2023 at 5:27 am
… [Trackback]
[…] Find More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
สติ๊กเกอร์บาร์โค้ดDecember 9, 2023 at 8:21 am
… [Trackback]
[…] There you will find 8260 more Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
다시보기 사이트June 2, 2024 at 1:10 pm
… [Trackback]
[…] Here you can find 83500 more Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
בלוג אחסון אתריםJuly 21, 2024 at 7:20 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
shower room bangkokSeptember 12, 2024 at 7:54 am
… [Trackback]
[…] Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
cockSeptember 23, 2024 at 9:55 am
… [Trackback]
[…] Find More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
useful linkDecember 2, 2024 at 12:03 pm
… [Trackback]
[…] Here you will find 77608 more Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
ทดลองเล่นสล็อต PG SLOTJanuary 17, 2025 at 8:55 am
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]
pgslotJanuary 24, 2025 at 6:59 pm
… [Trackback]
[…] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-bara-seri-40-godaan/ […]