Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.
Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
SER-41
Beberapa kali shalat Jumat di Masjid Khusnul Khatimah di Penjara, Mujahid berusaha mengambil tempat duduk menjauh dari posisi Imam yang ditahan pada penjara yang sama sesuai sarannya. Tapi, hatinya terus bertanyatanya akan sikap anehnya yang tidak lazim itu. Dia tidak sepenuhnya memahami apa yang dimaksud Imam dengan peringatan “hati-hati” dan “ada yang mengawasi”.
Pada Jumat kelima Ia tidak kuasa membendung rasa penasarannya. Mujahid sengaja datang ke Masjid lebih awal dan menunggu di sudut belakang, agar dapat mengetahui dimana sahabatnya itu mengambil posisi. Saat Imam datang, Ia segera mendekat, kemudian mengambil tempat duduk di sebelahnya. Baru saja Ia duduk,
“Bagaimana rasanya setelah sebulan hidup di penjara ini?”, sapa Imam yang sudah lebih dulu sebagai penghuni tempat itu.
“Sangat menyiksa!”, jawab Mujahid singkat.
“Apa yang membuat Antum tersiksa?”, tanya Imam lagi.
“Berpisah dengan Anak dan Istri”.
“Yang lain?”, kejar Imam.
“Ana khawatir dengan masa depan Awladi”, jawab Mujahid sambil menatap ke atas dengan wajah cemas membayangkan wajah Anak-anaknya. Tampak wajahwajah mungil nan lucu itu seolah-olah sedang memanggil dirinya.

Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah
“Tidak ada jaminan anak-anak yang dibesarkan langsung oleh kedua orangtuanya akan menjadi anak yang baik dan sukses. Banyak anak yatim yang tumbuh tanpa orangtua justru menjadi anak yang saleh dan saleha. Tawakal lah, dan pandu mereka dengan doa”, komentar Imam dengan nada menasehati.
Mujahid hanya menunduk mendengarkan kalimatkalimat yang keluar dari bibir Imam. Perasaannya bercampur-aduk antara rindu dan usahanya untuk tetap tegar dalam menghadapi kesulitan dan siksaan batin sebagai risiko sebuah perjuangan. Ia tampak berusaha keras menahan air mata yang menggenang dan hampir menetes dari sudut matanya.
Menyadari suasana batin sahabatnya itu, Imam berhenti sejenak. Ia pun melanjutkan dengan nada menghibur, “kalau dibandingkan dengan hidup di luar penjara, menghirup udara bebas dan segar, apalagi kalau membayangkan kebahagiaan berkumpul dengan anak dan istri, maka Kita akan terus-menerus meratap. Tapi, kalau dibanding dengan apa yang dialami oleh saudara-saudara Kita di Penjara Bagram di Afghanistan, Abu Graib di Irak dan Guantanamo di Kuba, maka Kita akan merasa kehidupan di penjara ini sangat nyaman. Di sana bukan saja secara fisik mereka disiksa, mental mereka juga dirusak. Lebih dari semua itu, harga diri mereka dihinakan dan direndahkan bagai hewan”, kata Imam dengan nada meninggi sambil mengepalkan tangannya dengan geram.
Dengan nada pelan Imam melanjutkan, “masalah Anak-anak, tawakal lah kepada Allah. Ia akan menjaga mereka sebagaimana Ia menjaga anak-anak burung untuk mendapatkan makanan yang diperlukan dan perlindungan dari hewan-hewan buas yang lebih besar atau dari ancaman ganasnya alam. Bimbinglah mereka dengan doa! Teguhkan hati Antum! Insyaalah, kehidupan yang Kita jalani seperti ini akan dinilai sebagai ibadah di sisi-Nya”.
Mujahid menunduk malu mendengar nasehat juniornya itu. Sebetulnya Ia paham semua nasehat yang didengarnya, tapi hatinya sering goyah. Ia memerlukan kalimat-kalimat itu dari Imam sekadar untuk menguatkan batinnya.
“O ya, Ana penasaran dengan sikap Antum yang sangat aneh selama di tahanan”, kata Mujahid tanpa menolehkan wajah.
“Maksud Antum sikap Ana yang hati-hati?”, tegas Imam sambil menoleh ke Kiri dan ke Kanan.
“Na’am”, jawab Mujahid sambil menganggukkan kepalanya.
“Ana curiga. Tampaknya ada intel yang sengaja dikirim ke dalam penjara ini untuk mengawasi kita”.
“Yang mana yang Antum curigai?”.
“Kalau dengan si Ompong tidak ada masalah, tapi hati-hati dengan si Perlente!”, nasehat Imam pada Mujahid.
“Kenapa Antum mencurigainya?”.
“Ana sudah menyelidikinya. Ia baru bertugas di sini sejak teman-teman Kita ditahan”.
“Ada data lain?”, kejar Mujahid belum yakin.
“Ada. Dia petugas yang paling ramah. Kalau ada masalah dengan kawan kawan dengan para petugas, Ia selalu membela Kita”.
“Hanya itu?”, tanya Mujahid lagi.
“Yang paling mencurigakan, Ia selalu menawari teman-teman untuk menelpon tanpa mau menerima imbalan. Sementara, fasilitas serupa tidak diberikan kepada tahanan-tahanan kasus kriminal. Bukan mustahil pembicaraan kita disadap”, jawab Imam mantap.
Mujahid terdiam, kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya sekadar untuk menyenangkan rekannya itu. Ia menganggap Imam seringkali mendramatisir suatu peristiwa atau berlebihan dalam menganalisa keadaan.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-39): Bantuan Dari hamba Allah
- Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara” (Seri-40): Godaan
“O ya, kalau tidak keberatan Ana juga ingin tahu, apa yang sebenarnya terjadi, hingga Kita sampai berada di tempat ini?”, tanya Mujahid memindahkan topik pembicaraan. Tampaknya cukup lama pertanyaan ini dipendamnya. Ia berniat untuk menanyakan kepada Imam, tapi waktu yang dianggap tepat tak kunjung datang.
“Maksudnya?”, tanya Imam tak paham.
“Setelah kembali dari Afghan, Ana tidak lagi mengikuti perkembangan. Praktis putus komunikasi dengan kawankawan”.
“Begini”, jawab Imam dengan suara pelan sambil memperbaiki posisi duduknya tanpa menoleh.
“Sebelum menjawab pertanyaan itu, Ana akan jelaskan dahulu”, tampak wajah Imam sangat bergairah.
“Saat Amerika membantu saudara-saudara Kita memerangi Uni Soviet di Afghanistan, ternyata tidak seperti yang Kita bayangkan dahulu”.
“Maksudnya?”.
“Kita mengira Amerika dan sekutunya membantu para Mujahidin semata-mata karena tidak ingin pesaingnya Uni Soviet menjadi lebih kuat dengan menduduki sekaligus mengendalikan Afghanistan, sehingga membahayakan posisi blok Kapitalis yang dipimpinnya. Walau Kita memiliki alasan berbeda, tapi Kita punya tujuan paralel, yaitu mengusir Komunis dari negara-negara Muslim, sehingga Kita bisa berkoalisi dengan mereka. Tapi ternyata mereka punya motivasi lebih dari itu”.
“Apa yang Antum maksud motivasi lebih dari itu?”.
“Para penguasa Amerika berambisi membangun imperium yang kekuasaannya melingkupi seluruh dunia ini. Karena itu tidak boleh ada kekuasaan lain yang berpotensi untuk mengganggu ambisinya itu. Sebenarnya ia juga menempatkan Umat Islam sebagai penghalang atas ambisinya itu, tapi mereka tidak mungkin menghabisi dua lawan sekaligus. Itu sebabnya, ia meminjam dulu tangan Kita untuk menaklukkan lawan beratnya yang saat itu menjadi prioritas. Setelah Uni Soviet bubar, kini giliran dunia Islam yang menjadi target”.
“Apakah sesadis itu?”, tanya Mujahid dengan nada ragu.
“Antum perlu tahu, Ana punya data valid. Tahun 1986 Kepala CIA, William Casey, memutuskan untuk meningkatkan perang melawan Uni Soviet dengan tiga cara: Pertama, mempersenjatai Mujahidin Afghanistan dengan roket jinjing Stinger dan memberi mereka pendidikan dan bantuan lain untuk keperluan perang gerilya. Kedua, bekerja sama dengan dinas rahasia Pakistan ISI dan dinas rahasia Inggris MI-6, untuk melakukan operasi-operasi rahasia. Ketiga, CIA bersama ISI melakukan
rekrutmen pejuang-pejuang jihad dari seluruh dunia Islam dengan dukungan dana Saudi Arabia, kemudian melatihnya di kamp-kamp yang dibuat di sepanjang perbatasan Pakistan-Afghanistan. Pejuang-pejuang dari Timur-Tengah menyebut kamp-kamp ini dengan nama markaz atau mu’asykar. Markaz berarti markas atau pusat komando, sedangkan mu’asykar berarti tempat latihan kemiliteran atau tempat menjadi tentara. Sampai tahun 1992, setidaknya ada sekitar 35.000 pejuang yang datang dari 43 negara Islam yang kemudian menjadi bagian dari Mujahidin Afghanistan. Dalam konteks mendatangkan para pejuang dari Dunia Arab inilah Osama bin Laden sangat berjasa. Ia menjadi figur yang menghubungkan kepentingan Saudi Arabia dan Amerika. Ia dinilai sangat sukses menjalankan tugasnya. Sementara puluhan ribu lagi difasilitasi untuk mendapatkan pendidikan di sekolahsekolah agama di Pakistan yang dalam bahasa setempat disebut madrasah atau Ma’had. Secara politik madrasah atau Ma’had mendukung perjuangan Afghanistan melawan Uni Soviet. Lewat guru-guru mereka, santri-santri ini setiap saat dapat menjelma menjadi milisi. Dan secara keseluruhan jumlahnya melebihi 100.000 orang. Uni Soviet kemudian terperangkap di Afghanistan. Mereka harus menelan kekalahan memalukan. Bahkan, akibat lebih jauh dapat dikatakan bahwa Afghanistan menjadi penyebab utama bubarnya Uni Soviet, di samping tentunya persoalan ekonomi dan kerusakan moral para pimpinan di semua tingkatan. Setelah hanya tinggal Rusia yang tak bergigi lagi, giliran dunia Islam harus dilumpuhkan. Para Mujahidin yang dulu direkrut, dibina, kemudian bahu-membahu memrangi Uni Soviet, kini diburu dengan tuduhan teroris. Begitu juga Osama yang tadinya dianggap pahlawan berubah menjadi target operasi.
Sejak awal Ana sudah curiga bahwa Amerika tidak akan berhenti hanya menaklukkan Afghanistan. Kini kecurigaan itu menjadi nyata. Irak menjadi sasaran berikutnya. Jika urusan dengan Irak dianggap selesai, maka yang menjadi giliran berikutnya adalah Suriah, Iran, atau Sudan. Rencana itu tertunda karena mereka kewalahan menghadapi para pejuang Irak yang ingin mengusir para penjajah dari tanah airnya. Hal yang sama sekali tidak diperhitungkan dan tidak mereka duga. Mereka mengira menaklukan Irak semudah mereka menaklukan Afghanistan. Amerika selalu mencaricari pembenar atas tindakan-tindakannya yang melanggar norma-norma yang disepakati dunia internasional. Afghanistan diserang katanya untuk mengejar Osama bin Laden dengan al-Qaedanya. Irak harus dilumpuhkan karena senjata pemusnah massal yang tidak terbukti. Lalu, sekarang Iran dibidik dengan tuduhan mau membuat senjata nuklir. Sedangkan Suriah dituduh mendukung para teroris Irak. Sementara pemerintah Sudan di Khartoum dipojokkan dengan tuduhan tidak bisa mengendalikan milisi yang menindas penduduk minoritas di sana”.
“Bukankah benar Iran sedang membangun reaktor nuklir?”, Mujahid menyela.
Imam menghela nafas, kemudian menjawab, “Mereka sedang mengembangkan teknologi nuklir untuk keperluan pembangkit listrik, pengembangan pertanian dan peternakan, serta pengobatan manusia. Jangan lupa, Iran menandatangani perjanjian Non Proliferation Treaty yang sering disingkat NPT, yaitu sebuah perjanjian untuk negara-negara yang mengembangkan teknologi nuklir untuk tujuan damai. Mereka diawasi secara ketat oleh sebuah badan di bawah PBB yang disebut IAEA sehingga kemampuannya tidak dibelokkan untuk membuat senjata. Kalaupun benar Iran punya maksud tersembunyi untuk tujuan pembuatan senjata, mereka memerlukan waktu lama. Sementara Israel yang jauh lebih maju, bahkan menurut Mordechai Vanunu, salah seorang ahli nuklir Israel yang mbalelo karena panggilan hati nurani, Negara
Zionis ini sudah memiliki lebih dari seratus bom nuklir yang siap digunakan setiap saat. Kenapa tidak pernah dipersoalkan! Bahkan, Amerika selalu menggunakan hak vetonya untuk mencegah masalah ini dibawa ke PBB. Sungguh sebuah ketidakadilan yang dipertontonkan tanp rasa malu. Amerika sendiri menimbun berbagai senjata pemusnah massal termasuk bom nuklir yang jumlahnya lebih besar dari negara mana pun. Bahkan, sampai saat ini Amerika terus mengembangkan senjata pemusnah massalnya. Kalau Amerika konsisten, mestinya mereka menghancurkan lebih dahulu senjata nuklir dan senjata pemusnah massal miliknya, baru kemudian melarang negara lain untuk memilikinya.”
“Tapi bagaimana menjelaskan fakta bahwa tidak semua negara Islam dimusuhi Amerika?”, tanya Mujahid yang berusaha mengorek uraian logis lebih jauh dari Imam.
“Mereka tidak mungkin menghabisi semua negara Islam sekaligus. Jadi, mereka akan ditundukkan satu per satu. Negara-negara Islam yang mau membebek akan dirangkul dan dibantu untuk sementara. Sedangkan mereka yang tidak mau mengekor akan menjadi prioritas target operasi. Menurut Dr. Muhammad Imarah dalam bukunya, al-Gharb wa al-islam: Aina al-Khata wa Aina ash-Shawab, obsesi Amerika dan sekutunya untuk “mem-Baratkan” Dunia Islam dengan cara halus telah gagal. Karena itu, kini mereka melakukannya dengan cara paksa atau dengan kekuatan senjata. Mereka ingin Kita mengikuti budaya Barat sekuler yang meterialis dan hedonis. Kalau mengikuti teori ini maka “terorisme” hanyalah sebuah bungkus yang digunakan untuk mengelabui Dunia Islam sekaligus menyembunyikan maksud sebenarnya agar Dunia Islam
akan dengan mudah dipecah-belah, lalu dikuasai satu per satu. Menurut Galtung, Amerika dan Israel sejak lama membajak Palestina. Sungguh dunia tidak adil!.
Amerika dan negara-negara Barat sejak dulu adalah bangsa penjajah. Apa yang dipraktikannya saat ini hanyalah penegasan bahwa mereka tidak berubah, masih tetap seperti yang dulu. Kalau dulu, mereka datang untuk mengambil paksa kayu, rempah-rempah dan hasil bumi lainnya. Mereka menjadikan negeri-negeri Muslim sebagai koloninya. Mereka merasa berhak untuk memerintah dan memaksakan gaya hidup dan kebiasaan-kebiasaan mereka. Ketika nenek moyang Kita mencoba mempertahankan hak-haknya, menolak kebiasaan-kebiasaan buruk mereka, kemudian melawan, mereka menyebutnya sebagai pemberontak. Mereka dibantai dengan sadis. Kadangkadang tidak pandang bulu; perempuan, anak-anak dan orang tua yang tidak berdosa sering menjadi sasaran kebrutalan mereka oleh sebab yang tidak jelas. Sekarang mereka datang lagi untuk tujuan yang sama. Hanya saja yang mereka cari berbeda. Kini mereka mencari minyak, gas bumi, emas, perak dan tembaga. Sadarkah Antum bahwa yang dulu mereka tuduh sebagai pemberontak itu lah yang kini kita sebut sebagai para pahlawan, Kita kenang jasa-jasanya, Kita sanjung namanya. Wajah-wajah mereka kini Kita abadikan dalam bentuk potret, lukisan atau patung yang menghiasi berbagai bangunan pemerintah dan taman-taman kota. Sebetulnya kini mereka sedang melakukan hal serupa. Hanya saja julukan yang merek berikan berbeda, yaitu “teroris”. Apa yang berbeda? Apa yang berubah? Tidak ada! Kecuali benda yang mereka cari dan cara yang mereka gunakan lebih canggih.
Lebih irosnis lagi, mereka bicara tentang Hak Asasi Manusia. Mereka hendak mengajari Kita tentang hak-hak suci yang dimiliki oleh setiap orang, yang harus dihargai dan dilindungi. Bibir mereka manis, namun pada saat yang sama tangan kasar mereka terus-menerus dilumuri dengan darah saudara-saudara Kita. Mereka pura-pura lupa atas berbagai kekejaman yang pernah mereka lakukan terhadap negara-negara Muslim. Tahukan Antum, berapa puluh ribu anak-anak dan perempuan yang tidak
berdosa kehilangan nyawa atau cacat seumur hidup di Afghanistan dan Irak? Kerusakan yang dialami Bagdad saat ini hanya bisa dibandingkan dengan kehancurannya saat pasukan Mongol di bawah komando Hulagu Khan putra Genghis Khan pada abad ke-13 yang meluluhlantakkan kota yang dibangun Dinasti Abbasiah ini, kota yang sangat dibanggakan Umat Islam. Serangan bangsa Mongol ini sampai kini masih diratapi Umat Islam. Dan jangan lupa, mereka masih mengintimidasi Indonesia. Kita dituduh melanggar HAM berat di Tim-Tim. Padahal, dibanding apa yang Amerika lakukan di Vietnam, Afghanistan dan Irak, apa yang terjadi di Tim-Tim tidak seberapa!.
Sekarang baru Ana mau menjawab pertanyaan Antum. Apa yang terjadi di Bali? Terus terang, Ana ragu bahwa kawan-kawan memiliki kemampuan untuk membuat bom dengan daya ledak sedahsyat itu. Ana curiga bahwa Kita disusupi. Ada orang-orang yang membantu sekaligus membuat Kita terjerembab. Orang-orang tertentu seperti selalu berhasil meloloskan diri, sementara yang lain begitu mudah tertangkap. Orang-orang tertentu mendapatkan hukuman ringan atau tidak dihukum sama sekali, tapi orang seperti Antum yang tidak bersalah atau kesalahannya kecil sekali harus menerima hukuman sangat berat, namun, walau tahu banyak, tapi Ana tidak tahu semuanya”.
Tiba-tiba terdengar suara khatib memberikan salam dari mimbar tanda dimulainya ibadah Jumat. Imam kemudian menghentikan kuliahnya dan segera berkonsentrasi mendengarkan khutbah yang dibacakan khatib dari mimbar. Mujahid juga segera mengikutinya.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ
Related Posts
Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik
Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata
Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi
Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja
Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana
Api di Ujung Agustus (Seri 25) – Garuda Hitam Membara
Api di Ujung Agustus (Seri 24) – Kartu As Gema
ammoSeptember 24, 2023 at 12:30 pm
… [Trackback]
[…] Find More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
bonanza178December 10, 2023 at 1:24 am
… [Trackback]
[…] There you can find 15274 more Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
DevOps servicesMarch 28, 2024 at 6:32 am
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
ผนังกันดินเชียงใหม่July 2, 2024 at 5:42 am
… [Trackback]
[…] Find More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
ทรรศนะบอลJuly 2, 2024 at 8:14 pm
… [Trackback]
[…] Here you will find 86789 more Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
phim sexJuly 20, 2024 at 1:54 pm
… [Trackback]
[…] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
รับจำนำรถAugust 1, 2024 at 11:42 am
… [Trackback]
[…] Find More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
discord botnet serviceAugust 18, 2024 at 7:55 pm
… [Trackback]
[…] Here you will find 56960 more Info to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
steenslagfolieAugust 20, 2024 at 1:55 am
… [Trackback]
[…] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]
dultogel 4d loginSeptember 21, 2024 at 9:46 pm
… [Trackback]
[…] Find More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-bersujud-diatas-baraseri-41-kuliah-politik/ […]