Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-47): Testimoni

Tulisan berseri ini diambil dari Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini.

Novel “Bersujud Ditas Bara” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata, dengan latar belakang Perang Afghanistan tahun 1979- 1989. Pada saat itu, di tingkat global bertarung antara dua super power, Amerika dan sekutunya NATO didukung oleh sejumlah negara Muslim, bertempur melawan Uni Soviet yang didukung Pakta Warsawa. Sementara di medan laga terjadi pertarungan antara Rezim Boneka Afghanistan dukungan Uni Soviet melawan Mujahidin yang didukung oleh Amerika dan sekutunya.

Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

SERI-47

Matahari baru saja meninggi diiringi udara pagi yang mulai berubah sedikit demi sedikit menjadi panas. Si Ompong dan sejumlah pegawai Rutan berdatangan mengisi buku absen lalu menuju ke tempatnya masing-masing menggantikan penjaga malam yang mulai berkemas pulang. Sebentar-sebentar Ia melihat jam dinding yang dirasa sangat lamban bergerak. Begitu jarum pendek melampaui angka sembilan dan jarum panjang berada pada posisi sembilan, tangan Kanannya menyambar radio kecil, sementara dua jari Kirinya menjepit rokok yang sedang menyala. Sambil bersiul riang Ia berjalan melenggang ke sel Mujahid. Sesampainya di depan sel itu, dengan wajah acuh Ia ngegelosor santai sambil menyetel Radio Elshinta yang menyiarkan secara langsung pengadilan putaran kelima Ustad Zakfar.

Penyiar memberitahu para pendengar bahwa tidak seperti pengadilan-pengadilan sebelumnya, pengadilan kali ini menyedot pengunjung dua kali lipat. Para wartawan cetak maupun elektronik juga nampak bejubel. Beberapa pengamat politik dan ahli hukum juga diminta memberikan komentar dan analisa tentang kemungkinan pernyataan dua orang Saksi yang dihadirkan oleh Pembela siang itu, serta implikasinya terhadap keputusan Hakim. Yang lebih seru, beberapa stasiun televisi swasta membuat siaran langsung, bahkan memberikan kesempatan para pemirsa untuk memberikan opini atau tanggapan atas jalannya persidangan Ustaz Zakfar itu.

Pengadilan terhadap Ustaz Zakfar memasuki tahapan testimoni. Dua orang saksi dihadirkan untuk memberikan kesaksian di hadapan Hakim yang akan menentukan apakah sang terdakwa bersalah atau tidak. Kalau sebelumnya Jaksa Penuntut Umum mengajukan saksi-saksi yang memberatkannya, kini Pembelanya mengajukan saksisaksi yang diharapkan akan meringankannya. Dua orang Saksi diajukan oleh pengacara Ustaz Zakfar. Pertama, Buya Malik Ibrahim yang akrab dipanggil Buya. Buya memimpin sebuah organisasi Islam yang sangat besar bernama Amar ma’ruf Nahi Mungkar. Sebagai pribadi, beliau dikenal sebagai sosok idealis, selalu berpihak pada kebenaran dan suka berterus-terang, sehingga di mata tokoh-tokoh masyarakat dan di depan publik kredibilitasnya sangat tinggi. Kedua, John Burks yang sering dipanggil dengan bagian nama terakhirnya Mr. Burks. Burks adalah orang Amerika asli berkulit putih yang pernah bekerja sebagai penerjemah Bahasa Indonesia di departemen Luar Negeri Amerika Serikat. Kini, Mr. Burks aktif di Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang beroperasi di Kalimantan.

Cover Novel “Bersujud di Atas Bara” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah

Setelah disumpah menurut agama Islam, Buya diminta Majelis Hakim untuk menyampaikan apa yang Ia tahu.

“Saya didatangi Dubes AS di kantor Saya di Menteng. Beliau meminta bantuan Saya untuk menghubungi sejumlah pejabat Indonesia agar Ustaz Zakfar tetap ditahan. Beliau berusaha meyakinkan Saya bahwa Ustaz adalah orang yang sangat berbahaya, karena beliau, katanya, berada di balik berbagai peristiwa peledakan dan kegiatan terorisme di Tanah Air. Secara halus Saya menolak, dan Saya meragukan data-data yang Pak Dubes berikan, karena Saya punya sumber-sumber sendiri yang Saya yakini akurasinya”. Katanya dengan suara tegas penuh percaya diri. Pernyataan Buya disyambut gemuruh tepuk tangan pengunjung yang hadir di ruang sidang.

Berikutnya giliran Mr. Burks. Bagi Mujahid nama Buya sudah tidak asing lagi dan Ia sudah bisa menduga sikap yang diambilnya. Tapi Burks, baru pertama kali Ia mendengar nama itu. Sikapnya pasti akan menguntungkan Ustaz, kalau tidak untuk apa Ia dihadirkan oleh pembelanya. Apalagi, Ia didatangkan dari negaranya secara khusus untuk acara ini. Tapi, bagaimana Ia membela Ustaz dan informasi apa yang akan Ia sampaikan? Hal ini membuat Mujahid semakin penasaran untuk segera mengetahuinya.

Setelah disumpah sesuai agama yang diyakininya, Mr. Burks diminta untuk menjelaskan apa yang Ia ketahui tentang Ustaz Zakfar.

“Anda betul-betul kenal Ustaz Zakfar?”, kata salah seorang Jaksa berusaha meyakinkan pengunjung.

“Tidak”, jawab Burks tegas.

“Lalu?”.

“Saya pertama kali mendengar namanya saat pembicaraan khusus antara Presiden Amerika George Burn dan Presiden Indonesia Megasari di Gedung Putih”.

“Berapa kali nama Ustaz disebut oleh Mr. Burn?”, tanya Mohammad Sahab, pembela Ustaz.

“Banyak sekali”.

“Apa yang saudara ingat dari pembicaraan itu?”.

“Ustaz Zakfar dikait-kaitkan dengan al-Qaeda”.

“Apa ada permintaan khusus dari Presiden Burn kepada Presiden Megasari?”.

“Permintaan dari Mr. Burn dIsampaikan saat ada pertemuan di kediaman Megasari”.

“Bagaimana ceritanya?”.

“Ceritanya berawal dari telepon yang berasal dari Mike Amstrong. Amstrong dikenal sebagai pakar tentang Indonesia di Dewan Keamanan Nasional. Saya mengenalnya cukup baik. Saya diminta untuk menemuinya. Sesuai dengan tempat dan waktu yang diberikan, Saya datang. Saat itu Ia ditemani oleh seorang perempuan yang akan berangkat ke Jakarta membawa tugas negara. Setibanya di Jakarta, Kami berdua diantar oleh Dubes Amerika berkunjung ke rumah Presiden Megasari. Oleh Pak Dubes, perempuan itu diperkenalkan sebagai utusan
khusus Presiden Burn. Belakangan baru Saya tahu bahwa Ia sebenarnya seorang agen rahasia CIA”.

Baca Juga:

• Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-45): Pertanyaan Terpendam
• Novel Muhammad Najib, “Bersujud Diatas Bara”(Seri-46): Sidang Dagelan

“Apa yang menarik menurut anda dalam pembicaraan dengan Megasari?”.

“Dia bilang, AS minta Indonesia agar menyerahkan Ustaz Zakfar”.

“Katanya Ustaz Zakfar dalam posisinya sebagai pimpinan MI atau Muslimin Indonesia merupakan otak di balik bom Natal tahun 2001”.

“Lalu bagaimana reaksi Megasari?”.

“Ustaz Zakfar itu merupakan tokoh terkenal yang sangat dihormati umat Islam Indonesia. Menyerahkannya kepada AS, meskipun secara diam-diam, akan menimbulkan kemarahan yang dapat melahirkan instabilitas politik dan agama yang tidak Ia inginkan”.

“Apa pendapat saudara dengan jawaban itu?”.

“Saya kagum karena Ia berani menolak meskipun dengan cara yang sangat halus dan santun. Lebih dari itu, penolakannya juga bisa mengundang resiko”.

“Maksudnya mengundang resiko ?”.

“Betapa banyaknya kepala negara yang digulingkan Washington melalui operasi intelijen karena dianggap tidak kooperatif”.

“Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu Akbar!”, terdengar suara takbir bergemuruh di ruang sidang bagai kekuatan badai dan gelombang yang menyatu hendak menjebol dinding pengadilan siang itu.

(Bersambung…..)

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana 
Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ

Related Posts