Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-12): Kemunafikan Global

Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-12): Kemunafikan Global
Dr Muhammad Najib, Dubes Indonesia Untuk Spanyol dan UNWTO, bersama isteri

Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689

Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air. 

Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO

Cover Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah. 

SERI-11

Kemunafikan global

“Kapan sampai?”, sapa Azam begitu melihatku sudah kembali ke Berlin.

“Kemarin”, kataku sambil menikmati siskebab.

“Aku juga minta siskebab”, katanya dalam bahasa Jerman kepada Mustafa, si pelayan restoran, sambil menarik sebuah kursi dan duduk di depanku.

“Apa yang menarik yang Antum lihat di negeriku?”, tanyanya sambil menatap serius wajahku.

“Apa ya!”, Aku coba mengingat-ingat apa saja yang kulihat sambil terus mengunyah makanan kesukaanku. Ia terus memerhatikan wajahku dengan sabar sambil tersenyum ringan.

“Ya Rafiqi”, komentarnya dengan nada tak sabar.

Rafiq berarti sahabat dekat. Kalau ditambah huruf “i” di belakangnya artinya menjadi sahabat dekatku. Ia sering memanggilku dengan sebutan itu. Tapi, terkadang Ia juga memanggilku akhi yang berarti saudaraku.

“Jurang pemisah antara orang Palestina yang miskin dengan orang Israel yang kaya sangat kentara”, jawabku.

“Yang lain?”, kejarnya.

“Pemerintah Israel mengembangkan politik apartheid yang mendiskriminasi penduduk etnis Arab”.

“Yang lain?”, kejarnya lagi.

“Pemerintah Israel secara sistematis memperluas wilayahnya dengan merampas tanah orang-orang Palestina dengan cara halus maupun kasar”.

“Antum terlalu sopan Ya Andonesi”, katanya.

Ya Andonesi maksudnya adalah wahai orang Indonesia. Sebutan ini biasanya bermakna kesantunan atau kalau Ia ingin mengatakan Aku terlalu lemah-lembut sebagai ciri orang Indonesia di mata orang-orang Timur-Tengah.

“Mereka memperlakukan Kami lebih rendah dari hewan! Saudara-saudara Kami diburu seperti mereka memburu tikus”, katanya dengan tegas dan bernada tinggi yang menyimpan kemarahan yang sangat dalam.

“Seandainya Antum seperti Ana, apa yang akan Antum lakukan?”.

“Hanya ada satu kata, lawan!”, kataku menirukan sebuah bait puisi yang pernah Aku dengar saat mahasiswa dulu dengan maksud sambil bercanda.

“Syukran, syukran, syukran!”, katanya sambil menepuknepuk bahuku tanda setuju.

“Dan tahukah Antum yang membikin Kami lebih kecewa dan marah! Dunia menutup mata terhadap semua itu. Bahkan Amerika dan negara-negara Barat terus-menerus memberikan dukungan finansial, senjata dan politik, kepada negara Zionis itu. Sementara para pejuang kemerdekaan Kami disebutnya teroris. Sungguh sebuah ketidakadilan yang dipertontonkan dengan telanjang!”.

“Setahu Ana, Barat sangat menghormati HAM?”, komentarku.

“Antum percaya?”, tanyanya sambil menghela nafas panjang.

“Mereka tidak konsisten dalam menegakkan HAM, bahkan mereka sendiri melanggarnya secara terang-terangan”, katanya lagi sambil terus menatap mataku.

Aku diam saja karena sadar Ia tidak sedang membutuhkan komentar.

“Mereka juga tidak sungguh-sungguh ingin mengembangkan demokrasi. Buktinya, negaranegara Arab diktator tetap didukung, sepanjang menguntungkan Barat, sementara yang demokratis, kalau tidak menguntungkan, akan diisolasi dengan mencaricari alasan yang seringkali tidak masuk akal. Mereka sebenarnya hanya peduli dengan kepentingan negaranya sendiri, kalau perlu dengan mengorbankan negara lain”, kata Azam lagi.

“Kembali ke masalah dukungan Barat kepada Israel, mungkin mereka merasa berdosa atas peristiwa holocaust yang menyebabkan binasanya enam juta orang Yahudi”, kataku sekadar untuk menunjukkan bahwa Aku juga memiliki pengetahuan tentang masalah yang ia keluhkan.

“Masalah itu sampai sekarang masih menjadi perdebatan apakah peristiwa itu benar terjadi atau tidak? Atau kalau kita bicara lebih spesifik, kalau toh itu terjadi apakah jumlahnya sebesar itu? Banyak ilmuwan di perguruan tinggi yang meragukan hal itu”.

“Setahu Ana, Barat sangat menghargai kebebasan berpendapat. Semua itu kan bisa diuji dengan penelitian ilmiah”, komentarku datar.

“Ha ha ha, Antum telah tertipu oleh franji-franji itu ya, Akhi!”, katanya sambil tertawa sinis. Aku teringat istilah franji juga sering digunakan oleh
Khalid.

“Mereka munafik! Tahukah Antum, orang-orang yang memiliki pendapat berbeda dari versi para penguasa mereka tentang holocaust dilarang bicara. Bahkan beberapa dosen perguruan tinggi yang tetap ngotot mengutarakan pendapatnya terpaksa harus mendekam di penjara. Jadi apa yang mereka katakan berbeda dengan yang mereka praktikkan. Antum sebenarnya salah satu korban dari hebatnya PR mereka”, katanya lagi sambil melirikku dengan matanya yang dalam dengan pandangan sinis.

Baca Juga:

Aku mengagumi kekuatan argumennya, dan keluasan wawasannya. Pasti Ia salah seorang aktivis pergerakan yang banyak mengkaji dan diskusi, pikirku semakin yakin. Tapi apakah Barat seburuk itu? Pemerintahan negara Barat memang banyak yang buruk, tapi rakyatnya banyak yang baik. Rasanya tidak adil menjeneralisirnya, sehingga kita menyalahkan mereka semua. Otakku terus berputar memilah dan memilih. Tampaknya Ia memerhatikan kebimbanganku.

“Antum boleh saja ragu”, katanya.

“Lupakan kontroversi mengenai ada-tidaknya peristiwa itu. Anggaplah semua itu benar adanya. Lalu siapa yang berdosa?”, katanya dengan nada bertanya.

“Kalau mereka yang membunuh dan membantai, lalu kenapa Kami yang harus menebus atau membayar semua itu? Kalau solusinya dengan memberikan tempat bagi orang Yahudi agar bisa membangun negara sendiri, mengapa mereka tidak memberikannya di tanah mereka di Eropa sana, kenapa mereka memilih di tanah kami? Mestinya di Amerika yang sangat luas dan masih kosong itu”, katanya lagi tanpa menunggu jawabanku.

“Antum harus sadar”, lanjutnya dengan berbisik sambil mendekatkan bibirnya ke telingaku”.

“Mereka sebenarnya sedang berusaha menancapkan persoalan permanen di jantung umat Islam, agar kawasan Timur Tengah terus bergolak dan tidak pernah stabil, sehingga umat Islam selalu mendapatkan pekerjaan rumah dan tidak pernah bisa bersatu. Mereka sangat takut dengan persatuan kita. Inilah alasan yang sebenarnya”.

“Kalau Antum membaca sejarah”, katanya lagi

“Maka Antum akan sampai pada kesimpulan bahwa masalah Palestina bukan hanya masalah bangsa Palestina, bukan juga urusan bangsa Arab semata, tapi ia merupakan masalah umat Islam secara keseluruhan. Palestina adalah puncak pertarungan antara Barat dan Islam yang sampai
kini masih berlanjut. Kita tidak boleh lupa ketika jenderal Inggris, Edmund Allenby, melewati Gerbang Jaffa untuk menerima penyerahan Yerusalem dari Turki pada 1917, media-media Barat gencar memberitakan: Akhirnya Perang Salib berhasil mewujudkan impian mereka”.

“Dan yang lebih menyakitkan, saat jenderal Perancis, Henri Ggouraud, mengambil-alih Damaskus pada 1920, ia melangkah menuju makam Salahuddin sambil berseru: Saladin, kami telah kembali. Kehadiranku menasbihkan Salib atas Bulan Sabit. Jadi bagi mereka kemenangan Perang Salib belum selesai, dan yang terjadi saat ini merupakan kelanjutannya”

Aku tidak sabar, lalu memotong,

“Tapi kesalahan tidak sepenuhnya bisa ditimpakan pada mereka. Kita harus berani introspeksi diri. Sekiranya umat Islam bersatu, tentu kita tidak akan mengalami kekalahan memalukan itu. Negara-negara Arab selalu bertikai dan tidak pernah bersatu. Entah apa yang diperebutkan, tidak pernah jelas. Padahal mereka berada di front terdepan dalam menghadapi Israel. Kalau persatuan Arab saja tidak bisa dilakukan, bagaimana mungkin kita berbicara persatuan umat Islam. Padahal orang-orang Arab itu bahasanya sama, etnisnya sama, sementara umat Islam di dunia jauh lebih beragam”.

“Apa yang Antum sampaikan adalah fakta. Ana tidak membantahnya. Itu adalah masalah lain yang harus kita selesaikan”.

Aku berusaha menahan diri. Tampaknya Azam tidak sedang siap diajak berdiskusi yang rasional dan objektif. Ia tampaknya sedang mencari tempat untuk curhat. Karena itu, Aku mengubah posisi dan berusaha menjadi pendengar yang baik. Melihat Aku diam dan siap mendengarkannya, Azam lalu merogoh tas kuliahnya, lalu mengeluarkan majalah berbahasa Jerman yang cukup popular, Der Spiegel.

“Lihatlah bukti lain kemunafikan mereka”, katanya sambil meletakkan majalah itu di meja. Tampaknya Ia tidak mau berpindah topik diskusi

“Dalam retorika tokoh-tokoh mereka selalu mengatakan menghormati HAM, semua etnis dan semua agama mendapat perlakuan yang sama oleh negara. Tetapi sangat secara diam-diam apa yang mereka praktikkan sangat berbeda dengan yang mereka katakan. Di negeri ini orang berpakaian minim tak dilarang, bahkan komunitas yang tak suka mengenakan penutup aurat sehingga tubuhnya tidak dilindungi oleh sehelai benang pun diberi tempat. Tapi mereka yang memakai jilbab?”, katanya lagi dengan nada bertanya.

“Bukti lain. Antum pernah mendengar nama Senator Swiss bernama Dick Marty?”, tanya Azam lagi.

Aku hanya menggelengkan kepala. Selain karena memang tidak tahu, Aku melihat temanku ini sedang berusaha menumpahkan permasalahannya. Aku berusaha untuk menampungnya sekadar untuk mengurangi beban pikirannya.

“Ia adalah salah seorang dari sedikit politisi Barat yang masih punya nurani, sehingga berani menyingkap fakta yang ditutup secara rapi oleh para pejabat mereka. Masyarakat Eropa terguncang akibat ulah pemerintah mereka. Penculikan yang dilakukan CIA terhadap orangorang
yang dicurigai sebagai teroris atau pendukung gerakan teroris. Orang-orang yang belum tentu berdosa atau berapa kadar kesalahannya, disiksa di penjarapenjara rahasia tanpa pernah diadili. Ada 14 negara yang dicurigai ikut bekerja sama, antara lain Inggris, Jerman, Italia, Swedia, Bosnia, Macedonia, Turki, Spanyol, Siprus, Irlandia, Yunani, Portugal, Rumania, dan Polandia”.

“Dua Negara yang disebut terakhir itu dicurigai sebagai tempat pengatur pemindahan para tahanan dari satu tempat ke tempat lain. Lalu bagaimana kalau terjadi salah tangkap? Apakah cukup dengan permintaan maaf setelah korban disiksa bertahun-tahun, bahkan ada yang sampai cacat seumur hidup? Apakah Antum masih percaya
mereka menghormati HAM?”

Azam berbicara panjang lebar. Aku mendengarkan saja.

“Dalam waktu yang hampir bersamaan, menurut Galtung, Amerika dan Israel mempraktikkan terorisme nagara. Galtung juga menyebut sejak 1945 sampai 2002, Amerika telah melakukan intervensi terhadap negara lain sebanyak 67 kali, baik yang dirancang langsung oleh Pentagon maupun secara rahasia oleh CIA, dengan jumlah kematian sebanyak 12 juta manusia”.

Aku masih diam saja sembari memandang Azam dengan perasaan iba. Aku kini menyadari betapa dalamnya kekecewaan orang-orang Palestina atas sikap negaranegara Barat, khususnya Amerika Serikat. Azam terus
berbicara,

“Satu bukti lagi Ana ingin sampaikan kepada Antum, ya Akhi! Secara cerdas Iran baru-baru ini menyindir, bahkan bisa dikatakan mengejek Barat dengan menggunakan isu Holocaust. Mereka membuat sayembara untuk para kartunis di seluruh dunia, untuk menuangkan pendapat mereka tentang masalah ini dengan menggunakan karikatur. Pelaksananya adalah surat kabar paling laris di Iran, Hamshahri. Kartunis Maroko berhasil memenangkan hadiah pertama. Apa reaksi Barat yang menganggap dirinya demokrat itu?”

Aku diam saja karena Aku tahu dia tidak sedang meminta jawabanku.

“Barat protes keras, bahkan pemerintah mereka mengeluarkan pernyataan resmi yang tidak lazim. Padahal, sebelumnya mereka membela habis-habisan atas nama kebebasan berpendapat, freedom of expression, kartun yang melecehkan Nabi Muhammad yang diterbitkan oleh sebuah majalah bernama Jyllands Posten terbitan Denmark, kemudian diikuti oleh beberapa media di Eropa. Bagi mereka freedom of expression juga dapat berarti kebebasan untuk menghina atau melecehkan keyakinan orang lain. Tentu Antum juga masih ingat Salman Rusdhi dengan buku Ayat-ayat Setan-nya, yang menghina Nabi
Muhammad”.

Setelah puas menumpahkan unek-uneknya, Azam tampak rileks. Wajahnya kembali ceria. Ia kembali menyuap makanan di meja di depannya yang cukup lama menanti.

“Tapi ada yang lebih menarik dari semua itu”, katanya lagi sambil memasukan kembali majalahnya ke dalam tasnya.

“Apa itu?”, tanyaku penasaran.

“Masalah merpati putihmu”.

Aku bingung, Aku tak pernah berbicara tentang burung dengan Azam.

“Masalah Nurul Aini”, katanya dengan senyum menggoda.

“Siapa dia?”, tanyaku pura-pura lupa.

“Gadis cantik berjilbab yang selalu memerhatikan Antum saat mengikuti pengajian. Ia menitipkan salam”.

Aku tiba-tiba jadi salah tingkah di depan Azam. Apakah benar gadis itu menitip salam untukku? Atau Azam hanya ingin menggodaku? Apakah ia tahu kalau Aku suka mencuri pandang di sela-sela mengikuti pengajian? Kuakui gadis ini sangat halus dalam tutur sapanya, perilakunya, juga gadis yang pemalu. Wajahnya campuran Jerman-Turki. Wajah Turki didapat dari ayahnya, sedang Jerman dari ibunya. Kulitnya putih segar, tidak seperti kulit orang Jerman yang  hambar. Matanya cokelat dibingkai bola mata putih jernih dilingkari bulu mata hitam lebat dan lentik bertumpu pada tempat yang cekung. Alisnya melengkung dan lebat sekali
sampai-sampai seolah tersambung kedua pangkalnya. Bibirnya merah merekah bagai biji delima. Giginya kecil-kecil tertata rapi bagai dipahat. Tinggi badannya semampai, walaupun selalu dibungkus dengan jilbab longgar.

“Ha ha ha!”, tawa Azam memecah lamunanku. Rasanya Aku sulit menyembunyikan sesuatu, termasuk yang paling pribadi, terhadap temanku yang satu ini,

“Salam kembali”, kataku spontan untuk menutupi kegugupanku, sembari menguji sejauh mana kebenaran berita menggembirakan yang baru Aku dengar dari lidah sahabatku ini.

(Bersambung…..)

EDITOR: REYNA

Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:

Judul Novel: Di Beranda Istana 
Alhambra
https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ

Judul Novel: Safari
https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ

Judul Novel: Bersujud Diatas Bara
https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ


Buku-buku novel karya Dr Muhammad Najib juga bisa dibeli di Shoppe melalui link: https://shp.ee/ks65np4

Last Day Views: 26,55 K

14 Responses

  1. mejaqqSeptember 25, 2023 at 6:15 pm

    … [Trackback]

    […] There you can find 57451 more Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  2. mental health services bergen county njSeptember 26, 2023 at 5:15 am

    … [Trackback]

    […] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  3. lsm99November 10, 2023 at 10:43 am

    … [Trackback]

    […] Here you will find 4261 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  4. see pageNovember 26, 2023 at 11:27 pm

    … [Trackback]

    […] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  5. cocomelon wheels on the busMarch 11, 2024 at 12:39 pm

    … [Trackback]

    […] Information to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  6. Monitor https://www.erbiltourguide.com/ with Google Analytics.June 16, 2024 at 4:10 pm

    … [Trackback]

    […] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  7. ai generated celeb nudesJuly 22, 2024 at 5:37 am

    … [Trackback]

    […] Here you can find 2584 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  8. Connetix TilesSeptember 6, 2024 at 10:30 pm

    … [Trackback]

    […] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  9. https://stealthex.ioSeptember 12, 2024 at 9:35 pm

    … [Trackback]

    […] Read More on on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  10. https://hitclub.blueSeptember 29, 2024 at 8:18 pm

    … [Trackback]

    […] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  11. สล็อตเว็บตรง100 ต่างประเทศOctober 5, 2024 at 4:25 pm

    … [Trackback]

    […] Here you can find 51908 more Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  12. WebsiteOctober 25, 2024 at 9:39 am

    … [Trackback]

    […] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  13. ข่าวการศึกษาOctober 27, 2024 at 8:18 pm

    … [Trackback]

    […] Find More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

  14. upx1688January 4, 2025 at 8:53 am

    … [Trackback]

    […] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-11-keajaiban-petra-2/ […]

Leave a Reply