Tulisan berseri ini diambil dari Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, lihat linknya dibawah tulisan ini. Atau pesan langsung bukunya pada redaksi zonasatunews.com dengan nomor kontak WA: 081216664689
Novel “SAFARI” ini merupakan fiksi murni yang diangkat dari kisah nyata yang dialami sejumlah mahasiswa yang kuliah di luar negri dikombinasi dengan pengalaman pribadi penulisnya. Seorang mahasiswa yang memiliki semangat tinggi untuk menuntut ilmu di negara maju, ditopang oleh idealisme berusaha memahami rahasia kemajuan negara lain yang diharapkan akan berguna bagi bangsa dan negaranya saat kembali ke tanah air.
Karya: Muhammad Najib
Dubes RI Untuk Kerajaan Spanyol dan UNWTO
Cover Novel “SAFARI” karya Dr Muhammad Najib. Bagi yang berminat dapat mencari bukunya di Google Play Books Store. Ikuti linknya dibawah.
SERI-16
Ciri bangunan Notre Dame terletak pada beberapa lengkungannya yang mirip dengan lengkungan di masjid-masjid di Timur-Tengah atau India, tetapi menaramenaranya tinggi dan lancip. Aku teringat gedunggedung tua dalam film-film Drakula. Kapal kemudian berputar kembali menyusuri rute yang berbeda. Gedunggedung tua berjajar sepanjang sungai yang kulalui, sampai akhirnya kapal yang kutumpangi mendekati Patung Liberty. Patung yang bentuknya sangat aku kenal melalui gambar-gambar itu disebut Statue de la Liberte. Kini patung yang dipuji dunia itu berdiri tegak di hadapanku seakan menyongsong.
“Orang tidak banyak tahu, sebenarnya patung seukuran manusia itulah Patung Liberty yang asli”, kata Hasan.
“Lalu bagaimana ceritanya dengan Patung Liberty raksasa yang berada di sebuah pulau kecil di dekat New York sana?”, tanyaku.
“Liberty raksasa itu adalah duplikatnya. itu dibuat oleh dua seniman Perancis Bernama: Frederic AugusteBarttholdi dan Gustave Eiffel yang kemudian dihadiahkan kepada Amerika sebagai simbul persahabatan Perancis-Amerika pada tahun 1886”.
“Nama yang kedua kok mirip dengan nama Menara Eiffel yang menjadi ikon Kota Paris ?”, kataku dengan nada bertanya.
“Betul ! Dialah yang merancang Menara yang sangat indah itu”.
Kapal terus bergerak. Menara Eiffel yang terkenal sebagai simbol kota Paris mulai tampak ujungnya yang ramping menjulang. Makin lama menara itu tampak semakin besar. Aku segera mengeluarkan kamera dan meminta Hasan untuk mengabadikan dengan berbagai posisi.
“Kelihatannya Anda sangat tertarik pada Eiffel”, komentarnya.
“Bukankah Eiffel menjadi semacam landmark kota Paris karena keindahannya?”, kataku lagi.
“Aku akan ajak Anda melihatnya dari dekat”, katanya.
Kapal berhenti di tempat semula. Kami langsung menggunakan taksi menuju lokasi menara Eiffel yang dapat ditempuh hanya dalam waktu sepuluh menit. Menara Eiffel berada di antara dua taman kota yang cukup luas. Bagian depannya disebut taman Eiffel, dihias dengan air mancur. Di padang rumput sekitar taman ratusan orang merebahkan badannya untuk menikmati cahaya matahari. Sedang taman di sebrangnya bernama Les Invalides. Keempat kaki Menara Eiffel seperti nangkring di antara jalan luas di bawahnya.
“Menara Eiffel dibuat oleh seorang arsitektur dan ahli jembatan bernama Gustave Eiffel. Sebenarnya menara ini memiliki tiga tingkat. Di tingkat paling atas terdapat restoran. Semula menara itu dibangun hanya untuk menyambut World Fair pada 1889. Menurut rencana, sesudah acara selesai akan dirobohkan. Tapi, melihat indahnya bentuk menara itu, masyarakat keberatan saat pemerintah akan membongkarnya, sehingga dipertahankan sampai sekarang dan kini menjadi salah satu landmark kota Paris”, kata Hasan.
“Anda kok banyak mengerti persoalan arsitektur?”, komentarku menyanjung untuk menyenangkan hatinya.
“Bukankah sudah kujelaskan bahwa Aku berkuliah di Fakultas Teknik Arsitektur di Universitas Sorbone”, katanya sambal tersenyum.
“Walaupun Aku menekuni jenis arsitektur modern, tapi Aku juga suka terhadap kota ini, sehingga setiap tulisan yang terkait dengan arsitektur Paris biasanya tidak pernah Aku lewati”.
Dari dekat Menara Eiffel tidak tampak indah. Besi-besi yang menopangnya juga tampak sederhana dan sebagian besar sudah berkarat. Aku antre di antara pengunjung yang membentuk ular meliuk-liuk lebih dari lima puluh meter. Aku naik sampai ke puncak dengan menggunakan lift dengan jumlah penumpang yang sangat terbatas. Dari puncak Eiffel seluruh kota Paris dapat dilihat.
“Kita masih punya waktu. Anda harus melihat koleksi Louvre”, sarannya.
“Dengan senang hati”, jawabku.
Para pengunjung memasuki Louvre melalui pintu masuk yang berbentuk Piramid yang terbuat dari kaca transparan.
Baca Juga:
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-14): Membelah Paris Dengan Kapal Musa
- Novel Muhammad Najib, “SAFARI”(Seri-15): Louvre, Museum Terbesar di Dunia
Lewat eskalator menurun Aku melihat piramida yang sama dengan bentuk terbalik. Memang orang Perancis suka nyeleneh, pikirku tak mengerti makna di balik bangunan ini. Aku langsung menuju tempat koleksi lukisan. Aku teringat nama-nama besar seperti Michaelangelo, Jacques Louis David, Francois Gerard dan Leonardo da Vinci. Aku sangat tidak sabar untuk melihat karya Leonardo da Vinci yang banyak disebut-sebut oleh Dan Brown dalam novelnya, Davinci Code, seperti lukisan berjudul The Last Super, The Virgin of the Rocks dan tentu saja Monalisa.
Ukuran lukisan Monalisa ternyata tidak terlalu besar. Konon itulah lukisan yang paling disayang sang pelukisnya, sehingga selalu dibawa kemanapun ia pergi. Lukisan mahal itu dipasang dan ditutup dengan kaca anti peluru, diterangi oleh cahaya dari sebuah lampu sorot lembut dan diberikan udara dengan temperatur tertentu agar tidak rusak. Banyak orang berkerumun di depan lukisan itu, terutama turis-turis dari Jepang. Aku hanya sejenak mengamatinya, karena lebih suka berlama-lama berdiri di depan lukisan berjudul The Raft of the Medusa, karya Theodore Gericault. Lukisan ini menggambarkan para penumpang kapal yang berjuang melawan ombak dan badai. Aku juga sangat menikmati The Virgin of the Rocks karya Leonardo da Vinci. Gambar dua bayi yang sangat hidup dirangkul dua orang perempuan dengan penuh kasih sayang.
Aku terus menyusuri lorong-lorong yang kaya sekali dengan benda-benda bersejarah.
“Kalau Kita mau melihat semuanya, waktu dua hari belumlah cukup”, kata Hasan. Aku digiring ke arah koleksi benda-benda peninggalan Mesir kuno.
“Barang-barang berharga itu digotong dari Mesir selama penjajahan Perancis. Mumi Firaun dulunya juga disimpan di museum ini. Baru beberapa tahun lalu dikembalikan ke Mesir yang kini menghuni Museum di Kairo”, kata Hasan.
Kalau yang dibawa ke Paris saja sudah begini banyak, bagaimana koleksi Museum Mesir sendiri? Tiba-tiba Aku teringat teman kuliahku, orang Jerman asli, yang bercerita dengan penuh antusias sesaat setelah mengunjungi negeri Firaun itu.
Kami meninggalkan Louvre dengan berjalan kaki. Aku melihat para penjaja lukisan dengan kios-kiosnya yang kecil berjajar di sepanjang sungai, sangat rapi, Beberapa pelukis wajah atau potret diri, tampak sedang asik melukis para turis yang ingin diabadikan wajahnya, tentu dengan latar belakang menara Eiffel, Sungai Seine atau gedunggedung tua yang menjadi ciri khas kota Paris.
Di salah satu arena yang agak luas Aku melihat orang berkerumun melingkar. Aku penasaran. Aku coba ikut berdesakan untuk melihat dari dekat. Ternyata seorang pengamen yang memainkan biola dengan sangat cekatan. Lagu-lagu yang dimainkannya terasa sangat indah, sehingga membuat orang-orang melemparkan koin sebagai tanda senang ke tempat yang sudah disediakan di samping Kiri tempatnya berdiri. Ia terus bermain bahkan tampak sangat menikmati lagu-lagu yang dimainkan, tanpa peduli dengan uang yang terus dilemparkan para penontonnya. Apresiasi yang ditunjukkan dengan banyaknya tepuk-tangan jauh lebih berharga baginya.
Rupanya seperti itulah pengamen jalanan di Paris. Berbeda dengan pengamen di Bandung yang menggunakan alat seadanya, dipukul seenaknya, tanpa peduli si pendengarnya terhibur atau malah tersiksa, lalu menengadahkan tangan pada mobil-mobil tertutup yang berhenti di perempatan jalan. Aku tidak tahu apa sebetulnya yang penumpang mobil yang memberikan duit terhibur oleh pada para pengamen jalanan itu.
Aku terus berjalan melewati Place de La Concorde, di bagian sentral dari halaman luas yang dikelilingi bangunan-bangunan tua nan sangat menawan. Place de La Concorde adalah Obelis yang tidak terlalu besar serupa dengan banyak obelis di Mesir, berbentuk segi empat, yang bagian dindingnya dipenuhi oleh pahatan berbentuk berbagai binatang khas negri Firaun. Aku meminta diambilkan gambar dengan latar belakang tugu yang di latar belakangnya, agak di kejauhan, tampak gedung Assemblee Nationale, gedung yang paling mengesankan bagiku di antara gedung-gedung yang ada di situ.
“Kita sekarang menuju ke Champs-Elysees. Tapi, Kita sebaiknya shalat dulu”, kata Hasan.
Kami langsung bergerak ke tempat yang agak mojok, memperkirakan arah kiblat, menggelar koran dan memulai shalat Zuhur dan Ashar yang kami jamak sekaligus qasar. Orang-orang yang berjalan kadang-kadang menoleh heran apa yang sedang Kami lakukan, tapi sebagian besar mereka berlalu tanpa peduli. Dalam perjalanan, shalat dengan cara seperti ini biasa Kami lakukan. Bahkan sebagian kawan, setiap kali waktu datang yang dengan telepon genggamnya yang diprogram, langsung melaksanakan shalat tanpa peduli dimana pun berada.
Langit mulai gelap saat Aku sampai di Champs-Elysees, sebuah jalan yang paling popular di kota Paris. Mungkin semacam Braga di Bandung atau Malioboro di Yogyakarta. Trotoarnya lebar sekali sehingga orang leluasa bergerak. Sepanjang jalan terdapat berbagai kafe dengan tendatendanya berwarna-warni ditata menarik. Kursi-kursinya diatur sedemikian rupa di atas trotoar. Rasa letih mulai muncul. Kami memilih kafe Bistoro Romain untuk beristirahat sekaligus menikmati malam kota Paris. Aku memesan Capucino yang menjadi favoritku, sementara Hasan meminta Teh panas.
Posisi Bistoro Romain paling strategis untuk memandangi Arc Triump yang menjadi ikon kota Paris, selain menara Eiffel. Orang-orang lalu lalang ramai sekali dengan berbagai pakaian yang bukan saja bagus tapi juga indah. Dengan udara sekitar sepuluh derajat, capucino yang Aku seruput terasa semakin nikmat. Walaupun mobil lalu lalang ramai sekali, tapi tidak mengeluarkan suara bising atau asap gelap, apalagi tempat berjalan kaki lebarnya lebih dari sepuluh meter, membuat para pejalan kaki leluasa bergerak dan menikmati lingkungan yang ada tanpa terganggu. Aku memandangi sepuas-puasnya Arc de Triomph. Keindahannya semakin sempurna di bawah sinar yang berasal dari lampu-lampu sorot yang diletakkan pada bagian-bagian tertentu bangunan itu.
Orang Perancis suka ruwet, pikirku, mirip dengan orang Bali yang segala hal mau diukir. Bentuk bangunan yang Aku tatap sepanjang Champs Elysees tidak ada yang sederhana, semuanya penuh ukiran yang rumit. Juga desain pakaian orang-orang yang lalu lalang di jalan, banyak yang aneh-aneh tapi penuh nuansa seni.
(Bersambung…..)
EDITOR: REYNA
Bagi yang berminat dengan karya-karya novel Dr Muhammad Najib dapat mencari bukunya di Google Play Books Store, melalui link dibawah ini:
Judul Novel: Di Beranda Istana Alhambra https://play.google.com/store/books/details?id=IpOhEAAAQBAJ Judul Novel: Safari https://play.google.com/store/books/details?id=LpShEAAAQBAJ Judul Novel: Bersujud Diatas Bara https://play.google.com/store/books/details?id=WJShEAAAQBAJ![]()
Related Posts

Novel “Imperium Tiga Samudra” (Seri 2) – Langit di Atas Guam

Serial Novel “Imperium Tiga Samudra” (1) – Peta Baru di Samudra Pasifik

Api di Ujung Agustus (Seri 34) – Gelombang Balik

Api di Ujung Agustus (Seri 33) – Pengkhianat Didalam Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 31) – Bayangan Kudeta Makin Nyata

Api di Ujung Agustus (Seri 30) – Jejak Jaringan Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 29) – Jejak Operasi Tersembunyi

Api di Ujung Agustus (Seri 28) – Jantung Garuda Di Istana

Api di Ujung Agustus (Seri 27) – Jalur Rahasia Wiratmaja

Api di Ujung Agustus (Seri 26) – Bayangan Dalam Istana




kaspa asicSeptember 14, 2023 at 5:19 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
benelli m2 barrelDecember 7, 2023 at 3:33 pm
… [Trackback]
[…] Read More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
สูตรบาคาร่าได้ผลจริง ใช้ฟรีได้ทุกเว็บJanuary 16, 2024 at 5:18 pm
… [Trackback]
[…] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
บอลยูโร 2024February 17, 2024 at 6:45 pm
… [Trackback]
[…] Read More Info here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
have a peek at this websiteMarch 22, 2024 at 9:23 pm
… [Trackback]
[…] Find More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
red mushroomsMay 16, 2024 at 6:24 am
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
สล็อตเว็บตรงMay 31, 2024 at 7:31 am
… [Trackback]
[…] Find More on to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
car body shop near meJuly 7, 2024 at 3:16 am
… [Trackback]
[…] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
สล็อตเว็บตรงJuly 7, 2024 at 8:09 am
… [Trackback]
[…] Read More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
SEO Affiliate DominationAugust 9, 2024 at 1:38 am
… [Trackback]
[…] There you can find 54160 additional Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
เรียนต่อดูไบAugust 14, 2024 at 5:26 am
… [Trackback]
[…] Find More here to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
ล่องเรือเจ้าพระยาAugust 26, 2024 at 7:48 am
… [Trackback]
[…] Find More here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
สล็อต เครดิตฟรีSeptember 5, 2024 at 11:55 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
John LobbSeptember 10, 2024 at 9:33 am
… [Trackback]
[…] Find More to that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
huc99September 26, 2024 at 6:53 am
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
cartel oil companyOctober 2, 2024 at 9:07 am
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
cat8888October 5, 2024 at 4:37 pm
… [Trackback]
[…] Read More Info here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
VolnewmerOctober 10, 2024 at 12:27 pm
… [Trackback]
[…] There you will find 39605 more Info on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
sex vietNovember 12, 2024 at 5:56 pm
… [Trackback]
[…] Information on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
Get More InfoDecember 2, 2024 at 12:34 am
… [Trackback]
[…] Read More on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]
สล็อตออนไลน์ เว็บตรงไม่ผ่านเอเย่นต์December 16, 2024 at 10:32 am
… [Trackback]
[…] Read More Information here on that Topic: zonasatunews.com/sosial-budaya/novel-muhammad-najib-safariseri-16-patung-liberty/ […]